tag:blogger.com,1999:blog-21399531707916415242024-02-21T23:33:57.836+07:00A R B E T A andiarbeta.blogspot.comhttp://www.blogger.com/profile/13079298858568003634noreply@blogger.comBlogger78125tag:blogger.com,1999:blog-2139953170791641524.post-89980229787478955782018-10-11T10:55:00.002+07:002023-03-13T12:39:01.672+07:00Wisata Alam Gosari Gresik<div style="text-align: justify;">
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
</div>
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
</div>
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj92NXOTBhc2II-2fYSRqYlL8ryURd1sk0H0_tY4BKhY1KjTKJdg3vzKzhHpp1xWyU1z5GMLZOnmoSnh0wmHmghxA7dInE5xEUlyqHTuew12QNPW1V1vhU6Hh2dZ1E2k1C0vuqAZegK98gI/s1600/IMG_20171112_074637_HDR.jpg" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="960" data-original-width="720" height="215" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj92NXOTBhc2II-2fYSRqYlL8ryURd1sk0H0_tY4BKhY1KjTKJdg3vzKzhHpp1xWyU1z5GMLZOnmoSnh0wmHmghxA7dInE5xEUlyqHTuew12QNPW1V1vhU6Hh2dZ1E2k1C0vuqAZegK98gI/w240-h215/IMG_20171112_074637_HDR.jpg" width="240" /></a>Gresik selama ini tidak terlalu dikenal akan keindahan wisatanya. Namun
yang tak banyak orang ketahui adalah jika terdapat objek wisata yang
cukup berpotensi di Kota Gresik. Wisata baru dan kekinian ini menawarkan
spot-spot foto yang menarik yang tidak boleh dilewatkan.
Meskipun
Gresik tidak memiliki objek wisata yang banyak seperti kota-kota
lainnya di Jawa Timur, namun bukan berarti Gresik tidak memiliki tempat terbaik
yang dapat dikunjungi. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Belakangan ini Wisata Alam Grosaari
Gresik menjadi wisata yang cukup populer di Kota Gresik. Hal ini dapat
terlihat dari banyaknya postingan di sosial media dari para pengunjung
yang datang ke tempat ini.
Wisata kekinian ini dikenal karena memiliki beragam spot-spot foto yang Tak
heran jika wisata ini menjadi wisata baru yang cukup populer di Kota
Pudak. Disini ada banyak bangunan-bangunan unik yang dijadikan spot foto
menarik. Misalnya saja seperti rumah kayu yang ada di tempat wisata
ini. Konsep rumah kayu ini memang cukup unik.
Bagiamana
tidak unik? Rumah kayu ini terbuat dari bahan dasar kayu bekas ataupun
akar pohon yang sudah tidak terpakai yang didapatkan dengan mudah di
sekitaran area desa tersebut. </div>
<div style="text-align: justify;">
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi5zoKruv5pnKNpErT4F8S60G3qg5qVSQC1NiUCJhdPMnfvOdSKhrzx8yoZdd8q1VcwBs2oC7wbl2Vs4nCs7zUHuzqyvdrnbc3zMHyXVHQ4EPPqxTN_OS9xP5oUtQ-RvmLch_W3P4o7BcY7/s1600/IMG_20171112_074533.jpg" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="960" data-original-width="720" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi5zoKruv5pnKNpErT4F8S60G3qg5qVSQC1NiUCJhdPMnfvOdSKhrzx8yoZdd8q1VcwBs2oC7wbl2Vs4nCs7zUHuzqyvdrnbc3zMHyXVHQ4EPPqxTN_OS9xP5oUtQ-RvmLch_W3P4o7BcY7/s320/IMG_20171112_074533.jpg" width="240" /></a></div>
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Setiap rumah kayu memiliki konsep yang
berbeda satu sama lainnya. Ada yang bentuknya seperti kincir angin,
rumah hobbit, maupun bangunan yang bentuknya kerucut.
Selain
itu tak luput dari perhatian pula terdapat taman bunga serta payung
warna-warna yang menjadi dekorasi yang membuat tempat tersebut terlihat
semakin awal dari wisata ini merupakan buah
pemikiran dari teman-teman Karang Taruna di desa tersebut yang melihat
adanya potensi yang cukup besar dari Desa wisata Gosari tersebut.
Kawasan
wisata ini memang masih terbilang baru dan sederhana namun dapat kamu
jadikan pilihan sebagai tempat berlibur di Kota Gresik. </div>
<div style="text-align: justify;">
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEivxjmmO27_gOlpnO5xvTkSa7boOhK_c0AWdJmhHNS6D-rjhQ9DePpDxYyABTLhXpcyUXARW5Z4b0_EsV1GokTkpSk58FmKxPq-JSTTrPUSKOdJoKuVo_EG_s0b3tNLROQ8Br6vLBS3eX58/s1600/IMG_20171112_074140_HDR.jpg" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="1600" data-original-width="1200" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEivxjmmO27_gOlpnO5xvTkSa7boOhK_c0AWdJmhHNS6D-rjhQ9DePpDxYyABTLhXpcyUXARW5Z4b0_EsV1GokTkpSk58FmKxPq-JSTTrPUSKOdJoKuVo_EG_s0b3tNLROQ8Br6vLBS3eX58/s320/IMG_20171112_074140_HDR.jpg" width="240" /></a></div>
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Wisata ini
memang dikelola secara mandiri oleh penduduk setempat, namun menawarkan
wisata yang asyik dan seru.
Ditambah
lagi dengan lokasi wisata nya yang berada di atas ketinggian bukit,
tentunya menawarkan pemandangan alam sekitarnya yang sangat menakjubkan
dan sayang untuk dilewatkan.
Masih
di sekitaran area wisata Gosari, ada banyak objek wisata
lainnya yang tidak boleh kamu lewatkan saat berkunjung ke tempat ini. Di
Wisata Alam Gosari ini terdapat sendang pancuran yang konon katanya,
air di pancuran ini bisa menyembuhkan berbagai macam penyakit. Tertarik
untuk mencobanya
Tak hanya wisata
kekinian saja, pengunjung juga disuguhkan dengan wisata sejarah di
tempat ini. Disini kamu bisa melihat prasasti butulan yang merupakan
warisan bersejarah. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Warisan ini
berada di area gunung kapur yang ada di desa tersebut. Di area Wagos ini
memang banyak sekali pohon-pohon yang rindang, sehingga membuat
suasananya semakin sejuk dan
Lokasi
wisata ini memang cukup jauh dari pusat Kota Gresik, sekitar 40 km
jaraknya. Namun sangat sayang jika kamu melewatkannya. Wisata ini
tepatnya berada di Desa Gosari, Kec. Ujungpangkah, Gresik. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><br /></div>
Lokasi pantai
ini sebenarnya cukup dekat dengan wisata pantai delegan.
Sehingga
untuk akses menuju lokasi wisata, kamu tinggal jalan menuju arah barat
dari kota Gresik dan melalui Jalan Raya Sukomulyo. Setelah itu lurus
hingga di Jembatan Sembayat. Dan perjalanan di lanjutkan menuju
alun-alun Sidayu dan kemudian ambil ke arah kiri hingga nantinya
melewati Kantor Pos Sidayu Setelah
itu lurus terus hingga ke Jalan Raya Deandles. Di pertigaan, dekat
dengan Masjid Al Azhar, kamu tinggal belok ke kanan. Dari sana lokasi
wisata hanya tinggal 2 km saja.
Karena
termasuk wisata yang cukup baru, Wisata Alam Gosari ini memang belum
dipungut biaya sepeser pun bagi pengunjung yang masuk ke area wisata.
Pengunjung yang datang hanya dikenakan biaya parkir, untuk motor sebesar
Rp 3.000 dan untuk mobil sebesar Rp 5.000. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><br /></div>
wisata ini benar-benar akan ramai dikunjungi, sehingga jangan terheran saat kamu sedang berkunjung ke tempat ini.
Nah itu tadi informasi seputarSpot Foto Wa’gos Wisata Alam Grosari Gresik
kamu yang tinggal di Gresik, jangan sampai terlewatkan dan tidak
mengunjungi tempat ini. Semoga informasi diatas dapat bermanfaat bagi
kamu yang mencari wisata-wisata baru yang kekinian.</div>
andiarbeta.blogspot.comhttp://www.blogger.com/profile/13079298858568003634noreply@blogger.com3tag:blogger.com,1999:blog-2139953170791641524.post-7510001175239103142018-10-11T10:42:00.005+07:002023-03-13T12:26:53.497+07:00Wisata Mangrove Banyuurip Ujung Pangkah<div style="text-align: justify;">
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjaJnrkAsFGc697ttclkGpuF-lbGh_wmclQ_xDZLSHdkfhVW7p7gKyu49e2sL78eqmkKuKAVlq5nG1Z4jzhfRKpUoNw6Z7CSpVPAse6HUlP6If5uupNU1yubf_r-_k4s6r5ZFc2UgXMv_LYQlmVcts6f67nlLlOcOVMz3cWf8ppCAjdvZg818wTm8FJzw/s298/download.jpeg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="169" data-original-width="298" height="181" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjaJnrkAsFGc697ttclkGpuF-lbGh_wmclQ_xDZLSHdkfhVW7p7gKyu49e2sL78eqmkKuKAVlq5nG1Z4jzhfRKpUoNw6Z7CSpVPAse6HUlP6If5uupNU1yubf_r-_k4s6r5ZFc2UgXMv_LYQlmVcts6f67nlLlOcOVMz3cWf8ppCAjdvZg818wTm8FJzw/w320-h181/download.jpeg" width="320" /></a></div><span> </span>Keindahan pantai dimanapun Orang yang mabuk cinta pantai rasanya jika dalam waktu lama tak mengunjungi pantai seakan hidupnya makin sumpek dan penuh tekanan, tapi jika sudah ke pantai semua menjadi lepas. Seperti membuang keresahan dengan cara yang indah dan tenang. Ya… pantai itu menenangkan saat memandang lautan lepas masa depan terasa jelas. </div><div style="text-align: justify;"><br /></div>
<div style="text-align: justify;"><span> </span>Salah satu pantai dengan keindahan yang menenangkan itu berada di Desa Banyuurip, Kecamatan Ujungpangkah, Gresik. Pantai yang penuh tanaman mangrove tentu terasa adem meski terik matahari tepat diatas umbun-umbun. Wisata rintisan wisata mangrove ini sedang bergeliat penuh gairah dan hampir tiap hari bisa dipastikan ada pengunjung dari luar daerah.
Para pengunjung pun tak perlu mengeluarkan banyak biaya saat masuk wisata rintisan ini sebab pihak pengelola hanya menarik uang jasa penitipan kendaraan, untuk masuk lokasi wisata rintisan gratis. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Fasilitas Gazebo, Jogging Track, Perahu wisata, Parkir, Mushola, Cafe tengah laut proses pembangunan, pasar ikan segar
“Pengelola wisata rintisan belum menarik karcis masuk, sebab kita menyadari masih harus berbenah dan merencanakan pembangunan beberapa fasilitas wisata. Tapi ya itu, pengunjung wisata tiap hari pasti ada dan makin ramai saat hari libur,” ujar Sekretaris Desa Bissur Khafid yang murah senyum dan ramah. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Wisata rintisan ini dikelola Kelompok Peduli Mangrove yang rata-rata berprofesi sebagai nelayan. Kelompok ini menyadari bahwa dengan terus merawat alam maka alam pun tak pernah akan berhenti memberikan karunia. Maka secara berkelompok mereka terus melakukan penanaman mangrove dan pohon pantai lainnya.
Pembibitan pun dilakukan agar stok bibit terus berkelanjutan. Siklus penanaman ini akan dijaga agar kelak sepanjang pantai desa Banyuurip menjadi hutan rimbun tempat yang nyaman bagi habitat hewan hutan mangrove. Bonusnya ya, menjadi tempat wisata yang lestari.
Kini ada banyak ditemui habitat burung-burung pantai di mangrove Banyuurip. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Jika anda menyewa prahu wisata yang murah meriah maka akan melihat kawanan burung-burung berbulu putih sepanjang pantai. Dan di bagian lain di Kecamatan Ujungpangkah juga ada kawanan kera yang masih hidup lestari.
Pun di mangrove sudah ada fasilitas jogging track panjang 250 meter dari kayu yang biasa dijadikan tempat selfi para pengunjung dan sangat cocok untuk foto prewed. Selain itu juga ada bangunan gazebo yang lumayan besar untuk istirahat sambil menikmati semilir angin pantai dan rindangnya mangrove. Rencananya jogging track dari kayu ini akan dibangun kembali sepanjang 350 meter tembus pasir putih banyuurip. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Dan masih ada fasilitas lainnya yang masih dalam proses pembangunan yakni kolam pemancingan di tengah laut serta kafe tengah laut. Anda bisa membanyangkan betapa romantisnya ada sebuah kafe di tengah laut, menikmati hamparan laut dalam segelas kopi. Sungguh lengkap dan nikmat! Mungkin jika anda ada di lokasi ini akan berdoa : Mohon ampun Tuhan, kami mencuri sepotong sorga di sini.</div>
andiarbeta.blogspot.comhttp://www.blogger.com/profile/13079298858568003634noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-2139953170791641524.post-82815241311926421572015-07-14T20:09:00.001+07:002016-07-27T22:36:03.099+07:00Budidaya belut air tawar<div style="text-align: justify;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhTF7xlyRW_Y-Iy5zGUQK17-ujdCQwwvM7LDO2Dq6ouUKsymf6hi3yI6N8_Bgeds1bNnCUD3fxB8lxj4IdbfN4jyiuqsOPfYSE9MegcZFXA4RQoEbSZehnhirSaamu9DpGtvd5-Zvxt-EIK/s1600/bl.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhTF7xlyRW_Y-Iy5zGUQK17-ujdCQwwvM7LDO2Dq6ouUKsymf6hi3yI6N8_Bgeds1bNnCUD3fxB8lxj4IdbfN4jyiuqsOPfYSE9MegcZFXA4RQoEbSZehnhirSaamu9DpGtvd5-Zvxt-EIK/s1600/bl.jpg" /></a>Belut merupakan binatang air yang digolongkan dalam kelompok ikan. Berbeda dengan kebanyakan jenis ikan lainnya, belut bisa hidup dalam lumpur dengan sedikit air. Binatang ini mempunyai dua sistem pernapasan yang bisa membuatnya bertahan dalam kondisi tersebut.
Jenis belut yang paling banyak dikenal di Indonesia adalah belut sawah (Monopterus albus). </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Di beberapa tempat dikenal juga belut rawa (Synbranchus bengalensis). Perbedaan belut sawah dan belut rawa yang paling mencolok adalah postur tubuhnya. Belut sawah tubuhnya pendek dan gemuk, sedangkan belut rawa lebih panjang dan ramping.
Terdapat dua segmen usaha budidaya belut yaitu pembibitan dan pembesaran. Pembibitan bertujuan untuk menghasilkan anakan. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Sedangkan pembesaran bertujuan untuk menghasilkan belut hingga ukuran siap konsumsi.
Kali ini alamtani akan menguraikan tentang budidaya pembesaran belut di kolam tembok. Mulai dari pemilihan bibit hingga pemanenan. Semoga bermanfaat. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<b><i>Memilih bibit belut </i></b></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Bibit untuk budidaya belut bisa didapatkan dari hasil tangkapan atau hasil budidaya. Keduanya memiliki kekurangan dan keunggulan masing-masing.
Bibit hasil tangkapan memiliki beberapa kekurangan, seperti ukuran yang tidak seragam dan adanya kemungkinan trauma karena metode penangkapan. Kelebihan bibit hasil tangkapan adalah rasanya lebih gurih sehingga harga jualnya lebih baik. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Kekurangan bibit hasil budidaya harga jualnya biasanya lebih rendah dari belut tangkapan. Sedangkan kelebihannya ukuran bibit lebih seragam, bisa tersedia dalam jumlah banyak, dan kontinuitasnya terjamin. Selain itu, bibit hasil budidaya memiliki daya tumbuh yang relatif sama karena biasanya berasal dari induk yang seragam. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Bibit belut hasil budidaya diperoleh dengan cara memijahkan belut jantan dengan betina secara alami. Sejauh ini di Indonesia belum ada pemijahan buatan (seperti suntik hormon) untuk belut. Untuk mengetahui lebih lanjut mengenai pembibitan, silahkan baca kiat sukses pembibitan belut.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhFzkEiLf18ZhqIWq4pmIVeEFhy-SPIoIM6wnrdzLszXPN6B-WUyN3aFuCr9TubuhrmRtbFaiO05dXGwZKpRrxjXNvpqpGGz1mMM4AdhLwsVyzmp5m2y51vEdTSoKNP-sqdu7s6_F-_uIJF/s1600/nnn.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhFzkEiLf18ZhqIWq4pmIVeEFhy-SPIoIM6wnrdzLszXPN6B-WUyN3aFuCr9TubuhrmRtbFaiO05dXGwZKpRrxjXNvpqpGGz1mMM4AdhLwsVyzmp5m2y51vEdTSoKNP-sqdu7s6_F-_uIJF/s1600/nnn.jpg" /></a></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Bibit yang baik untuk budidaya belut hendaknya memiliki kriteria berikut: </div>
<ul style="text-align: justify;">
<li>Ukurannya seragam. Ukuran bibit yang seragam dimaksudkan untuk memudahkan pemeliharaan dan menekan risiko kanibalisme atau saling memangsa. </li>
<li>Gerakannya aktif dan lincah, tidak loyo.</li>
<li> Tidak cacat atau luka secara fisik.</li>
<li> Bebas dari penyakit. </li>
</ul>
<div style="text-align: justify;">
Budidaya belut untuk segmen pembesaran biasanya menggunakan bibit belut berukuran panjang 10-12 cm. Bibit sebesar ini memerlukan waktu pemeliharaan sekitar 3-4 bulan, hingga siap konsumsi. Untuk pasar ekspor yang menghendaki ukuran lebih besar, waktu pemeliharaan bisa mencapai 6 bulan. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<i><b>Menyiapkan kolam budidaya belut </b></i></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Budidaya belut bisa dilakukan dalam kolam permanen maupun semi permanen. Kolam permanen yang sering dipakai antara lain kolam tanah, sawah, dan kolam tembok. Sedangkan kolam semi permanen antara lain kolam terpal, drum, tong, kontainer plastik dan jaring.
Kali ini kita akan membahas budidya belut di kola tembok. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Kolam tembok relatif lebih kuat, umur ekonomisnya bisa bertahan hingga 5 tahun.
Bentuk dan luas kolam tembok bisa dibuat berbagai macam, disesuaikan dengan keadaan ruang dan kebutuhan. Ketinggian kolam berkisar 1-1,25 meter. Lubang pengeluaran dibuat dengan pipa yang agak besar untuk memudahkan penggantian media tumbuh. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Untuk kolam tembok yang masih baru, sebaiknya dikeringkan terlebih dahulu selama beberapa minggu. Kemudian direndam dengan air dan tambahkan daun pisang, sabut kelapa, atau pelepah pisang. Lakukan pencucian minimal tiga kali atau sampai bau semennya hilang. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<b><i>Media tumbuh untuk budidaya belut</i></b> </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Di alam bebas belut sering dijumpai dalam perairan berlumpur. Lumpur merupakan tempat perlindungan bagi belut. Dalam kolam budidaya pun, belut membutuhkan media tumbuh berupa lumpur.
Beberapa material yang bisa dijadikan bahan membuat lumpur/media tumbuh antara lain, lumpur sawah, kompos, humus, pupuk kandang, sekam padi, jerami padi, pelepah pisang, dedak, tanaman air, dan mikroba dekomposer. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Komposisi material organik dalam media tumbuh budidaya belut tidak ada patokannya. Sangat tergantung dengan kebiasaan dan pengalaman. Pembudidaya bisa meramu sendiri media tumbuh dari bahan-bahan yang mudah didapatkan. </div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgpkNTQ-0A-OxisF2n_oVd4v-LRhZkD7AKhacSWK00Utz-Ph7mO97s4Wwm1SyScPVMT1I8zCtXyT3Lr3Sz2urslH1e5U1h_vrfdrUsPPX3z2YSHuq0rWUGj0TTh1zcEin_gs3IOY6iIp0LU/s1600/Ikan%252BBelut.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="127" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgpkNTQ-0A-OxisF2n_oVd4v-LRhZkD7AKhacSWK00Utz-Ph7mO97s4Wwm1SyScPVMT1I8zCtXyT3Lr3Sz2urslH1e5U1h_vrfdrUsPPX3z2YSHuq0rWUGj0TTh1zcEin_gs3IOY6iIp0LU/s320/Ikan%252BBelut.jpg" width="320" /></a></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Berikut ini salah satu alternatif langkah-langkah membuat media tumbuh untuk budididaya belut: </div>
<ul style="text-align: justify;">
<li>Bersihkan dan keringkan kolam. Kemudian letakkan jerami padi yang telah dirajang pada dasar kolam setebal kurang lebih 20 cm.</li>
<li> Letakkan pelepah pisang yang telah dirajang setebal 6 cm, di atas lapisan jerami. </li>
<li>Tambahkan campuran pupuk kandang (kotoran kerbau atau sapi), kompos atau tanah humus setebal 20-25 cm, di atas pelepah pisang.Pupuk organik berguna untuk memicu pertumbuhan biota yang bisa menjadi penyedia makanan alami bagi belut. </li>
<li>Siram lapisan media tumbuh tersebut dengan cairan bioaktivator atau mikroba dekomposer, misalnya larutan EM4. </li>
<li>Timbun dengan lumpur sawah atau rawa setebal 10-15 cm. Biarkan media tumbuh selama 1-2 minggu agar terfermentasi sempurna. </li>
<li> Alirkan air bersih selama 3-4 hari pada media tumbuh yang telah terfermentasi tersebut untuk membersihkan racun. Setel besar debit air, jangan terlalu deras agar tidak erosi.</li>
<li> Langkah terakhir, genangi media tumbuh tersebut dengan air bersih. Kedalaman air 5 cm dari permukaan. Pada kolam tersebut bisa diberikan tanaman air seperti eceng gondok. Jangan terlalu padat. </li>
<li>Dari proses di atas didapatkan lapisan media tumbuh/lumpur setebal kurang lebih 60 cm. Setelah semuanya selesai, bibit belut siap untuk ditebar. </li>
</ul>
<div style="text-align: justify;">
<i><b>Penebaran bibit dan pengaturan air </b></i></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<br />
<br />
<br />
<div style="text-align: justify;">
Belut merupakan hewan yang bisa dibudidayakan dengan kepadatan tinggi. Kepadatan tebar untuk bibit belut berukuran panjang 10-12 cm berkisar 50-100 ekor/m2.
Lakukan penebaran bibit pada pagi atau sore hari, agar belut tidak stres. Bibit yang berasal dari tangkapan alam sebaiknya dikarantina terlebih dahulu selama 1-2 hari. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Proses karantina dilakukan dengan meletakkan bibit dalam air bersih yang mengalir. Berikan pakan berupa kocokan telur selama dalam proses karantina.
Aturlah sirkulasi air dengan seksama. Jangan terlalu deras (air seperti genangan sawah) yang penting terjadi sirkulasi air. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Atur juga kedalaman air, hal ini berpengaruh pada postur tubuh belut. Air yang terlalu dalam akan membuat belut banyak bergerak untuk mengambil oksigen dari permukaan, sehingga belut akan lebih kurus. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<i><b>Pemberian pakan </b></i></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Belut merupakan hewan yang rakus. Keterlambatan dalam memberikan pakan bisa berakibat fatal. Terutama pada belut yang baru ditebar.
Takaran pakan harus disesuaikan dengan berat populasi belut. Secara umum belut membutuhkan jumlah pakan sebanyak 5-20% dari bobot tubuhnya setiap hari. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Berikut kebutuhan pakan harian untuk bobot populasi belut 10 kg: </div>
<ul style="text-align: justify;">
<li>Umur 0-1 bulan: 0,5 kg </li>
<li>Umur 1-2 bulan: 1 kg </li>
<li>Umur 2-3 bulan: 1,5 kg </li>
<li>Umur 3-4 bulan: 2 kg </li>
</ul>
<div style="text-align: justify;">
Pakan budidaya belut bisa berupa pakan hidup atau pakan mati. Pakan hidup bagi belut yang masih kecil (larva) antara lain zooplankton, cacing, kutu air (daphnia/moina), cacing, kecebong, larva ikan, dan larva serangga. Sedangkan belut yang telah dewasa bisa diberi makanan berupa ikan, katak, serangga, kepiting yuyu, bekicot, belatung, dan keong. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Frekuensi pemberian pakan hidup dapat dilakukan 3 hari sekali.
Untuk pakan mati bisa diberikan bangkai ayam, cincangan bekicot, ikan rucah, cincangan kepiting yuyu, atau pelet. Pakan mati untuk budidaya belut sebaiknya diberikan setelah direbus terlebih dahulu. Frekuensi pemberian pakan mati bisa 1-2 kali setiap hari. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Karena belut binatang nokturnal, pemberian pakan akan lebih efektif pada sore atau malam hari. Kecuali pada tempat budidaya yang ternaungi, pemberian pakan bisa dilakukan sepanjang hari. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<i><b>Pemanenan </b></i></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Tidak ada patokan seberapa besar ukuran belut dikatakan siap konsumsi. Tapi secara umum pasar domestik biasanya menghendaki belut berukuran lebih kecil, sedangkan pasar ekspor menghendaki ukuran yang lebih besar. Untuk pasar domestik, lama pemeliharaan pembesaran berkisar 3-4 bulan, sedangkan untuk pasar ekspor 3-6 bulan, bahkan bisa lebih, terhitung sejak bibit ditebar. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEijCmE9p-9xtMOpLPWK4f_eiE6NVeGzG2H5ujlt3FZeMn0rriR_-369pHhUUMb3N1m4aXaX2RFC7izOHqG3BSUCfFu9_ceAkIX9qIysLzGW_3_oxwrVcNP5qevKTd9iMandktnt0bwVoNRR/s1600/blt.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEijCmE9p-9xtMOpLPWK4f_eiE6NVeGzG2H5ujlt3FZeMn0rriR_-369pHhUUMb3N1m4aXaX2RFC7izOHqG3BSUCfFu9_ceAkIX9qIysLzGW_3_oxwrVcNP5qevKTd9iMandktnt0bwVoNRR/s1600/blt.jpg" /></a></div>
<div style="text-align: justify;">
Terdapat dua cara memanen budidaya belut, panen sebagian dan panen total. Panen sebagian dilakukan dengan cara memanen semua populasi belut, kemudian belut yang masih kecil dipisahkan untuk dipelihara kembali. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Sedangkan pemanenan total biasanya dilakukan pada budidaya belut intensif, dimana pemberian pakan dan metode budidaya dilakukan secara cermat. Sehingga belut yang dihasilkan memiliki ukuran yang lebih seragam.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
sumber<i>:http://alamtani.com/budidaya-belut.html </i></div>
andiarbeta.blogspot.comhttp://www.blogger.com/profile/13079298858568003634noreply@blogger.com3tag:blogger.com,1999:blog-2139953170791641524.post-66914802178941691462015-07-13T10:40:00.001+07:002015-07-13T10:40:15.038+07:00Budidaya Ikan Wader<div style="text-align: justify;">
<b>Habitat Ikan Wader</b></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Ikan wader merupakan ikan air tawar yang tidak asing dan mudah ditemukan di Indonesia. Namun secara umum, ikan wader merupakan ikan yang terdistribusi secara rata di daerah Asia Tenggara dan Selatan seperti India dan Indonesia. Ikan wader terbukti sangat popular untuk dikonsumsi dalam berbagai macam bentuk seperti lauk lalap atau snack. Oleh karena itu, permintaan pasar terhadap supply produk ikan wader cukup tinggi di pasaran. Sayangnya, tidak banyak orang yang mengethaui tentang cara budidaya ikan tersebut. Padahal bisnis ikan wader memiliki potensi yang cukup besar sebagai mata pencaharian sehari – hari. Berikut merupakan beberapa tips tentang teknik budidaya ikan wader.
Ikan Wader
Gambar Ikan Wader </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<b>Mengetahui Anatomi dan Morfologi Ikan Wader </b></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjLDqREKK8ELyDs-XVdozJgBC6IdQ_AGPv4tdIkUU1Vb7tNR9RVa-DOuvi6seQpHl1gjj5ReTsj4n21uCZjjMxTIfR-EPVP6VZlzlTmh4bnVtk-5InhhkWwJiyKYHF_gQ_j3jwvfsdDIMqj/s1600/images.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjLDqREKK8ELyDs-XVdozJgBC6IdQ_AGPv4tdIkUU1Vb7tNR9RVa-DOuvi6seQpHl1gjj5ReTsj4n21uCZjjMxTIfR-EPVP6VZlzlTmh4bnVtk-5InhhkWwJiyKYHF_gQ_j3jwvfsdDIMqj/s1600/images.jpg" /></a>Untuk membudidayakn ikan wader, pertama – tama kita harus mengetahui ciri – ciri fisik ikan wader agar mempermudah dalam pemeliharaannya. Di Indonesia, pada umumnya kita dapat menjumpai dua jenis ikan wader, yaitu wader pari dan wader cakul. Ikan wader pari cenderung lebih ramping dan memiliki warna keemasan dan keperakan di bagian atas dan bawah tubuhnya. Sedangkan wader cakul memiliki warna perak kehijauan dan memiliki dua bintik di bagian ujung ekornya. Kedua jenis wader tersebut memiliki ukuran kurang lebih 10-17 cm. Pada ikan wader betina biasanya terdapat tiga lubang kelamin dibandingkan jantan yang hanya memiliki dua. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<b>Persiapan Tempat Pemeliharaan </b></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Untuk membudidayakan ikan wader, langkah pertama yang harus dilakukan adalah menyediakan kolam atau tempat pemeliharan yang layak. Dua macam kolam harus disediakan, yaitu kolam untuk induk dan juga kolam untk pengembangbiakkan bibit baru. Sebelum memindahkan ikan wader hasil tangkapan ke dalam kolam, alangkah baiknya apabila kolam dikeringkan dahulu selama beberapa hari. Upaya tersebut ditujukan untuk membunuh bakteri dan menghilangkan aroma tidak sedap pada saat usaha pemijahan. Air yang digunakan untuk mengisi kolam juga diharuskan air tawar. Jangan lupa untuk menjaga kebersihan kolam agar ikan wader anda terhindar dari benih – benih bakteri, jamur, dan penyakit.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<b> Pemisahan Induk </b></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiT25PkBsJd0I7pL6EqM1kqKk4V5YX7FK2kN9OwXt6zWrAUlcz3cZ_sASUfDeWcmgArkil_ydJUrcpOlSfvnzcfIatvk5vm9VOExUtaAZipszRpjvG_a7BKVssEBSHp3FiEJC0Efmd_09dN/s1600/index.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiT25PkBsJd0I7pL6EqM1kqKk4V5YX7FK2kN9OwXt6zWrAUlcz3cZ_sASUfDeWcmgArkil_ydJUrcpOlSfvnzcfIatvk5vm9VOExUtaAZipszRpjvG_a7BKVssEBSHp3FiEJC0Efmd_09dN/s1600/index.jpg" /></a></div>
<div style="text-align: justify;">
Seperti yang telah disebutkan diatas, kolam untuk induk ikan wader harus disendirikan dari kolam bibit ikan. Hal tersebut dikarenakan adanya resiko induk untuk memakan telur atau bayi ikan mereka. Setelah dipisah, induk – induk tersebut harus diberi makan pellet atau ampas tahu agar segera mematangkan gonadnya. Gonad merupakan kelenjar yang memproduksi cairan gamet yang dapat menarik ikan jantan untuk membuahi sel telur mereka. Gonad biasanya akan matang setelah dua hari diberi makan dan dirawat pada kolam khusus induk. Setelah gonad matang, langkah selanjutnya adalah melakukan pemijahan atau pemberanakkan. Secara umum, telur ikan wader akan menetas 24 jam setelah telur dikeluarkan. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<b>Pemisahan Larva dan Benih Ikan Wader </b></div>
<br />
<br />
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Setelah benih ikan wader menetas, adalah penting untuk segera memindahkan benih – benih tersebut ke kolam tersendiri. Benih ikan wader biasanya akan memakan plankton atauu lumut yang tumbuh di kolam. Namun untuk menambah nutrisi dan mempercepat pertumbuhan, bisa diberikan asupan nutrisi lain terhadap bibit – bibit ikan wader tersebut. Pemberian nutrisi tambahan tersebut dapat dilakukan melalui kuning telur ayam rebus yang dihaluskan. Memberi kuning telur ayam rebus secara rutin akan memberi bibit – bibit tersebut pasokan protein yang penting bagi pertumbuhan mereka. Ukuran benih ikan wader secara umum berkisar antara 0-5 cm dengan berat rata – rata mencapai sekitar 1 gram.</div>
andiarbeta.blogspot.comhttp://www.blogger.com/profile/13079298858568003634noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-2139953170791641524.post-11383622452524999202014-05-06T09:34:00.001+07:002023-03-13T12:36:28.035+07:00Budidaya Burung Puyuh<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhB36KQBvsjHrYmIMblkAcHsJ5Imt7N1WeGoMHS7eSlUD3PRi8NzYDXRmCOi74CmE4YK-sz-SjiZrnXThrPftcgBnW9ATB74TYrpqTYXap-SC-AfEwnyYKeO5xSZHZpKAzGimwiy5SxUMiy/s1600/index.jpg" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhB36KQBvsjHrYmIMblkAcHsJ5Imt7N1WeGoMHS7eSlUD3PRi8NzYDXRmCOi74CmE4YK-sz-SjiZrnXThrPftcgBnW9ATB74TYrpqTYXap-SC-AfEwnyYKeO5xSZHZpKAzGimwiy5SxUMiy/s1600/index.jpg" /></a></div>
<!--[if gte mso 9]><xml>
<w:WordDocument>
<w:View>Normal</w:View>
<w:Zoom>0</w:Zoom>
<w:TrackMoves/>
<w:TrackFormatting/>
<w:PunctuationKerning/>
<w:ValidateAgainstSchemas/>
<w:SaveIfXMLInvalid>false</w:SaveIfXMLInvalid>
<w:IgnoreMixedContent>false</w:IgnoreMixedContent>
<w:AlwaysShowPlaceholderText>false</w:AlwaysShowPlaceholderText>
<w:DoNotPromoteQF/>
<w:LidThemeOther>EN-US</w:LidThemeOther>
<w:LidThemeAsian>X-NONE</w:LidThemeAsian>
<w:LidThemeComplexScript>X-NONE</w:LidThemeComplexScript>
<w:Compatibility>
<w:BreakWrappedTables/>
<w:SnapToGridInCell/>
<w:WrapTextWithPunct/>
<w:UseAsianBreakRules/>
<w:DontGrowAutofit/>
<w:SplitPgBreakAndParaMark/>
<w:DontVertAlignCellWithSp/>
<w:DontBreakConstrainedForcedTables/>
<w:DontVertAlignInTxbx/>
<w:Word11KerningPairs/>
<w:CachedColBalance/>
</w:Compatibility>
<w:BrowserLevel>MicrosoftInternetExplorer4</w:BrowserLevel>
<m:mathPr>
<m:mathFont m:val="Cambria Math"/>
<m:brkBin m:val="before"/>
<m:brkBinSub m:val="--"/>
<m:smallFrac m:val="off"/>
<m:dispDef/>
<m:lMargin m:val="0"/>
<m:rMargin m:val="0"/>
<m:defJc m:val="centerGroup"/>
<m:wrapIndent m:val="1440"/>
<m:intLim m:val="subSup"/>
<m:naryLim m:val="undOvr"/>
</m:mathPr></w:WordDocument>
</xml><![endif]--><div style="line-height: 13.5pt; margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify; vertical-align: baseline;"><span style="color: #333333; font-family: "inherit" , "serif"; font-size: 9pt;">Berikut ini adalah serba-serbi
budidaya burung puyuh dimulai dengan sejarah singkat burung puyuh, sentra
budidaya burung puyuh, jenis-jenis burung puyuh, manfaat burung puyuh,
persyaratan lokasi budidaya burung puyuh, pedoman teknis budidaya burung
puyuh, hama dan penyakit burung puyuh dan lain-lain.</span></div>
<div style="line-height: 13.5pt; margin-bottom: .25in; margin-left: 0in; margin-right: 0in; margin-top: 0in; margin: 0in 0in 0.25in; text-align: justify; vertical-align: baseline;">
<br /></div>
<div style="line-height: 13.5pt; margin-bottom: .25in; margin-left: 0in; margin-right: 0in; margin-top: 0in; margin: 0in 0in 0.25in; text-align: justify; vertical-align: baseline;">
<span style="color: #333333; font-family: "inherit" , "serif"; font-size: 9pt;">1. SEJARAH SINGKAT</span></div>
<div style="line-height: 13.5pt; margin-bottom: .25in; margin-left: 0in; margin-right: 0in; margin-top: 0in; margin: 0in 0in 0.25in; text-align: justify; vertical-align: baseline;">
<span style="color: #333333; font-family: "inherit" , "serif"; font-size: 9pt;">Puyuh merupakan jenis burung yang tidak dapat terbang, ukuran
tubuh relatif kecil, berkaki pendek dan dapat diadu. Burung puyuh disebut juga
Gemak (Bhs. Jawa-Indonesia). Bahasa asingnya disebut “Quail”, merupakan bangsa
burung (liar) yang pertama kali diternakan di Amerika Serikat, tahun 1870. Dan
terus dikembangkan ke penjuru dunia. Sedangkan di Indonesia puyuh mulai
dikenal, dan diternak semenjak akhir tahun 1979. Kini mulai bermunculan di
kandang-kandang ternak yang ada di Indonesia.</span></div>
<div style="line-height: 13.5pt; margin-bottom: .25in; margin-left: 0in; margin-right: 0in; margin-top: 0in; margin: 0in 0in 0.25in; text-align: justify; vertical-align: baseline;">
<span style="color: #333333; font-family: "inherit" , "serif"; font-size: 9pt;">2. SENTRA PERIKANAN</span></div>
<div style="line-height: 13.5pt; margin-bottom: .25in; margin-left: 0in; margin-right: 0in; margin-top: 0in; margin: 0in 0in 0.25in; text-align: justify; vertical-align: baseline;">
<span style="color: #333333; font-family: "inherit" , "serif"; font-size: 9pt;">Sentra Peternakan burung puyuh banyak terdapat di Sumatera, Jawa
Barat, Jawa Timur dan Jawa Tengah</span></div>
<div style="line-height: 13.5pt; margin-bottom: .25in; margin-left: 0in; margin-right: 0in; margin-top: 0in; margin: 0in 0in 0.25in; text-align: justify; vertical-align: baseline;">
<span style="color: #333333; font-family: "inherit" , "serif"; font-size: 9pt;">3. JENIS</span></div>
<div style="line-height: 13.5pt; margin-bottom: .25in; margin-left: 0in; margin-right: 0in; margin-top: 0in; margin: 0in 0in 0.25in; vertical-align: baseline;">
<span style="color: #333333; font-family: "inherit" , "serif"; font-size: 9pt;">Kelas
<span style="mso-tab-count: 2;"> </span>: Aves (Bangsa
Burung)<br />
Ordo <span style="mso-tab-count: 2;"> </span>: Galiformes<br />
Sub Ordo <span style="mso-tab-count: 1;"> </span>: Phasianoidae<br />
Famili <span style="mso-tab-count: 2;"> </span>: Phasianidae<br />
Sub Famili <span style="mso-tab-count: 1;"> </span>: Phasianinae<br />
Genus <span style="mso-tab-count: 2;"> </span>: Coturnix<br />
Species <span style="mso-tab-count: 2;"> </span>:
Coturnix-coturnix Japonica</span></div>
<div style="line-height: 13.5pt; margin-bottom: .25in; margin-left: 0in; margin-right: 0in; margin-top: 0in; margin: 0in 0in 0.25in; text-align: justify; vertical-align: baseline;">
<span style="color: #333333; font-family: "inherit" , "serif"; font-size: 9pt;">4. MANFAAT</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 13.5pt; margin-left: 0.25in; mso-list: l3 level1 lfo1; tab-stops: list .25in; text-align: justify; text-indent: -0.25in; vertical-align: baseline;">
<span style="color: #333333; font-family: "inherit" , "serif"; font-size: 9pt;"><span style="mso-list: Ignore;">1.<span style="font: 7pt "Times New Roman";">
</span></span></span><span style="color: #333333; font-family: "inherit" , "serif"; font-size: 9pt;">Telur dan dagingnya mempunyai
nilai gizi dan rasa yang lezat</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 13.5pt; margin-left: 0.25in; mso-list: l3 level1 lfo1; tab-stops: list .25in; text-align: justify; text-indent: -0.25in; vertical-align: baseline;">
<span style="color: #333333; font-family: "inherit" , "serif"; font-size: 9pt;"><span style="mso-list: Ignore;">2.<span style="font: 7pt "Times New Roman";">
</span></span></span><span style="color: #333333; font-family: "inherit" , "serif"; font-size: 9pt;">Bulunya sebagai bahan aneka
kerajinan atau perabot rumah tangga lainnya</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 13.5pt; margin-left: 0.25in; mso-list: l3 level1 lfo1; tab-stops: list .25in; text-align: justify; text-indent: -0.25in; vertical-align: baseline;">
<span style="color: #333333; font-family: "inherit" , "serif"; font-size: 9pt;"><span style="mso-list: Ignore;">3.<span style="font: 7pt "Times New Roman";">
</span></span></span><span style="color: #333333; font-family: "inherit" , "serif"; font-size: 9pt;">Kotorannya sebagai pupuk kandang
ataupun kompos yang baik dapat digunakan sebagai pupuk tanaman</span></div>
<div style="line-height: 13.5pt; margin-bottom: .25in; margin-left: 0in; margin-right: 0in; margin-top: 0in; margin: 0in 0in 0.25in; text-align: justify; vertical-align: baseline;">
<br /></div>
<div style="line-height: 13.5pt; margin-bottom: .25in; margin-left: 0in; margin-right: 0in; margin-top: 0in; margin: 0in 0in 0.25in; text-align: justify; vertical-align: baseline;">
<span style="color: #333333; font-family: "inherit" , "serif"; font-size: 9pt;">5. PERSYARATAN LOKASI</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 13.5pt; margin-left: 0.25in; mso-list: l5 level1 lfo2; tab-stops: list .25in; text-align: justify; text-indent: -0.25in; vertical-align: baseline;">
<span lang="FI" style="color: #333333; font-family: "inherit" , "serif"; font-size: 9pt;"><span style="mso-list: Ignore;">1.<span style="font: 7pt "Times New Roman";">
</span></span></span><span lang="FI" style="color: #333333; font-family: "inherit" , "serif"; font-size: 9pt;">Lokasi jauh dari keramaian dan pemukiman penduduk</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 13.5pt; margin-left: 0.25in; mso-list: l5 level1 lfo2; tab-stops: list .25in; text-align: justify; text-indent: -0.25in; vertical-align: baseline;">
<span lang="FI" style="color: #333333; font-family: "inherit" , "serif"; font-size: 9pt;"><span style="mso-list: Ignore;">2.<span style="font: 7pt "Times New Roman";">
</span></span></span><span lang="FI" style="color: #333333; font-family: "inherit" , "serif"; font-size: 9pt;">Lokasi mempunyai strategi transportasi, terutama jalur sapronak dan
jalur-jalur pemasaran</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 13.5pt; margin-left: 0.25in; mso-list: l5 level1 lfo2; tab-stops: list .25in; text-align: justify; text-indent: -0.25in; vertical-align: baseline;">
<span lang="FI" style="color: #333333; font-family: "inherit" , "serif"; font-size: 9pt;"><span style="mso-list: Ignore;">3.<span style="font: 7pt "Times New Roman";">
</span></span></span><span lang="FI" style="color: #333333; font-family: "inherit" , "serif"; font-size: 9pt;">Lokasi terpilih bebas dari wabah penyakit</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 13.5pt; margin-left: 0.25in; mso-list: l5 level1 lfo2; tab-stops: list .25in; text-align: justify; text-indent: -0.25in; vertical-align: baseline;">
<span style="color: #333333; font-family: "inherit" , "serif"; font-size: 9pt;"><span style="mso-list: Ignore;">4.<span style="font: 7pt "Times New Roman";">
</span></span></span><span style="color: #333333; font-family: "inherit" , "serif"; font-size: 9pt;">Bukan merupakan daerah sering
banjir</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 13.5pt; margin-left: 0.25in; mso-list: l5 level1 lfo2; tab-stops: list .25in; text-align: justify; text-indent: -0.25in; vertical-align: baseline;">
<span style="color: #333333; font-family: "inherit" , "serif"; font-size: 9pt;"><span style="mso-list: Ignore;">5.<span style="font: 7pt "Times New Roman";">
</span></span></span><span style="color: #333333; font-family: "inherit" , "serif"; font-size: 9pt;">Merupakan daerah yang selalu
mendapatkan sirkulasi udara yang baik.</span></div>
<div style="line-height: 13.5pt; margin-bottom: .25in; margin-left: 0in; margin-right: 0in; margin-top: 0in; margin: 0in 0in 0.25in; text-align: justify; vertical-align: baseline;">
<br /></div>
<div style="line-height: 13.5pt; margin-bottom: .25in; margin-left: 0in; margin-right: 0in; margin-top: 0in; margin: 0in 0in 0.25in; text-align: justify; vertical-align: baseline;">
<span style="color: #333333; font-family: "inherit" , "serif"; font-size: 9pt;">6. PEDOMAN TEKNIS BUDIDAYA</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 13.5pt; margin-left: 0.25in; mso-list: l4 level1 lfo3; tab-stops: list .25in; text-align: justify; text-indent: -0.25in; vertical-align: baseline;">
<span style="color: #333333; font-family: "inherit" , "serif"; font-size: 9pt;"><span style="mso-list: Ignore;">1.<span style="font: 7pt "Times New Roman";">
</span></span></span><span style="color: #333333; font-family: "inherit" , "serif"; font-size: 9pt;">Penyiapan Sarana dan Peralatan</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 13.5pt; margin-left: 0.5in; mso-list: l4 level2 lfo3; tab-stops: list .5in; text-align: justify; text-indent: -0.25in; vertical-align: baseline;">
<span lang="SV" style="color: #333333; font-family: "inherit" , "serif"; font-size: 9pt;"><span style="mso-list: Ignore;">1.<span style="font: 7pt "Times New Roman";">
</span></span></span><span style="color: #333333; font-family: "inherit" , "serif"; font-size: 9pt;">Perkandangan<br />
Dalam sistem perkandangan yang perlu diperhatikan adalah temperatur kandang
yang ideal atau normal berkisar 20-25 derajat C; kelembaban kandang berkisar
30-80%; penerangan kandang pada siang hari cukup 25-40 watt, sedangkan malam
hari 40-60 watt (hal ini berlaku untuk cuaca mendung/musim hujan). </span><span lang="SV" style="color: #333333; font-family: "inherit" , "serif"; font-size: 9pt;">Tata letak kandang sebaiknya
diatur agar sinar matahari pagi dapat masuk kedalam kandang. Model kandang
puyuh ada 2 (dua) macam yang biasa diterapkan yaitu sistem litter (lantai
sekam) dan sistem sangkar (batere). Ukuran kandang untuk 1 m 2 dapat diisi
90-100 ekor anak puyuh, selanjuntnya menjadi 60 ekor untuk umur 10 hari sampai
lepas masa anakan. Terakhir menjadi 40 ekor/m 2 sampai masa bertelur. Adapun
kandang yang biasa digunakan dalam budidaya burung puyuh adalah:</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 13.5pt; margin-left: 0.75in; mso-list: l4 level3 lfo3; tab-stops: list .75in; text-indent: -0.25in; vertical-align: baseline;">
<span style="color: #333333; font-family: "inherit" , "serif"; font-size: 9pt;"><span style="mso-list: Ignore;">1.<span style="font: 7pt "Times New Roman";">
</span></span></span><span lang="SV" style="color: #333333; font-family: "inherit" , "serif"; font-size: 9pt;">Kandang untuk induk pembibitan<br />
Kandang ini berpegaruh langsung terhadap produktifitas dan kemampuan
mneghasilkan telur yang berkualitas. Besar atau ukuran kandang yang akan
digunakan harus sesuai dengan jumlah puyuh yang akan dipelihara. </span><span style="color: #333333; font-family: "inherit" , "serif"; font-size: 9pt;">Idealnya satu ekor puyuh dewasamembutuhkan luas kandang 200 m2.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 13.5pt; margin-left: 0.75in; mso-list: l4 level3 lfo3; tab-stops: list .75in; text-indent: -0.25in; vertical-align: baseline;">
<span style="color: #333333; font-family: "inherit" , "serif"; font-size: 9pt;"><span style="mso-list: Ignore;">2.<span style="font: 7pt "Times New Roman";">
</span></span></span><span style="color: #333333; font-family: "inherit" , "serif"; font-size: 9pt;">Kandang untuk induk petelur<br />
Kandang ini berfungsi sebagai kandang untuk induk pembibit. </span><span lang="SV" style="color: #333333; font-family: "inherit" , "serif"; font-size: 9pt;">Kandang ini mempunyai bentuk,
ukuran, dan keperluan peralatan yang sama. </span><span style="color: #333333; font-family: "inherit" , "serif"; font-size: 9pt;">Kepadatan
kandang lebih besar tetapi bisa juga sama.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 13.5pt; margin-left: 0.75in; mso-list: l4 level3 lfo3; tab-stops: list .75in; text-indent: -0.25in; vertical-align: baseline;">
<span style="color: #333333; font-family: "inherit" , "serif"; font-size: 9pt;"><span style="mso-list: Ignore;">3.<span style="font: 7pt "Times New Roman";">
</span></span></span><span style="color: #333333; font-family: "inherit" , "serif"; font-size: 9pt;">Kandang untuk anak puyuh/umur
stater(kandang indukan)<br />
Kandang ini merupakan kandang bagi anak puyuh pada umur starter, yaitu mulai
umur satu hari sampai dengan dua sampai tiga minggu. Kandang ini berfungsi
untuk menjaga agar anak puyuh yang masih memerlukan pemanasan itu tetap
terlindung dan mendapat panas yang sesuai dengan kebutuhan. Kandang ini perlu
dilengkapi alat pemanas. Biasanya ukuran yang sering digunakan adalah lebar 100
cm, panjang 100 cm, tinggi 40 cm, dan tinggi kaki 50 cm. (cukup memuat 90-100
ekor anak puyuh).</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 13.5pt; margin-left: 0.75in; mso-list: l4 level3 lfo3; tab-stops: list .75in; text-indent: -0.25in; vertical-align: baseline;">
<span style="color: #333333; font-family: "inherit" , "serif"; font-size: 9pt;"><span style="mso-list: Ignore;">4.<span style="font: 7pt "Times New Roman";">
</span></span></span><span style="color: #333333; font-family: "inherit" , "serif"; font-size: 9pt;">Kandang untuk puyuh umur grower
(3-6 minggu) dan layer (lebih dari 6 minggu)<br />
Bentuk, ukuran maupun peralatannya sama dengan kandang untuk induk petelur.
Alas kandang biasanya berupa kawat ram.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 13.5pt; margin-left: 0.5in; mso-list: l4 level2 lfo3; tab-stops: list .5in; text-align: justify; text-indent: -0.25in; vertical-align: baseline;">
<span lang="SV" style="color: #333333; font-family: "inherit" , "serif"; font-size: 9pt;"><span style="mso-list: Ignore;">2.<span style="font: 7pt "Times New Roman";">
</span></span></span><span lang="SV" style="color: #333333; font-family: "inherit" , "serif"; font-size: 9pt;">Peralatan<br />
Perlengkapan kandang berupa tempat makan, tempat minum, tempat bertelur dan
tempat obat-obatan.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 13.5pt; margin-left: 0.25in; mso-list: l4 level1 lfo3; tab-stops: list .25in; text-align: justify; text-indent: -0.25in; vertical-align: baseline;">
<span lang="SV" style="color: #333333; font-family: "inherit" , "serif"; font-size: 9pt;"><span style="mso-list: Ignore;">2.<span style="font: 7pt "Times New Roman";">
</span></span></span><span lang="SV" style="color: #333333; font-family: "inherit" , "serif"; font-size: 9pt;">Penyiapan Bibit<br />
Yang perlu diperhatikan oleh peternak sebelum memulai usahanya, adalah memahami
3 (tiga) unsur produksi usaha perternakan yaitu bibit/pembibitan, pakan
(ransum) dan pengelolaan usaha peternakan. Pemilihan bibit burung puyuh
disesuaikan dengan tujuan pemeliharaan, ada 3 (tiga) macam tujuan pemeliharaan
burung puyuh, yaitu:</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 13.5pt; margin-left: 0.5in; mso-list: l4 level2 lfo3; tab-stops: list .5in; text-align: justify; text-indent: -0.25in; vertical-align: baseline;">
<span lang="SV" style="color: #333333; font-family: "inherit" , "serif"; font-size: 9pt;"><span style="mso-list: Ignore;">1.<span style="font: 7pt "Times New Roman";">
</span></span></span><span lang="SV" style="color: #333333; font-family: "inherit" , "serif"; font-size: 9pt;">Untuk produksi telur konsumsi, dipilih bibit puyuh jenis ketam betina yang
sehat atau bebas dari kerier penyakit.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 13.5pt; margin-left: 0.5in; mso-list: l4 level2 lfo3; tab-stops: list .5in; text-align: justify; text-indent: -0.25in; vertical-align: baseline;">
<span lang="SV" style="color: #333333; font-family: "inherit" , "serif"; font-size: 9pt;"><span style="mso-list: Ignore;">2.<span style="font: 7pt "Times New Roman";">
</span></span></span><span lang="SV" style="color: #333333; font-family: "inherit" , "serif"; font-size: 9pt;">Untuk produksi daging puyuh, dipilih bibit puyuh jantan dan puyuh petelur
afkiran.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 13.5pt; margin-left: 0.5in; mso-list: l4 level2 lfo3; tab-stops: list .5in; text-align: justify; text-indent: -0.25in; vertical-align: baseline;">
<span lang="SV" style="color: #333333; font-family: "inherit" , "serif"; font-size: 9pt;"><span style="mso-list: Ignore;">3.<span style="font: 7pt "Times New Roman";">
</span></span></span><span lang="SV" style="color: #333333; font-family: "inherit" , "serif"; font-size: 9pt;">Untuk pembibitan atau produksi telur tetas, dipilih bibit puyuh betina yang
baik produksi telurnya dan puyuh jantan yang sehat yang siap membuahi puyuh
betina agar dapat menjamin telur tetas yang baik.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 13.5pt; margin-left: 0.25in; mso-list: l4 level1 lfo3; tab-stops: list .5in; text-align: justify; text-indent: -0.25in; vertical-align: baseline;">
<span style="color: #333333; font-family: "inherit" , "serif"; font-size: 9pt;"><span style="mso-list: Ignore;">3.<span style="font: 7pt "Times New Roman";">
</span></span></span><span style="color: #333333; font-family: "inherit" , "serif"; font-size: 9pt;">6.3. Pemeliharaan</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 13.5pt; margin-left: 0.5in; mso-list: l4 level2 lfo3; tab-stops: list .5in; text-indent: -0.25in; vertical-align: baseline;">
<span style="color: #333333; font-family: "inherit" , "serif"; font-size: 9pt;"><span style="mso-list: Ignore;">1.<span style="font: 7pt "Times New Roman";">
</span></span></span><span style="color: #333333; font-family: "inherit" , "serif"; font-size: 9pt;">Sanitasi dan Tindakan Preventif<br />
Untuk menjaga timbulnya penyakit pada pemeliharaan puyuh kebersihan lingkungan
kandang dan vaksinasi terhadap puyuh perlu dilakukan sedini<br />
mungkin.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 13.5pt; margin-left: 0.25in; vertical-align: baseline;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 13.5pt; margin-left: 0.5in; mso-list: l4 level2 lfo3; tab-stops: list .5in; text-indent: -0.25in; vertical-align: baseline;">
<span style="color: #333333; font-family: "inherit" , "serif"; font-size: 9pt;"><span style="mso-list: Ignore;">2.<span style="font: 7pt "Times New Roman";">
</span></span></span><span style="color: #333333; font-family: "inherit" , "serif"; font-size: 9pt;">Pengontrolan Penyakit<br />
Pengontrolan penyakit dilakukan setiap saat dan apabila ada tanda-tanda yang
kurang sehat terhadap puyuh harus segera dilakukan pengobatan sesuai dengan
petunjuk dokter hewan atau dinas peternakan setempat atau petunjuk dari Poultry
Shoup.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 13.5pt; margin-left: 0.5in; mso-list: l4 level2 lfo3; tab-stops: list .5in; text-indent: -0.25in; vertical-align: baseline;">
<span lang="SV" style="color: #333333; font-family: "inherit" , "serif"; font-size: 9pt;"><span style="mso-list: Ignore;">3.<span style="font: 7pt "Times New Roman";">
</span></span></span><span style="color: #333333; font-family: "inherit" , "serif"; font-size: 9pt;">Pemberian Pakan<br />
Ransum (pakan) yang dapat diberikan untuk puyuh terdiri dari beberapa bentuk,
yaitu: bentuk pallet, remah-remah dan tepung. Karena puyuh yang suka usil
memtuk temannya akan mempunyai kesibukan dengan mematuk-matuk pakannya. </span><span lang="SV" style="color: #333333; font-family: "inherit" , "serif"; font-size: 9pt;">Pemberian ransum puyuh anakan
diberikan 2 (dua) kali sehari pagi dan siang. Sedangkan puyuh remaja/dewasa
diberikan ransum hanya satu kali sehari yaitu di pagi hari. Untuk pemberian
minum pada anak puyuh pada bibitan terus-menerus.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 13.5pt; margin-left: 0.5in; mso-list: l4 level2 lfo3; tab-stops: list .5in; text-indent: -0.25in; vertical-align: baseline;">
<span lang="SV" style="color: #333333; font-family: "inherit" , "serif"; font-size: 9pt;"><span style="mso-list: Ignore;">4.<span style="font: 7pt "Times New Roman";">
</span></span></span><span lang="SV" style="color: #333333; font-family: "inherit" , "serif"; font-size: 9pt;">Pemberian Vaksinasi dan Obat<br />
Pada umur 4-7 hari puyuh di vaksinasi dengan dosis separo dari dosis untuk
ayam. Vaksin dapat diberikan melalui tetes mata (intra okuler) atau air minum
(peroral). Pemberian obat segera dilakukan apabila puyuh terlihat gejala-gejala
sakit dengan meminta bantuan petunjuk dari PPL setempat ataupun dari toko
peternakan (Poultry Shoup), yang ada di dekat Anda beternak puyuh.</span></div>
<div style="line-height: 13.5pt; margin-bottom: .25in; margin-left: 0in; margin-right: 0in; margin-top: 0in; margin: 0in 0in 0.25in; text-align: justify; vertical-align: baseline;">
<span style="color: #333333; font-family: "inherit" , "serif"; font-size: 9pt;">7. HAMA
DAN PENYAKIT</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 13.5pt; margin-left: 0.25in; mso-list: l1 level1 lfo4; tab-stops: list .25in; text-indent: -0.25in; vertical-align: baseline;">
<span style="color: #333333; font-family: "inherit" , "serif"; font-size: 9pt;"><span style="mso-list: Ignore;">1.<span style="font: 7pt "Times New Roman";">
</span></span></span><span style="color: #333333; font-family: "inherit" , "serif"; font-size: 9pt;">Radang usus (Quail enteritis)<br />
Penyebab: bakteri anerobik yang membentuk spora dan menyerang usus, sehingga
timbul pearadangan pada usus.<br />
Gejala: puyuh tampak lesu, mata tertutup, bulu kelihatan kusam, kotoran berair
dan mengandung asam urat.<br />
Pengendalian: memperbaiki tata laksana pemeliharaan, serta memisashkan burung
puyuh yang sehat dari yang telah terinfeksi.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 13.5pt; margin-left: 0.25in; mso-list: l1 level1 lfo4; tab-stops: list .25in; text-indent: -0.25in; vertical-align: baseline;">
<span style="color: #333333; font-family: "inherit" , "serif"; font-size: 9pt;"><span style="mso-list: Ignore;">2.<span style="font: 7pt "Times New Roman";">
</span></span></span><span style="color: #333333; font-family: "inherit" , "serif"; font-size: 9pt;">Tetelo (NCD/New Casstle Diseae)<br />
Gejala: puyuh sulit bernafas, batuk-batuk, bersin, timbul bunyi ngorok, lesu,
mata ngantuk, sayap terkulasi, kadang berdarah, tinja encer kehijauan yang<br />
spesifik adanya gejala “tortikolis”yaitu kepala memutar-mutar tidak menentu dan
lumpuh.<br />
Pengendalian:</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 13.5pt; margin-left: 0.5in; mso-list: l1 level2 lfo4; tab-stops: list .5in; text-align: justify; text-indent: -0.25in; vertical-align: baseline;">
<span style="color: #333333; font-family: "inherit" , "serif"; font-size: 9pt;"><span style="mso-list: Ignore;">1.<span style="font: 7pt "Times New Roman";">
</span></span></span><span style="color: #333333; font-family: "inherit" , "serif"; font-size: 9pt;">menjaga kebersihan lingkungan dan
peralatan yang tercemar virus, binatang vektor penyakit tetelo, ayam yang mati
segera dibakar/dibuang;</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 13.5pt; margin-left: 0.5in; mso-list: l1 level2 lfo4; tab-stops: list .5in; text-align: justify; text-indent: -0.25in; vertical-align: baseline;">
<span style="color: #333333; font-family: "inherit" , "serif"; font-size: 9pt;"><span style="mso-list: Ignore;">2.<span style="font: 7pt "Times New Roman";">
</span></span></span><span style="color: #333333; font-family: "inherit" , "serif"; font-size: 9pt;">pisahkan ayam yang sakit,
mencegah tamu masuk areal peternakan tanpa baju yang mensucihamakan/ steril
serta melakukan vaksinasi NCD. Sampai sekarang belum ada obatnya.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 13.5pt; margin-left: 0.25in; mso-list: l1 level1 lfo4; tab-stops: list .25in; text-indent: -0.25in; vertical-align: baseline;">
<span style="color: #333333; font-family: "inherit" , "serif"; font-size: 9pt;"><span style="mso-list: Ignore;">3.<span style="font: 7pt "Times New Roman";">
</span></span></span><span style="color: #333333; font-family: "inherit" , "serif"; font-size: 9pt;">Berak putih (Pullorum)<br />
Penyebab: Kuman Salmonella pullorum dan merupakan penyakit menular.<br />
Gejala: kotoran berwarna putih, nafsu makan hilang, sesak nafas, bulu-bulu
mengerut dan sayap lemah menggantung.<br />
Pengendalian: sama dengan pengendalian penyakit tetelo.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 13.5pt; margin-left: 0.25in; mso-list: l1 level1 lfo4; tab-stops: list .25in; text-indent: -0.25in; vertical-align: baseline;">
<span style="color: #333333; font-family: "inherit" , "serif"; font-size: 9pt;"><span style="mso-list: Ignore;">4.<span style="font: 7pt "Times New Roman";">
</span></span></span><span style="color: #333333; font-family: "inherit" , "serif"; font-size: 9pt;">Berak darah (Coccidiosis)<br />
Gejala: tinja berdarah dan mencret, nafsu makan kurang, sayap terkulasi, bulu
kusam menggigil kedinginan.<br />
Pengendalian:</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 13.5pt; margin-left: 0.5in; mso-list: l1 level2 lfo4; tab-stops: list .5in; text-align: justify; text-indent: -0.25in; vertical-align: baseline;">
<span style="color: #333333; font-family: "inherit" , "serif"; font-size: 9pt;"><span style="mso-list: Ignore;">1.<span style="font: 7pt "Times New Roman";">
</span></span></span><span style="color: #333333; font-family: "inherit" , "serif"; font-size: 9pt;">menjaga kebersihan lingkungaan,
menjaga litter tetap kering; dengan Tetra Chloine Capsule diberikan melalui
mulut; Noxal, Trisula Zuco tablet dilarutkan dalam air minum atau sulfaqui
moxaline, amprolium, cxaldayocox</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 13.5pt; margin-left: 0.25in; mso-list: l1 level1 lfo4; tab-stops: list .25in; text-indent: -0.25in; vertical-align: baseline;">
<span style="color: #333333; font-family: "inherit" , "serif"; font-size: 9pt;"><span style="mso-list: Ignore;">5.<span style="font: 7pt "Times New Roman";">
</span></span></span><span style="color: #333333; font-family: "inherit" , "serif"; font-size: 9pt;">Cacar Unggas (Fowl Pox)<br />
Penyebab: Poxvirus, menyerang bangsa unggas dari semua umur dan jenis kelamin.<br />
</span><span lang="SV" style="color: #333333; font-family: "inherit" , "serif"; font-size: 9pt;">Gejala:
imbulnya keropeng-keropeng pada kulit yang tidak berbulu, seperti pial, kaki,
mulut dan farink yang apabila dilepaskan akan mengeluarkan darah.<br />
</span><span style="color: #333333; font-family: "inherit" , "serif"; font-size: 9pt;">Pengendalian: vaksin dipteria dan mengisolasi kandang
atau puyuh yang terinfksi.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 13.5pt; margin-left: 0.25in; mso-list: l1 level1 lfo4; tab-stops: list .25in; text-indent: -0.25in; vertical-align: baseline;">
<span style="color: #333333; font-family: "inherit" , "serif"; font-size: 9pt;"><span style="mso-list: Ignore;">6.<span style="font: 7pt "Times New Roman";">
</span></span></span><span style="color: #333333; font-family: "inherit" , "serif"; font-size: 9pt;">Quail Bronchitis<br />
Penyebab: Quail bronchitis virus (adenovirus) yang bersifat sangat menular.<br />
Gejala: puyuh kelihatan lesu, bulu kusam, gemetar, sulit bernafas, batuk dan
bersi, mata dan hidung kadang-kadang mengeluarkan lendir serta kadangkala
kepala dan leher agak terpuntir.<br />
Pengendalian: pemberian pakan yang bergizi dengan sanitasi yang memadai.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 13.5pt; margin-left: 0.25in; mso-list: l1 level1 lfo4; tab-stops: list .25in; text-indent: -0.25in; vertical-align: baseline;">
<span style="color: #333333; font-family: "inherit" , "serif"; font-size: 9pt;"><span style="mso-list: Ignore;">7.<span style="font: 7pt "Times New Roman";">
</span></span></span><span style="color: #333333; font-family: "inherit" , "serif"; font-size: 9pt;">Aspergillosis<br />
Penyebab: cendawan Aspergillus fumigatus.<br />
Gejala: Puyuh mengalami gangguan pernafasan, mata terbentuk lapisan putih
menyerupai keju, mengantuk, nafsu makan berkurang.<br />
Pengendalian: memperbaiki sanitasi kandang dan lingkungan sekitarnya.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 13.5pt; margin-left: 0.25in; mso-list: l1 level1 lfo4; tab-stops: list .25in; text-indent: -0.25in; vertical-align: baseline;">
<span lang="FI" style="color: #333333; font-family: "inherit" , "serif"; font-size: 9pt;"><span style="mso-list: Ignore;">8.<span style="font: 7pt "Times New Roman";">
</span></span></span><span lang="SV" style="color: #333333; font-family: "inherit" , "serif"; font-size: 9pt;">Cacingan<br />
Penyebab: sanitasi yang buruk.<br />
</span><span lang="FI" style="color: #333333; font-family: "inherit" , "serif"; font-size: 9pt;">Gejala:
puyuh tampak kurus, lesu dan lemah.<br />
Pengendalian: menjaga kebersihan kandang dan pemberian pakan yang terjaga
kebersihannya.</span></div>
<div style="line-height: 13.5pt; margin-bottom: .25in; margin-left: 0in; margin-right: 0in; margin-top: 0in; margin: 0in 0in 0.25in; text-align: justify; vertical-align: baseline;">
<br /></div>
<div style="line-height: 13.5pt; margin-bottom: .25in; margin-left: 0in; margin-right: 0in; margin-top: 0in; margin: 0in 0in 0.25in; text-align: justify; vertical-align: baseline;">
<span style="color: #333333; font-family: "inherit" , "serif"; font-size: 9pt;">8. PANEN</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 13.5pt; margin-left: 0.25in; mso-list: l7 level1 lfo5; tab-stops: list .25in; text-indent: -0.25in; vertical-align: baseline;">
<span style="color: #333333; font-family: "inherit" , "serif"; font-size: 9pt;"><span style="mso-list: Ignore;">1.<span style="font: 7pt "Times New Roman";">
</span></span></span><span style="color: #333333; font-family: "inherit" , "serif"; font-size: 9pt;">Hasil Utama<br />
Pada usaha pemeliharaan puyuh petelur, yang menjadi hasil utamanya adalah
produksi telurnya yang dipanen setiap hari selama masa produksi berlangsung.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 13.5pt; margin-left: 0.25in; mso-list: l7 level1 lfo5; tab-stops: list .25in; text-indent: -0.25in; vertical-align: baseline;">
<span style="color: #333333; font-family: "inherit" , "serif"; font-size: 9pt;"><span style="mso-list: Ignore;">2.<span style="font: 7pt "Times New Roman";">
</span></span></span><span style="color: #333333; font-family: "inherit" , "serif"; font-size: 9pt;">Hasil Tambahan<br />
Sedangkan yang merupakan hasil tambahan antara lain berupa daging afkiran,
tinja dan bulu puyuh.</span></div>
<div style="line-height: 13.5pt; margin-bottom: .25in; margin-left: 0in; margin-right: 0in; margin-top: 0in; margin: 0in 0in 0.25in; text-align: justify; vertical-align: baseline;">
<br /></div>
<div style="line-height: 13.5pt; margin-bottom: .25in; margin-left: 0in; margin-right: 0in; margin-top: 0in; margin: 0in 0in 0.25in; text-align: justify; vertical-align: baseline;">
<span style="color: #333333; font-family: "inherit" , "serif"; font-size: 9pt;">9. PASCAPANEN …</span></div>
<div style="line-height: 13.5pt; margin-bottom: .25in; margin-left: 0in; margin-right: 0in; margin-top: 0in; margin: 0in 0in 0.25in; text-align: justify; vertical-align: baseline;">
<span style="color: #333333; font-family: "inherit" , "serif"; font-size: 9pt;">10. ANALISIS EKONOMI BUDIDAYA</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 13.5pt; margin-left: 0.25in; mso-list: l6 level1 lfo6; tab-stops: list .25in; text-align: justify; text-indent: -0.25in; vertical-align: baseline;">
<span style="color: #333333; font-family: "inherit" , "serif"; font-size: 9pt;"><span style="mso-list: Ignore;">1.<span style="font: 7pt "Times New Roman";">
</span></span></span><span style="color: #333333; font-family: "inherit" , "serif"; font-size: 9pt;">Analisis Usaha Budidaya</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 13.5pt; margin-left: 0.5in; mso-list: l6 level2 lfo6; tab-stops: list .5in; text-align: justify; text-indent: -0.25in; vertical-align: baseline;">
<span style="color: #333333; font-family: "inherit" , "serif"; font-size: 9pt;"><span style="mso-list: Ignore;">1.<span style="font: 7pt "Times New Roman";">
</span></span></span><span style="color: #333333; font-family: "inherit" , "serif"; font-size: 9pt;">Investasi</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 13.5pt; margin-left: 0.75in; mso-list: l6 level3 lfo6; tab-stops: list 45.0pt; text-align: justify; text-indent: -0.25in; vertical-align: baseline;">
<span style="color: #333333; font-family: "inherit" , "serif"; font-size: 9pt;"><span style="mso-list: Ignore;">1.<span style="font: 7pt "Times New Roman";">
</span></span></span><span style="color: #333333; font-family: "inherit" , "serif"; font-size: 9pt;">kandang ukuran 9 x 0,6 x 1,9 m (1
jalur + tempat makan dan minum) <span style="mso-tab-count: 1;"> </span>Rp.
2.320.000,-</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 13.5pt; margin-left: 0.75in; mso-list: l6 level3 lfo6; tab-stops: list 45.0pt; text-align: justify; text-indent: -0.25in; vertical-align: baseline;">
<span style="color: #333333; font-family: "inherit" , "serif"; font-size: 9pt;"><span style="mso-list: Ignore;">2.<span style="font: 7pt "Times New Roman";">
</span></span></span><span style="color: #333333; font-family: "inherit" , "serif"; font-size: 9pt;">kandang besar <span style="mso-tab-count: 7;"> </span>Rp.
1.450.000,-</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 13.5pt; margin-left: 0.5in; mso-list: l6 level2 lfo6; tab-stops: list .5in; text-align: justify; text-indent: -0.25in; vertical-align: baseline;">
<span style="color: #333333; font-family: "inherit" , "serif"; font-size: 9pt;"><span style="mso-list: Ignore;">2.<span style="font: 7pt "Times New Roman";">
</span></span></span><span style="color: #333333; font-family: "inherit" , "serif"; font-size: 9pt;">Biaya pemeliharaan (untuk umur
0-2 bulan)</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 13.5pt; margin-left: 0.75in; mso-list: l6 level3 lfo6; tab-stops: list 45.0pt; text-align: justify; text-indent: -0.25in; vertical-align: baseline;">
<span style="color: #333333; font-family: "inherit" , "serif"; font-size: 9pt;"><span style="mso-list: Ignore;">1.<span style="font: 7pt "Times New Roman";">
</span></span></span><span style="color: #333333; font-family: "inherit" , "serif"; font-size: 9pt;">ay Old Quail (DOQ) x Rp 798
(Harga DOQ) <span style="mso-tab-count: 4;"> </span>Rp.
1.596.000,-</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 13.5pt; margin-left: 0.75in; mso-list: l6 level3 lfo6; tab-stops: list 45.0pt; text-align: justify; text-indent: -0.25in; vertical-align: baseline;">
<span style="color: #333333; font-family: "inherit" , "serif"; font-size: 9pt;"><span style="mso-list: Ignore;">2.<span style="font: 7pt "Times New Roman";">
</span></span></span><span style="color: #333333; font-family: "inherit" , "serif"; font-size: 9pt;">Obat (Vitamin + Vaksin) <span style="mso-tab-count: 6;"> </span>Rp.
145.000,-</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 13.5pt; margin-left: 0.75in; mso-list: l6 level3 lfo6; tab-stops: list 45.0pt; text-indent: -0.25in; vertical-align: baseline;">
<span style="color: #333333; font-family: "inherit" , "serif"; font-size: 9pt;"><span style="mso-list: Ignore;">3.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span></span><span style="color: #333333; font-family: "inherit" , "serif"; font-size: 9pt;">Pakan (selama 60 hari) <span style="mso-tab-count: 6;"> </span>Rp.
2.981.200,-<br />
Jumlah biaya produksi <span style="mso-tab-count: 7;"> </span>Rp.
4.722.200,-<br />
Keadaan puyuh:</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 13.5pt; margin-left: 1in; mso-list: l6 level4 lfo6; tab-stops: list 63.0pt; text-align: justify; text-indent: -0.25in; vertical-align: baseline;">
<span style="color: #333333; font-family: "wingdings"; font-size: 10pt;"><span style="mso-list: Ignore;">§<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span></span><span style="color: #333333; font-family: "inherit" , "serif"; font-size: 9pt;">Jumlah anak 2000 ekor (jantan dan betina)</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 13.5pt; margin-left: 1in; mso-list: l6 level4 lfo6; tab-stops: list 63.0pt; text-align: justify; text-indent: -0.25in; vertical-align: baseline;">
<span style="color: #333333; font-family: "wingdings"; font-size: 10pt;"><span style="mso-list: Ignore;">§<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span></span><span style="color: #333333; font-family: "inherit" , "serif"; font-size: 9pt;">Resiko mati 5%, sisa 1900</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 13.5pt; margin-left: 1in; mso-list: l6 level4 lfo6; tab-stops: list 63.0pt; text-align: justify; text-indent: -0.25in; vertical-align: baseline;">
<span lang="FI" style="color: #333333; font-family: "wingdings"; font-size: 10pt;"><span style="mso-list: Ignore;">§<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span></span><span style="color: #333333; font-family: "inherit" , "serif"; font-size: 9pt;">Resiko kelamin 15% jantan, 85% betina (285 jantan, 1615 bet</span><span lang="FI" style="color: #333333; font-family: "inherit" , "serif"; font-size: 9pt;">ina)</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 13.5pt; margin-left: 1in; mso-list: l6 level4 lfo6; tab-stops: list 63.0pt; text-align: justify; text-indent: -0.25in; vertical-align: baseline;">
<span lang="FI" style="color: #333333; font-family: "wingdings"; font-size: 10pt;"><span style="mso-list: Ignore;">§<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span></span><span lang="FI" style="color: #333333; font-family: "inherit" , "serif"; font-size: 9pt;">Setelah 2 bulan harga puyuh bibit
Rp 3.625,- betina dan Rp 725 jantan</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 13.5pt; margin-left: 1in; mso-list: l6 level4 lfo6; tab-stops: list 63.0pt; text-align: justify; text-indent: -0.25in; vertical-align: baseline;">
<span lang="FI" style="color: #333333; font-family: "wingdings"; font-size: 10pt;"><span style="mso-list: Ignore;">§<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span></span><span lang="FI" style="color: #333333; font-family: "inherit" , "serif"; font-size: 9pt;">Penjualan puyuh bibit umur 2
bulan Rp. 4.408.000,-Minus Rp. -314.200,-</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 13.5pt; text-align: justify; vertical-align: baseline;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 13.5pt; text-align: justify; vertical-align: baseline;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 13.5pt; text-align: justify; vertical-align: baseline;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 13.5pt; text-align: justify; vertical-align: baseline;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 13.5pt; margin-left: 0.5in; mso-list: l6 level2 lfo6; tab-stops: list .5in; text-align: justify; text-indent: -0.25in; vertical-align: baseline;">
<span style="color: #333333; font-family: "inherit" , "serif"; font-size: 9pt;"><span style="mso-list: Ignore;">3.<span style="font: 7pt "Times New Roman";">
</span></span></span><span style="color: #333333; font-family: "inherit" , "serif"; font-size: 9pt;">Biaya pemeliharaan (0-4 bulan)</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 13.5pt; margin-left: 0.75in; mso-list: l6 level3 lfo7; tab-stops: list 45.0pt; text-align: justify; text-indent: -0.25in; vertical-align: baseline;">
<span style="color: #333333; font-family: "wingdings"; font-size: 10pt;"><span style="mso-list: Ignore;">§<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span></span><span style="color: #333333; font-family: "inherit" , "serif"; font-size: 9pt;">200 DOQ x Rp 798,- <span style="mso-tab-count: 6;"> </span>Rp.
159.600,-</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 13.5pt; margin-left: 0.75in; mso-list: l6 level3 lfo7; tab-stops: list 45.0pt; text-align: justify; text-indent: -0.25in; vertical-align: baseline;">
<span lang="FI" style="color: #333333; font-family: "wingdings"; font-size: 10pt;"><span style="mso-list: Ignore;">§<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span></span><span lang="FI" style="color: #333333; font-family: "inherit" , "serif"; font-size: 9pt;">Obat (vitamin dan Vaksinasi) <span style="mso-tab-count: 5;"> </span>Rp.
290.000,-</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 13.5pt; margin-left: 0.75in; mso-list: l6 level3 lfo7; tab-stops: list 45.0pt; text-indent: -0.25in; vertical-align: baseline;">
<span lang="SV" style="color: #333333; font-family: "wingdings"; font-size: 10pt;"><span style="mso-list: Ignore;">§<span style="font: 7pt "Times New Roman";">
</span></span></span><span lang="SV" style="color: #333333; font-family: "inherit" , "serif"; font-size: 9pt;">Pakan (sampai dengan umur 3 minggu) <span style="mso-tab-count: 4;"> </span>Rp.
2.459.925,-</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 13.5pt; margin-left: 0.75in; mso-list: l6 level3 lfo7; tab-stops: list 45.0pt; text-indent: -0.25in; vertical-align: baseline;">
<span lang="SV" style="color: #333333; font-family: "wingdings"; font-size: 10pt;"><span style="mso-list: Ignore;">§<span style="font: 7pt "Times New Roman";">
</span></span></span><span lang="SV" style="color: #333333; font-family: "inherit" , "serif"; font-size: 9pt;">Pakan (s/d minggu ke 4) betina 1615 ekor dan</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 13.5pt; margin-left: 45pt; vertical-align: baseline;">
<span lang="SV" style="color: #333333; font-family: "inherit" , "serif"; font-size: 9pt;"><span style="mso-spacerun: yes;"> </span>71 ekor jantan (25% jantan layak bibit) <span style="mso-tab-count: 4;"> </span>Rp.
5.264.051,-<br />
Jumlah biaya produksi <span style="mso-tab-count: 7;"> </span>Rp.
8.173.576,-<br />
Keadaan puyuh:</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 13.5pt; margin-left: 1in; mso-list: l6 level4 lfo7; tab-stops: list 63.0pt; text-indent: -0.25in; vertical-align: baseline;">
<span lang="SV" style="color: #333333; font-family: "wingdings"; font-size: 10pt;"><span style="mso-list: Ignore;">§<span style="font: 7pt "Times New Roman";">
</span></span></span><span lang="SV" style="color: #333333; font-family: "inherit" , "serif"; font-size: 9pt;">Mulai umur 1,5 bulan puyuh bertelur setiap hari rata-rata 85%, jumlah telur
1373 butir</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 13.5pt; margin-left: 1in; mso-list: l6 level4 lfo7; tab-stops: list 63.0pt; text-align: justify; text-indent: -0.25in; vertical-align: baseline;">
<span style="color: #333333; font-family: "wingdings"; font-size: 10pt;"><span style="mso-list: Ignore;">§<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span></span><span style="color: #333333; font-family: "inherit" , "serif"; font-size: 9pt;">Hasil telur 75 hari x 1373 x Rp 75,- <span style="mso-tab-count: 4;"> </span>Rp.
7.723.125,-</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 13.5pt; margin-left: 1in; mso-list: l6 level4 lfo7; tab-stops: list 63.0pt; text-align: justify; text-indent: -0.25in; vertical-align: baseline;">
<span lang="SV" style="color: #333333; font-family: "wingdings"; font-size: 10pt;"><span style="mso-list: Ignore;">§<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span></span><span lang="SV" style="color: #333333; font-family: "inherit" , "serif"; font-size: 9pt;">Puyuh betina bibit 1615 ekor @ Rp
3.625,- <span style="mso-tab-count: 3;"> </span>Rp.
5.854.375,-</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 13.5pt; margin-left: 1in; mso-list: l6 level4 lfo7; tab-stops: list 63.0pt; text-align: justify; text-indent: -0.25in; vertical-align: baseline;">
<span lang="SV" style="color: #333333; font-family: "wingdings"; font-size: 10pt;"><span style="mso-list: Ignore;">§<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span></span><span lang="SV" style="color: #333333; font-family: "inherit" , "serif"; font-size: 9pt;">Puyuh jantan bibit 75 ekor @ Rp
798,- <span style="mso-tab-count: 4;"> </span>Rp.
59.850,-</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 13.5pt; margin-left: 1in; mso-list: l6 level4 lfo7; tab-stops: list 63.0pt; text-align: justify; text-indent: -0.25in; vertical-align: baseline;">
<span lang="SV" style="color: #333333; font-family: "wingdings"; font-size: 10pt;"><span style="mso-list: Ignore;">§<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span></span><span lang="SV" style="color: #333333; font-family: "inherit" , "serif"; font-size: 9pt;">Puyuh jantan afkiran 214 ekor @
Rp 725,- <span style="mso-tab-count: 3;"> </span>Rp.
155.150,-</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 13.5pt; margin-left: 0.5in; mso-list: l6 level2 lfo7; tab-stops: list .5in; text-align: justify; text-indent: -0.25in; vertical-align: baseline;">
<span lang="SV" style="color: #333333; font-family: "inherit" , "serif"; font-size: 9pt;"><span style="mso-list: Ignore;">4.<span style="font: 7pt "Times New Roman";">
</span></span></span><span lang="SV" style="color: #333333; font-family: "inherit" , "serif"; font-size: 9pt;">Keuntungan dari hasil penjualan <span style="mso-tab-count: 6;"> </span>Rp.
5.618.924,-</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 13.5pt; margin-left: 0.5in; mso-list: l6 level2 lfo7; tab-stops: list .5in; text-align: justify; text-indent: -0.25in; vertical-align: baseline;">
<span lang="FI" style="color: #333333; font-family: "inherit" , "serif"; font-size: 9pt;"><span style="mso-list: Ignore;">5.<span style="font: 7pt "Times New Roman";">
</span></span></span><span lang="FI" style="color: #333333; font-family: "inherit" , "serif"; font-size: 9pt;">Biaya pemeliharaan (sampai umur 8 bulan)</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 13.5pt; margin-left: 0.75in; mso-list: l6 level3 lfo8; tab-stops: list 45.0pt; text-align: justify; text-indent: -0.25in; vertical-align: baseline;">
<span style="color: #333333; font-family: "inherit" , "serif"; font-size: 9pt;"><span style="mso-list: Ignore;">0.<span style="font: 7pt "Times New Roman";">
</span></span></span><span style="color: #333333; font-family: "inherit" , "serif"; font-size: 9pt;">Biaya untuk umur 4-8 bulan Rp.
1.625.137,-</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 13.5pt; margin-left: 0.5in; mso-list: l6 level2 lfo8; tab-stops: list .5in; text-align: justify; text-indent: -0.25in; vertical-align: baseline;">
<span style="color: #333333; font-family: "inherit" , "serif"; font-size: 9pt;"><span style="mso-list: Ignore;">6.<span style="font: 7pt "Times New Roman";">
</span></span></span><span style="color: #333333; font-family: "inherit" , "serif"; font-size: 9pt;">Pendapatan</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 13.5pt; margin-left: 0.75in; mso-list: l6 level3 lfo8; tab-stops: list 45.0pt; text-align: justify; text-indent: -0.25in; vertical-align: baseline;">
<span style="color: #333333; font-family: "inherit" , "serif"; font-size: 9pt;"><span style="mso-list: Ignore;">0.<span style="font: 7pt "Times New Roman";">
</span></span></span><span style="color: #333333; font-family: "inherit" , "serif"; font-size: 9pt;">Hasil telur (0,5 bulan) 195 x
1373 x Rp 75,- <span style="mso-tab-count: 4;"> </span>Rp.
20.080.125,-</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 13.5pt; margin-left: 0.75in; mso-list: l6 level3 lfo8; tab-stops: list 45.0pt; text-align: justify; text-indent: -0.25in; vertical-align: baseline;">
<span style="color: #333333; font-family: "inherit" , "serif"; font-size: 9pt;"><span style="mso-list: Ignore;">1.<span style="font: 7pt "Times New Roman";">
</span></span></span><span style="color: #333333; font-family: "inherit" , "serif"; font-size: 9pt;">Hasil puyuh afkir 1615 ekor @ Rp
798,- <span style="mso-tab-count: 4;"> </span>Rp.
1.288.770,-</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 13.5pt; margin-left: 0.75in; mso-list: l6 level3 lfo8; tab-stops: list 45.0pt; text-align: justify; text-indent: -0.25in; vertical-align: baseline;">
<span lang="SV" style="color: #333333; font-family: "inherit" , "serif"; font-size: 9pt;"><span style="mso-list: Ignore;">2.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span></span><span lang="SV" style="color: #333333; font-family: "inherit" , "serif"; font-size: 9pt;">Hasil jantan afkir 71 ekor @ Rp
725,- <span style="mso-tab-count: 1;"> </span><span style="mso-tab-count: 3;"> </span>Rp.
51.475,-</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 13.5pt; margin-left: 0.75in; mso-list: l6 level3 lfo8; tab-stops: list 45.0pt; text-align: justify; text-indent: -0.25in; vertical-align: baseline;">
<span lang="SV" style="color: #333333; font-family: "inherit" , "serif"; font-size: 9pt;"><span style="mso-list: Ignore;">3.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span></span><span lang="SV" style="color: #333333; font-family: "inherit" , "serif"; font-size: 9pt;">Hasil jantan afkir (2 bln) 214
ekor @ Rp 725,- <span style="mso-tab-count: 4;"> </span>Rp.
155.150,-</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 13.5pt; margin-left: 0.5in; mso-list: l6 level2 lfo8; tab-stops: list .5in; text-indent: -0.25in; vertical-align: baseline;">
<span lang="SV" style="color: #333333; font-family: "inherit" , "serif"; font-size: 9pt;"><span style="mso-list: Ignore;">7.<span style="font: 7pt "Times New Roman";">
</span></span></span><span lang="SV" style="color: #333333; font-family: "inherit" , "serif"; font-size: 9pt;">Keuntungan beternak puyuh petelur dan afkiran jual <span style="mso-tab-count: 4;"> </span>Rp.
10.950.113,-<br />
Jadi peternak lebih banyak menjumlah keuntungan bila beternak puyuh petelur,
baru kemudian puyuh afkirannya di jual daripada menjual puyuh bibit. Analisa
usaha dihitung berdasarkan harga-harga yang berlaku pada tahun 1999.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 13.5pt; margin-left: 0.25in; mso-list: l6 level1 lfo8; tab-stops: list .25in; text-align: justify; text-indent: -0.25in; vertical-align: baseline;">
<span style="color: #333333; font-family: "inherit" , "serif"; font-size: 9pt;"><span style="mso-list: Ignore;">2.<span style="font: 7pt "Times New Roman";">
</span></span></span><span style="color: #333333; font-family: "inherit" , "serif"; font-size: 9pt;">Gambaran Peluang Agribisnis …</span></div>
<div style="line-height: 13.5pt; margin-bottom: .25in; margin-left: 0in; margin-right: 0in; margin-top: 0in; margin: 0in 0in 0.25in; text-align: justify; vertical-align: baseline;">
<span style="color: #333333; font-family: "inherit" , "serif"; font-size: 9pt;">11. DAFTAR PUSTAKA</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 13.5pt; margin-left: 0.25in; mso-list: l0 level1 lfo9; tab-stops: list .25in; text-align: justify; text-indent: -0.25in; vertical-align: baseline;">
<span lang="SV" style="color: #333333; font-family: "inherit" , "serif"; font-size: 9pt;"><span style="mso-list: Ignore;">1.<span style="font: 7pt "Times New Roman";">
</span></span></span><span style="color: #333333; font-family: "inherit" , "serif"; font-size: 9pt;">Beternak burung puyuh, 1981.
Nugroho, Drh. Mayen 1 bk. </span><span lang="SV" style="color: #333333; font-family: "inherit" , "serif"; font-size: 9pt;">Dosen umum Ternak Unggas Fakultas Kedokteran Hewan dan
Peternakan, Universitas Udayana.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 13.5pt; margin-left: 0.25in; mso-list: l0 level1 lfo9; tab-stops: list .25in; text-align: justify; text-indent: -0.25in; vertical-align: baseline;">
<span lang="SV" style="color: #333333; font-family: "inherit" , "serif"; font-size: 9pt;"><span style="mso-list: Ignore;">2.<span style="font: 7pt "Times New Roman";">
</span></span></span><span lang="SV" style="color: #333333; font-family: "inherit" , "serif"; font-size: 9pt;">Puyuh, Tatalaksana Budidaya secara komersil, 1992. Elly Listyowati, Ir.
Kinanti Rospitasari, Penebar Swadaya, Jakarta.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 13.5pt; margin-left: 0.25in; mso-list: l0 level1 lfo9; tab-stops: list .25in; text-align: justify; text-indent: -0.25in; vertical-align: baseline;">
<span lang="SV" style="color: #333333; font-family: "inherit" , "serif"; font-size: 9pt;"><span style="mso-list: Ignore;">3.<span style="font: 7pt "Times New Roman";">
</span></span></span><span lang="SV" style="color: #333333; font-family: "inherit" , "serif"; font-size: 9pt;">Memelihara burung puyuh, 1985. Muhammad Rasyaf, Ir. Penerbit Kanisius
(Anggota KAPPI), Yogyakarta.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 13.5pt; margin-left: 0.25in; mso-list: l0 level1 lfo9; tab-stops: list .25in; text-align: justify; text-indent: -0.25in; vertical-align: baseline;">
<span style="color: #333333; font-family: "inherit" , "serif"; font-size: 9pt;"><span style="mso-list: Ignore;">4.<span style="font: 7pt "Times New Roman";">
</span></span></span><span lang="SV" style="color: #333333; font-family: "inherit" , "serif"; font-size: 9pt;">Beternak burung puyuh dan Pemeliharaan secara komersil, tahun 1985. </span><span style="color: #333333; font-family: "inherit" , "serif"; font-size: 9pt;">Wahyuning Dyah Evitadewi dkk. Penerbit Aneka Ilmu Semarang</span></div>
<div style="line-height: 13.5pt; margin-bottom: .25in; margin-left: 0in; margin-right: 0in; margin-top: 0in; margin: 0in 0in 0.25in; text-align: justify; vertical-align: baseline;">
<span style="color: #333333; font-family: "inherit" , "serif"; font-size: 9pt;">12. KONTAK HUBUNGAN</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 13.5pt; margin-left: 0.25in; mso-list: l2 level1 lfo10; tab-stops: list .25in; text-align: justify; text-indent: -0.25in; vertical-align: baseline;">
<span style="color: #333333; font-family: "inherit" , "serif"; font-size: 9pt;"><span style="mso-list: Ignore;">1.<span style="font: 7pt "Times New Roman";">
</span></span></span><span style="color: #333333; font-family: "inherit" , "serif"; font-size: 9pt;">Proyek Pengembangan Ekonomi
Masyarakat Pedesaan – BAPPENAS Jl.Sunda Kelapa No. 7 Jakarta, Tel. 021 390 9829 , Fax. 021 390
9829</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 13.5pt; margin-left: 0.25in; mso-list: l2 level1 lfo10; tab-stops: list .25in; text-align: justify; text-indent: -0.25in; vertical-align: baseline;">
<span style="color: #333333; font-family: "inherit" , "serif"; font-size: 9pt;"><span style="mso-list: Ignore;">2.<span style="font: 7pt "Times New Roman";">
</span></span></span><span style="color: #333333; font-family: "inherit" , "serif"; font-size: 9pt;">Kantor Menteri Negara Riset dan
Teknologi, Deputi Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Iptek, Gedung II BPPT
Lantai 6, Jl. M.H.Thamrin No. 8, Jakarta 10340, Indonesia, Tel. +62 21 316
9166~69, Fax. +62 21 310 1952, Situs Web: http://www.ristek.go.id</span></div>
<div style="line-height: 13.5pt; margin-bottom: .25in; margin-left: 0in; margin-right: 0in; margin-top: 0in; margin: 0in 0in 0.25in; text-align: justify; vertical-align: baseline;">
<span lang="SV" style="color: #333333; font-family: "inherit" , "serif"; font-size: 9pt;">Sumber : Proyek Pengembangan Ekonomi
Masyarakat Pedesaan, Bappenas</span></div>
andiarbeta.blogspot.comhttp://www.blogger.com/profile/13079298858568003634noreply@blogger.com2tag:blogger.com,1999:blog-2139953170791641524.post-79102953324046810022014-01-26T12:26:00.000+07:002014-01-26T12:26:05.493+07:00Budidaya Udang Windu<table cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="float: left; margin-right: 1em; text-align: left;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgooOTlV1MSND0QIMNsoPnTIb5R7dmhKJVdiSaJJ2N2gAuDFdBb-Po076D0li9eCQksdb_kgjJlnlAR-drgQdD3psCDeDzixj50M57N3hN-6clyZ2VNggH5gwYM6CHEgujsbsCxG5nptF_C/s1600/windo.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; margin-bottom: 1em; margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgooOTlV1MSND0QIMNsoPnTIb5R7dmhKJVdiSaJJ2N2gAuDFdBb-Po076D0li9eCQksdb_kgjJlnlAR-drgQdD3psCDeDzixj50M57N3hN-6clyZ2VNggH5gwYM6CHEgujsbsCxG5nptF_C/s1600/windo.jpg" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">windu umur 2-3 bln</td></tr>
</tbody></table>
<div style="text-align: justify;">
Budidaya udang windu di Indonesia dimulai pada awal tahun 1980-an, dan mencapai puncak produksi pada tahun 1985-1995. Sehingga pada kurun waktu tersebut udang windu merupakan penghasil devisa terbesar pada produk perikanan. Selepas tahun 1995 produksi udang windu mulai mengalami penurunan. Hal itu disebabkan oleh penurunan mutu lingkungan dan serangan penyakit. </div>
<div style="text-align: justify;">
Teknis Budidaya </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Budidaya udang windu meliputi beberapa faktor, yaitu : </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<b>- Syarat Teknis </b></div>
<div style="text-align: justify;">
Lokasi yang cocok untuk tambak udang yaitu pada daerah pantai yang mempunyai tanah bertekstur liat atau liat berpasir yang mudah dipadatkan sehingga mampu menahan air dan tidak mudah pecah.
Air yang baik yaitu air payau dengan salinitas 0-33 ppt dengan suhu optimal 26 – 300C dan bebas dari pencemaran bahan kimia berbahaya. </div>
<div style="text-align: justify;">
Mempunyai saluran air masuk/inlet dan saluran air keluar/outlet yang terpisah.
Mudah mendapatkan sarana produksi yaitu benur, pakan, pupuk , obat-obatan dan lain-lain.
Pada tambak yang intensif harus tersedia aliran listrik dari PLN atau mempunyai Generator sendiri. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<b>Tipe Budidaya. </b></div>
<div style="text-align: justify;">
Berdasarkan letak, biaya dan operasi pelaksanaannya, tipe budidaya dibedakan menjadi :
Tambak Ekstensif atau tradisional.
Petakan tambak biasanya di lahan pasang surut yang umumnya berupa rawa bakau. Ukuran dan bentuk petakan tidak teratur, belum meggunakan pupuk dan obat-obatan dan program pakan tidak teratur.
Tambak Semi Intensif. </div>
<div style="text-align: justify;">
Lokasi tambak sudah pada daerah terbuka, bentuk petakan teratur tetapi masih berupa petakan yang luas (1-3 ha/petakan), padat penebaran masih rendah, penggunaan pakan buatan masih sedikit.
Tambak Intensif.
Lokasi di daerah yang khusus untuk tambak dalam wilayah yang luas, ukuran petakan dibuat kecil untuk efisiensi pengelolaan air dan pengawasan udang, padat tebar tinggi, sudah menggunakan kincir, serta program pakan yang baik. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<b>Benur </b></div>
<div style="text-align: justify;">
Benur yang baik mempunyai tingkat kehidupan (Survival Rate/SR) yang tinggi, daya adaptasi terhadap perubahan lingkungan yang tinggi, berwarna tegas/tidak pucat baik hitam maupun merah, aktif bergerak, sehat dan mempunyai alat tubuh yang lengkap. Uji kualitas benur dapat dilakukan secara sederhana, yaitu letakkan sejumlah benur dalam wadah panci atau baskom yang diberi air, aduk air dengan cukup kencang selama 1-3 menit. Benur yang baik dan sehat akan tahan terhadap adukan tersebut dengan berenang melawan arus putaran air, dan setelah arus berhenti, benur tetap aktif bergerak. </div>
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjsbDDKT5mZfzUWLKU5IAbq8NiH95rR2-pgfsj1ItZMjISkXiupEILTdbNyaL6TtdpPc8_ulYf0mDXxyY5phYCiD-6zhmNlrOAdn8ChsD9XTDtXn-X4WabR3nPRC9pQMiZe9jTBiCj5hQcH/s1600/bibi+windu.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjsbDDKT5mZfzUWLKU5IAbq8NiH95rR2-pgfsj1ItZMjISkXiupEILTdbNyaL6TtdpPc8_ulYf0mDXxyY5phYCiD-6zhmNlrOAdn8ChsD9XTDtXn-X4WabR3nPRC9pQMiZe9jTBiCj5hQcH/s1600/bibi+windu.jpg" height="240" width="320" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Bibit udang windu</td></tr>
</tbody></table>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<b>Pengolahan Lahan</b></div>
<div style="text-align: justify;">
Pengolahan lahan, meliputi :
Pengangkatan lumpur. Setiap budidaya pasti meninggalkan sisa budidaya yang berupa lumpur organik dari sisa pakan, kotoran udang dan dari udang yang mati. Kotoran tersebut harus dikeluarkan karena bersifat racun yang membahayakan udang. Pengeluaran lumpur dapat dilakukan dengan cara mekanis menggunakan cangkul atau penyedotan dengan pompa air/alkon. </div>
<div style="text-align: justify;">
Pembalikan Tanah. Tanah di dasar tambak perlu dibalik dengan cara dibajak atau dicangkul untuk membebaskan gas-gas beracun (H2S dan Amoniak) yang terikat pada pertikel tanah, untuk menggemburkan tanah dan membunuh bibit panyakit karena terkena sinar matahari/ultra violet.
Pengapuran. Bertujuan untuk menetralkan keasaman tanah dan membunuh bibit-bibit penyakit. Dilakukan dengan kapur Zeolit dan Dolomit dengan dosis masing-masing 1 ton/ha.
Pengeringan. </div>
<div style="text-align: justify;">
Setelah tanah dikapur, biarkan hingga tanah menjadi kering dan pecah-pecah, untuk membunuh bibit penyakit.
Perlakuan pupuk TON (Tambak Organik Nusantara). Untuk mengembalikan kesuburan lahan serta mempercepat pertumbuhan pakan alami/plankton dan menetralkan senyawa beracun, lahan perlu diberi perlakuan TON dengan dosis 5 botol/ha untuk tambak yang masih baik atau masih baru dan 10 botol TON untuk areal tambak yang sudah rusak. Caranya masukkan sejumlah TON ke dalam air, kemudian aduk hingga larut. Siramkan secara merata ke seluruh areal lahan tambak. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<b>Pemasukan Air </b></div>
<div style="text-align: justify;">
Setelah dibiarkan 3 hari, air dimasukkan ke tambak. Pemasukan air yang pertama setinggi 10-25 cm dan biarkan beberapa hari, untuk memberi kesempatan bibit-bibit plankton tumbuh setelah dipupuk dengan TON. Setelah itu air dimasukkan hingga minimal 80 cm. Perlakuan Saponen bisa dilakukan untuk membunuh ikan yang masuk ke tambak. Untuk menyuburkan plankton sebelum benur ditebar, air dikapur dengan Dolomit atau Zeolit dengan dosis 600 kg/ha.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<b>Penebaran Benur. </b></div>
<div style="text-align: justify;">
Tebar benur dilakukan setelah air jadi, yaitu setelah plankton tumbuh yang ditandai dengan kecerahan air kurang lebih 30-40 cm. Penebaran benur dilakukan dengan hati-hati, karena benur masih lemah dan mudah stress pada lingkungan yang baru. Tahap penebaran benur adalah :
Adaptasi suhu. Plastik wadah benur direndam selama 15 30 menit, agar terjadi penyesuaian suhu antara air di kolam dan di dalam plastik.
Adaptasi udara. </div>
<div style="text-align: justify;">
Plastik dibuka dan dilipat pada bagian ujungnya. Biarkan terbuka dan terapung selama 15 30 menit agar terjadi pertukaran udara dari udara bebas dengan udara dalam air di plastik.
Adaptasi kadar garam/salinitas. Dilakukan dengan cara memercikkan air tambak ke dalam plastik selama 10 menit. Tujuannya agar terjadi percampuran air yang berbeda salinitasnya, sehingga benur dapat menyesuaikan dengan salinitas air tambak.
Pengeluaran benur. Dilakukan dengan memasukkan sebagian ujung plastik ke air tambak. Biarkan benur keluar sendiri ke air tambak. Sisa benur yang tidak keluar sendiri, dapat dimasukkan ke tambak dengan hati-hati/perlahan. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<i>Cara mudah budidaya udang windu </i></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<table cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="float: left; margin-right: 1em; text-align: left;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi9RO2HIGbrJ6D0qaceUjFHwiOLt15wrjuo87zBIo4pU8TAfTNICDKtYfE6OjGOf1fB-W7Y7_g-7NVCaPe1OSFFvuTceJgSGulJ7dxLeL2z-oo38F2krLc58as55crfzkx6YZEUwmIZfXVC/s1600/winduo.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; margin-bottom: 1em; margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi9RO2HIGbrJ6D0qaceUjFHwiOLt15wrjuo87zBIo4pU8TAfTNICDKtYfE6OjGOf1fB-W7Y7_g-7NVCaPe1OSFFvuTceJgSGulJ7dxLeL2z-oo38F2krLc58as55crfzkx6YZEUwmIZfXVC/s1600/winduo.jpg" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Umur 5 bulan Lebih</td></tr>
</tbody></table>
<div style="text-align: justify;">
<b>Pemeliharaan </b></div>
<div style="text-align: justify;">
Pada awal budidaya, sebaiknya di daerah penebaran benur disekat dengan waring atau hapa, untuk memudahkan pemberian pakan. Sekat tersebut dapat diperluas sesuai dengan perkembangan udang, setelah 1 minggu sekat dapat dibuka. Pada bulan pertama yang diperhatikan kualitas air harus selalu stabil. Penambahan atau pergantian air dilakukan dengan hati-hati karena udang masih rentan terhadap perubahan kondisi air yang drastis. </div>
<div style="text-align: justify;">
Untuk menjaga kestabilan air, setiap penambahan air baru diberi perlakuan TON dengan dosis 1 – 2 botol TON/ha untuk menumbuhkan dan menyuburkan plankton serta menetralkan bahan-bahan beracun dari luar tambak.
Mulai umur 30 hari dilakukan sampling untuk mengetahui pekembanghan udang melalui pertambahan berat udang. Udang yang normal pada umur 30 hari sudah mencapai size (jumlah udang/kg) 250-300. Untuk selanjutnya sampling dilakukan tiap 7-10 hari sekali. Produksi bahan organik terlarut yang berasa dari kotoran dan sisa pakan sudah cukup tinggi, oleh karena itu sebaiknya air diberi perlakuan kapur Zeolit setiap beberapa hari sekali dengan dosis 400 kg/ha. Pada setiap pergantian atau penambahan air baru tetap diberi perlakuan TON.
Mulai umur 60 hari ke atas, yang harus diperhatikan adalah manajemen kualitas air dan kontrol terhadap kondisi udang. </div>
<div style="text-align: justify;">
Setiap menunjukkkan kondisi air yang jelek (ditandai dengan warna keruh, kecerahan rendah) secepatnya dilakukan pergantian air dan perlakuan TON 1-2 botol/ha. Jika konsentrasi bahan organik dalam tambak yang semakin tinggi, menyebabkan kualitas air/lingkungan hidup udang juga semakin menurun, akibatnya udang mudah mengalami stres, yang ditandai dengan tidak mau makan, kotor dan diam di sudut-sudut tambak, yang dapat menyebabkan terjadinya kanibalisme. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<b>Panen </b></div>
<div style="text-align: justify;">
Udang dipanen disebabkan karena tercapainya bobot panen (panen normal) dan karena terserang penyakit (panen emergency). Panen normal biasanya dilakukan pada umur kurang lebih 120 hari, dengan size normal rata-rata 40 – 50. Sedang panen emergency dilakukan jika udang terserang penyakit yang ganas dalam skala luas (misalnya SEMBV/bintik putih). Karena jika tidak segera dipanen, udang akan habis/mati. </div>
<div style="text-align: justify;">
Udang yang dipanen dengan syarat mutu yang baik adalah yang berukuran besar, kulit keras, bersih, licin, bersinar, alat tubuh lengkap, masih hidup dan segar. Penangkapan udang pada saat panen dapat dilakukan dengan jala tebar atau jala tarik dan diambil dengan tangan. Saat panen yang baik yaitu malam atau dini hari, agar udang tidak terkena panas sinar matahari sehingga udang yang sudah mati tidak cepat menjadi merah/rusak. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<b>Pakan Udang </b></div>
<div style="text-align: justify;">
Pakan udang ada dua macam, yaitu pakan alami yang terdiri dari plankton, siput-siput kecil, cacing kecil, anak serangga dan detritus (sisa hewan dan tumbuhan yang membusuk). Pakan yang lain adalah pakan buatan berupa pelet. Pada budidaya yang semi intensif apalagi intensif, pakan buatan sangat diperlukan. Karena dengan padat penebaran yang tinggi, pakan alami yang ada tidak akan cukup yang mengakibatkan pertumbuhan udang terhambat dan akan timbul sifat kanibalisme udang. </div>
<div style="text-align: justify;">
Pelet udang dibedakan dengan penomoran yang berbeda sesuai dengan pertumbuhan udang yang normal.
Umur 1-10 hari pakan 01 </div>
<div style="text-align: justify;">
Umur 11-15 hari campuran 01 dengan 02 </div>
<div style="text-align: justify;">
Umur 16-30 hari pakan 02
Umur 30-35 campuran 02 dengan 03 </div>
<div style="text-align: justify;">
Umur 36-50 hari pakan 03
Umur 51-55 campuran 03 dengan 04 atau 04S. (jika memakai 04S, diberikan hingga umur 70 hari). </div>
<div style="text-align: justify;">
Umur 55 hingga panen pakan 04, jika pada umur 85 hari size rata-rata mencapai 50, digunakan pakan 05 hingga panen. </div>
<div style="text-align: justify;">
Kebutuhan pakan awal untuk setiap 100.000 ekor adalah 1 kg, selanjutnya tiap 7 hari sekali ditambah 1 kg hingga umur 30 hari. Mulai umur tersebut dilakukan cek ancho dengan jumlah pakan di ancho 10% dari pakan yang diberikan. Waktu angkat ancho untuk size 1000-166 adalah 3 jam, size 166-66 adalah 2,5 jam, size 66-40 adalah 2,5 jam dan kurang dari 40 adalah 1,5 jam dari pemberian.
Untuk meningkatkan pertumbuhan udang, perlu penambahan nutrisi lengkap dalam pakan. Untuk itu, pakan harus dicampur dengan VITERNA Plus dan POC NASA yang mengandung mineral-mineral penting, protein, lemak dan vitamin dengan dosis 5 cc/kg pakan untuk umur dibwah 60 hari dan setelah itu 10 cc/kg pakan hingga panen. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<b>Penyakit </b></div>
<div style="text-align: justify;">
Beberapa penyakit yang sering menyerang udang adalah :
Bintik Putih
Penyakit inilah yang menjadi penyebab sebagian besar kegagalan budidaya udang. Disebabkan oleh infeksi virus SEMBV (Systemic Ectodermal Mesodermal Baculo Virus). Serangannya sangat cepat, dalam beberapa jam saja seluruh populasi udang dalam satu kolam dapat mati. </div>
<div style="text-align: justify;">
<b>Gejalanya</b> : jika udang masih hidup, berenang tidak teratur di permukaan dan jika menabrak tanggul langsung mati, adanya bintik putih di cangkang (Carapace), sangat peka terhadap perubahan lingkungan. Virus dapat berkembang biak dan menyebar lewat inang, yaitu kepiting dan udang liar, terutama udang putih. Belum ada obat untuk penyakit ini, cara mengatasinya adalah dengan diusahakan agar tidak ada kepiting dan udang-udang liar masuk ke kolam budidaya. Kestabilan ekosistem tambak juga harus dijaga agar udang tidak stress dan daya tahan tinggi. </div>
<div style="text-align: justify;">
Sehingga walaupun telah terinfeksi virus, udang tetap mampu hidup sampai cukup besar untuk dipanen. Untuk menjaga kestabilan ekosistem tambak tersebut tambak perlu dipupuk dengan TON.
Bintik Hitam/Black Spot
Disebabkan oleh virus Monodon Baculo Virus (MBV). Tanda yang nampak yaitu terdapat bintik-bintik hitam di cangkang dan biasanya diikuti dengan infeksi bakteri, sehingga gejala lain yang tampak yaitu adanya kerusakan alat tubuh udang. </div>
<div style="text-align: justify;">
<b>Cara mencegah</b> : dengan selalu menjaga kualitas air dan kebersihan dasar tambak.
Kotoran Putih/mencret
Disebabkan oleh tingginya konsentrasi kotoran dan gas amoniak dalam tambak. Gejala : mudah dilihat, yaitu adanya kotoran putih di daerah pojok tambak (sesuai arah angin), juga diikuti dengan penurunan nafsu makan sehingga dalam waktu yang lama dapat menyebabkan kematian. Cara mencegah : jaga kualitas air dan dilakukan pengeluaran kotoran dasar tambak/siphon secara rutin.
Insang Merah
Ditandai dengan terbentuknya warna merah pada insang. </div>
<div style="text-align: justify;">
Disebabkan tingginya keasaman air tambak, sehingga cara mengatasinya dengan penebaran kapur pada kolam budidaya. Pengolahan lahan juga harus ditingkatkan kualitasnya.
Nekrosis
Disebabkan oleh tingginya konsentrasi bakteri dalam air tambak. Gejala yang nampak yaitu adanya kerusakan/luka yang berwarna hitam pada alat tubuh, terutama pada ekor. </div>
<div style="text-align: justify;">
<b>Cara mengatasinya</b> adalah dengan penggantian air sebanyak-banyaknya ditambah perlakuan TON 1-2 botol/ha, sedangkan pada udang dirangsang untuk segera melakukan ganti kulit (Molting) dengan pemberian saponen atau dengan pengapuran.
Penyakit pada udang sebagian besar disebabkan oleh penurunan kualitas kolam budidaya. Oleh karena itu perlakuan TON sangat diperlukan baik pada saat pengolahan lahan maupun saat pemasukan air baru.
Demikan artikel cara mudah budidaya udang windu. Semoga bermanfaat.</div>
andiarbeta.blogspot.comhttp://www.blogger.com/profile/13079298858568003634noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-2139953170791641524.post-130051974841318852014-01-26T11:57:00.000+07:002014-01-26T12:07:28.019+07:00Budidaya Ikan Hias Nemo Atau Clownfish<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjFJQ5PgGuCcwR-xOJWhX3PQcLg0iKWQ5fMHD_zK739Q5eds2G5Q1z9AW-XnvNBd1T53G4sI5yMjwcNPDZutkQq2LKKFYazID-1IjAw7FGDTcrfNAeNG37JRXEq34UcB38k5YNBLIwmcQ1V/s1600/ikan+nemoo.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjFJQ5PgGuCcwR-xOJWhX3PQcLg0iKWQ5fMHD_zK739Q5eds2G5Q1z9AW-XnvNBd1T53G4sI5yMjwcNPDZutkQq2LKKFYazID-1IjAw7FGDTcrfNAeNG37JRXEq34UcB38k5YNBLIwmcQ1V/s1600/ikan+nemoo.jpg" /></a><b>Mengenal ikan nemo atau clownfish </b><br />
<div style="text-align: justify;">
lkan badut adalah ikan hias air laut dari subfamili Amphiprioninae. Terdapat sekitar 28 spesies dikenali, salah satunya berada di genus Premnas, sementara sisanya di genus Amphiprion. Ikan badut berwarna kuning, jingga, kemerahan atau kehitaman. Spesies terbesar dapat tumbuh mencapai panjang 18 cm, sementara terkecil hanya mencapai 10 cm. Di jepang, ikan badut di kenal dengan nama kakure-kumanomi, di Rusia: obyknovennaya rybka-kloun, dan di Denmark: klovnfisk.
Nama Ilmiah: Amphiprion percula
Nama lain : ikan badut (clownfish), ikan anemon (anemone fish), ikan nemo
Ukuran: 3 – 4 inci (10 cm)
Harapan hidup: 3 – 6 tahun
Class: Actinopterygii
Order: Perciformes
Family: Pomacentridae </div>
<br />
<div style="text-align: justify;">
<b>Habitat dan Penyebaran </b></div>
<div style="text-align: justify;">
Ikan badut merupakan ikan karang tropis yang hidup di perairan hangat pada daerah terumbu dengan kedalaman kurang dari 50 meter dan berair jernih. Dengan daerah penyebaran di Samudera Pasifik (Fiji), Laut Merah, Samudra Hindia (Indonesia, Malaysia, Thailand, Maladewa, Burma), dan Great Barrier Reef Australia. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<b>Makanan </b></div>
<div style="text-align: justify;">
Ikan badut merupakan ikan omnivore (pemakan hewan dan tumbuhan), jadi selain invertebrata kecil (crustacea & parasit yang melekat pada tubuh anemon), alga juga diketahui memenuhi 20 – 25% kebutuhan nutrisinya. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<b>Simbiosis Mutualisme</b></div>
<div style="text-align: justify;">
Ikan badut & anemon hidup berdampingan & saling menguntungkan, Anemon akan melindungi ikan badut dan ikan badut akan menangkal ikan kupu-kupu (Butterfly Fish) yang suka memakan anemon. Ikan badut juga akan memakan invertebrata kecil yang melekat di tentakel anemon yang membahayakan anemon (parasit) dan membantu membersihkan anemon dari kotoran seperti pasir dsb. Di sisi lain kotoran dari ikan badut memberikan nutrisi untuk anemon. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgZjpLd7smx0HNVWdp8DqSDJIJ5-WZqTen8RhFYZnHTsNiFU0kamXoo9GkeKNaJG9_CLQJ8OUj4zTP1S73CzUsyn_Z8RgxT9qvnG5StTczyTch1YYkrSvFGsYEhrS9Dnn5ZTpahlBtqrCZr/s1600/nemooo.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgZjpLd7smx0HNVWdp8DqSDJIJ5-WZqTen8RhFYZnHTsNiFU0kamXoo9GkeKNaJG9_CLQJ8OUj4zTP1S73CzUsyn_Z8RgxT9qvnG5StTczyTch1YYkrSvFGsYEhrS9Dnn5ZTpahlBtqrCZr/s1600/nemooo.jpg" height="215" width="400" /></a></div>
<div style="text-align: justify;">
<b>Teknik budidaya ikan nemo/clownfish</b></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<b>1. persiapan wadah </b></div>
<div style="text-align: justify;">
Wadah yang digunakan untuk induk adalah aquarium 40 x 40 x 40 cm yang dilengkapi dengan instalasi air laut dan aerasi serta saluran pembuangan. Aquarium tersebut ditempatkan di ruangan yang cukup cahaya sinar matahari hal dimakasudkan untuk menghidari parasir baik untuk induk maupun terhadap telur yang dihasilkan.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<b>2. Induk yang digunakan</b> </div>
<div style="text-align: justify;">
Induk yang digunakan adalah induk alam atau induk dari hasil pemijahan yang sudah diseleksi baik dari segi Kesehatan, jenis, ukuran, warna maupun karakter lain yang diminati oleh pasar.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<b>3. Perjodohan </b></div>
<div style="text-align: justify;">
Perjodohan dilakukan untuk mendapatkan pasangan induk yang cocok, ikan nemo jika merasa tidak cocok dengan pasangannya maka ikan tersebut akan berantem sampai ada yang mati jika tidak cepat dipisahkan. Perjodohan ikan nemo tidaklah terlalu sulit cukup memilih induk yang besar (betina) dan induk yang agak kecil (jantan) masukkan dalam aquarium yang sudah disiapkan, sebaiknya sirkulasi air dilakukan selama 24 jam agar kondisi kualitas air tetap terjaga. Setelah perjodohan dilakukan, sebaiknya diamati terus, jika tidak terjadi kecocokan maka pasangan tersebut harus diganti sampai mendapatkan pasangan yang cocok.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<b> 4. Penanganan iduk </b></div>
<div style="text-align: justify;">
Untuk mempercepat proses pemijahan dan dapat menghasilkan telur yang berkualitas maka pakan yang diberika harus berkualitas pula dan diberikan sesering mungkin. Pada tahap awal pemijahan telur yang dihasilkan masih sedikit dan bahkan terkadang tidak menetas, pada Pemijahan selanjutnya produksinya akan terus meningkat. Pemijahan terjadi pada siang hari yaitu sekitar pukul 12.00 - 17.00 dimana induk betina perlahan meletakkan dan menata telurnya pada subsrat dekat anemone lalu dibuahi oleh jantan, hal ini dilakukan berulang kali sampai proses pemijahan selesai. Telur dijaga dan dibersihkan oleh induknya namun yang paling dominan adalah jantan. Telur menetas menjadi larva setelah berumur 6 atau 8 hari dan biasanya telur menetas dimalam hari yaitu sekitar pukul 19.00 - 20.00.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<b> 5. Penanganan larva </b></div>
<div style="text-align: justify;">
Dalam pemeliharaan larva sebaiknya wadah yang digunakan minimal bervolume 1 ton karena semakin kecil volume air maka pluktusi perubahan kualitas air juga semakin cepat dan sangat berpengaruh terhadap SR dan pertumbuhan larva. Pada tahap awal pakan yang diberikan adalah rotifer yang disesuaikan dengan kepadatan larva dan dipertahankan kepadatan rotifernya 5-10 sel/ml air. Selain rotifer pakan alami berupa naupli artemia diberikan setelah mencapai umur 7 atau sekitar 10 hari dan disesuaikan kemampuan larva untuk mengkonsumasi naupli artemia tersebut. Hal ini dapat dilihat dari perubahan warna larva dari hitam menjadi agak kemerahan dan pada saat itulah larva dapat mengkonsumsi naupli artemia. Pakan tambahan juga dapat diberikan berupa pellet setelah umur >10 hari. larva sudah dapat dipindahkan ke wadah pendederan atau pembesaran setelah 12 hari pemeliharaan.</div>
<br />
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<b>6. Pembesaran </b></div>
<div style="text-align: justify;">
Pembesaran dapat dilakukan pada aquarium, bak fiber atau kolam, namun untuk memudahkan penanganan disaat benih baru keluar dari bak larva sebaiknya dipelihara dalam aquarium dengan system air mengalir. Penanganan diaquarim memudahkan dalam pengontrolan terhadap penyakit, pemberian pakan, perbaikan kulitas. Stelah berukuran 2 cm maka sebaiknya dipelihara di wadah yang lebih luas. Pemberian pakan sebaiknya diberikan sesering mungkin minimal 3 kali sehari, jenins pakan yang diberikan dapat berupa pellet, artemia, cacing renik, udang renik ataupun jentik nyamuk.<br />
<br />
<i>sumber </i>:<span style="font-family: Georgia,"Times New Roman",serif;"><span style="color: black;"><a href="http://adearisandi.wordpress.com/2012/01/25/ikan-badut-clownfish"><span lang="IN" style="font-size: 12pt;"><span style="color: black;">http://adearisandi.wordpress.com/2012/01/25/ikan-badut-clownfish</span></span></a>.</span></span></div>
andiarbeta.blogspot.comhttp://www.blogger.com/profile/13079298858568003634noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-2139953170791641524.post-29654518408403580952013-09-05T10:37:00.002+07:002013-09-05T10:37:37.144+07:00Budidaya Jangkrik<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhzALxx3W9G6UZJ_g8sVuD62tU1pXoOvsYuhGX1P_8xrEVgxtPEEQGJbYF2_FHvs_ToNDHjhaEvEAFsO7aueN-Cu7yRYlhonlwK2MRB-cmZLXxi7_Hf1v8UJ70bZxnzyZr9Cfxu-2baYS6m/s1600/kreee.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="272" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhzALxx3W9G6UZJ_g8sVuD62tU1pXoOvsYuhGX1P_8xrEVgxtPEEQGJbYF2_FHvs_ToNDHjhaEvEAFsO7aueN-Cu7yRYlhonlwK2MRB-cmZLXxi7_Hf1v8UJ70bZxnzyZr9Cfxu-2baYS6m/s320/kreee.jpg" width="320" /></a></div>
<h3 style="text-align: justify;">
1.SEJARAH SINGKAT </h3>
<div style="text-align: justify;">
Dewasa ini pada masa krisis ekonomi di Indonesia, budidaya jangkrik (Liogryllus Bimaculatus) sangat gencar, begitu juga dengan seminar-seminar yg diadakan dibanyak kota. Kegiatan ini banyak dilakukan mengingat waktu yg dibutuhkan utk produksi telur yg akan diperdagangkan hanya memerlukan waktu ± 2-4 minggu. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Sedangkan utk produksi jangkrik utk pakan ikan & burung maupun utk diambil tepungnya, hanya memerlukan 2-3 bulan. Jangkrik betina mempunyai siklus hidup ± 3 bulan, sedangkan jantan kurang dari 3 bulan. dlm siklus hidupnya jangkrik betina mampu memproduksi lebih dari 500 butir telur.
Penyebaran jangkrik di Indonesia adalah merata, namun utk kota-kota besar yg banyak penggemar burung & ikan, pada awalnya sangat tergantung utk mengkonsumsi jangkrik yg berasal dari alam, lama kelamaan dengan berkurangnya jangkrik yg ditangkap dari alam maka mulailah dicoba utk membudidayakan jangkrik alam dengan diternakkan secara intensif & usaha ini banyak dilakukan dikota-kota dipulau jawa. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<h3 style="text-align: justify;">
2. SENTRA PERIKANAN </h3>
<div style="text-align: justify;">
Telah diutarakan didepan bahwa utk sementara ini, sentra peternakan jangkrik adalah dikota-kota besar dipulau jawa karena kebutuhan dari jangkrik sangat banyak. Sedangkan diluar pulau jawa sementara ini masih banyak didapatkan dari alam, sehingga belum banyak peternakan-peternakan jangkrik. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<h3 style="text-align: justify;">
3. JENIS </h3>
<div style="text-align: justify;">
Ada lebih dari 100 jenis jangkrik yg terdapat di Indonesia. Jenis yg banyak dibudidayakan pada saat ini adalah Gryllus Mitratus & Gryllus testaclus, utk pakan ikan & burung. Kedua jenis ini dpt dibedakan dari bentuk tubuhnya, dimana Gryllus Mitratus wipositor-nya lebih pendek disamping itu Gryllus Mitratus mempunyai garis putih pada pinggir sayap punggung, serta penampilannya yg tenang. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<h3 style="text-align: justify;">
4. MANFAAT </h3>
<div style="text-align: justify;">
Jangkrik segar yg sdh diketahui baik utk pakan burung berkicau seperti poksay, kacer & hwambie serta utk pakan ikan, baik juga utk pertumbuhan udang & lele dlm bentuk tepung. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<h3 style="text-align: justify;">
5. PERSYARATAN LOKASI </h3>
<div style="text-align: justify;">
Lokasi budidaya harus tenang, teduh & mendapat sirkulasi udara yg baik.
Lokasi jauh dari sumber-sumber kebisingan seperti pasar, jalan raya & lain sebagainya.
Tidak terkena sinar matahari secara langsung atau berlebihan. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<h3 style="text-align: justify;">
6. PEDOMAN TEKNIS BUDIDAYA </h3>
<div style="text-align: justify;">
Ternak jangkrik merupakan jenis usaha yg jikatidak direncanakan dengan matang, akan sangat merugikan usaha. Ada beberapa tahap yg perlu dilakukan dlm merencanakan usaha ternak jangkrik, yaitu penyusunan jadwal kegiatan, menentukan struktur organisasi, menentukan spesifikasi pekerjaan, menetapkan fasilitas fisik, merencanakan metoda pendekatan pasar, menyiapkan anggaran, mencari sumber dana & melaksanakan usaha ternak jangkrik. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><i><span style="font-size: small;">1.Penyiapan Sarana & Peralatan</span></i></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Karena jangkrik biasa melakukan kegiatan diwaktu malam hari, maka kandang jangkrik jangan diletakkan dibawah sinar matahari, jadi letakkan ditempat yg teduh & gelap. Sebaiknya dihindarkan dari lalu lalang orang lewat terlebih lagi utk kandang peneluran. utk menjaga kondisi kandang yg mendekati habitatnya, maka dinding kandang diolesi dengan lumpur sawah & diberikan daun-daun kering seperti daun pisang, daun timbul, daun sukun & daun-daun lainnya utk tempat persembunyian disamping utk menghindari dari sifat kanibalisme dari jangkrik. Dinding atas kandang bagian dlm sebaiknya dilapisi lakban keliling agar jangkriktidak merayap naik sampai keluar kandang. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Disalah satu sisi dinding kandang dibuat lubang yg ditutup kasa utk memberikan sirkulasi udara yg baik & utk menjaga kelembapan kandang. utk ukuran kotak pemeliharaan jangkrik,tidak ada ukuran yg baku. yg penting sesuai dengan kebutuhan utk jumlah populasi jangkrik tiap kandang. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Menurut hasil pemantauan dilapangan & pengalaman. peternak, bentuk kandang biasanya berbentuk persegi panjang dengan ketinggian 30-50 cm, lebar 60-100 cm sedangkan panjangnya 120-200 cm. Kotak (kandang) dpt dibuat dari kayu dengan rangka kaso, namun utk mengirit biaya, maka dinding kandang dpt dibuat dari triplek. Kandang biasanya dibuat bersusun, & kandang paling bawah mempunyai minimal empat kaki penyangga. utk menghindari gangguan binatang seperti semut, tikus, cecak & serangga lainnya, maka keempat kaki kandang dialasi mangkuk yg berisi air, minyak tanah atau juga vaseline (gemuk) yg dilumurkan ditiap kaki penyangga.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><i>2. Pembibitan </i></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<i> 1/ Pemilihan Bibit & Calon Induk </i></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<ul style="text-align: justify;">
<li>Bibit yg diperlukan utk dibesarkan haruslah yg sehat,tidak sakit,tidak cacat (sungut atau kaki patah) & umurnya sekitar 10-20 hari. Calon induk jangkrik yg baik adalah jangkrik-jangkrik yg berasal dari tangkapan alam bebas, karena biasanya memiliki ketahanan tubuh yg lebih baik. Kalaupun induk betinatidak dpt dari hasil tangkapan alam bebas, maka induk dpt dibeli dari peternakan. Sedangkan induk jantan diusahakan dari alam bebas, karena lebih agresif. </li>
</ul>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Adapun ciri-ciri indukan, induk betina, & induk jantan yg baik adalah sebagai berikut: </div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
1.Indukan: </div>
<ul style="text-align: justify;">
<li>Sungutnya (antena) masih panjang & lengkap. </li>
<li>Kedua kaki belakangnya masih lengkap. </li>
<li>Bisa melompat dengan tangkas, gesit & kelihatan sehat. </li>
<li>Badan & bulu jangkrik berwarna hitam mengkilap. </li>
<li>Bilihlah induk yg besar. </li>
<li>Dangan memilih jangkrik yg mengeluarkan zat cair dari mulut & duburnya apabila dipegang. </li>
</ul>
<div style="text-align: justify;">
<blockquote class="tr_bq">
<span style="font-size: small;">2.</span>Induk jantan:selalu </blockquote>
</div>
<ul style="text-align: justify;">
<li> mengeluarkan suara mengerik. </li>
<li>permukaan sayap atau punggung kasar & bergelombang. </li>
<li>tidak mempunyai ovipositor di ekor. </li>
<li>Induk betina: </li>
<li>tidak mengerik. </li>
<li>permukaan punggung atau sayap halus. </li>
<li>ada ovipositor dibawah ekor utk mengeluarkan telur. </li>
</ul>
<div style="text-align: justify;">
<i> 2/Perawatan Bibit & Calon Induk </i> </div>
<ul style="text-align: justify;">
<li>Perawatan jangkrik yg sdh dikeluarkan dari kotak penetasan berumur 10 hari harus benar-benar diperhatikan & dikontrol makanannya, karena pertumbuhannya sangat pesat. Sehingga kalau makanannya kurang, maka anakan jangkrik akan menjadi kanibal memakan anakan yg lemah. Selain itu perlu juga dikontrol kelembapan udara serta binatang pengganggu, yaitu, semut, tikus, cicak, kecoa & laba-laba. utk mengurangi sifat kanibal dari jangkrik, maka makanan jangan sampai kurang. Makanan yg biasa diberikan antara lain ubi, singkong, sayuran & dedaunan serta diberikan bergantian setiap hari. </li>
</ul>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<i> 3/Sistem Pemuliabiakan<b> </b></i></div>
<ul style="text-align: justify;">
<li>Sampai saat ini pembiakan Jangkrik yg dikenal adalah dengan mengawinkan induk jantan & induk betina, sedangkan utk bertelur ada yg alami & ada juga dengan cara caesar. Namun risiko dengan cara caesar induk betinanya besar kemungkinannya mati & telur yg diperolehtidak merata tuanya sehingga daya tetasnya rendah. </li>
</ul>
<div style="text-align: justify;">
<i> 4/Reproduksi & Perkawinan</i></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<ul style="text-align: justify;">
<li>Induk dpt memproduksi telur yg daya tetasnya tinggi ± 80-90 % apabila diberikan makanan yg bergizi tinggi. Setiap peternak mempunyai ramuan-ramuan yg khusus diberikan pada induk jangkrik antara lain: bekatul jagung, ketan item, tepung ikan, kuning telur bebek, kalk & kadang-kadang ditambah dengan vitamin.
Disamping itu suasana kandang harus mirip dengan habitat alam bebas, dinding kandang diolesi tanah liat, semen putih & lem kayu, & diberi daun-daunan kering seperti daun pisang, daun jati, daun tebu & serutan kayu.
Jangkrik biasanya meletakkan telurnya dipasir atau tanah. Jadi didalam kandang khusus peneluran disiapkan media pasir yg dimasukkan dipiring kecil. Perbandingan antara betina & jantan 10 : 2, agar didapat telur yg daya tetasnya tinggi. Apabila jangkrik sdh selesai bertelur sekitar 5 hari, maka telur dipisahkan dari induknya agartidak dimakan induknya kemudian kandang bagiab dlm disemprot dengan larutan antibiotik (cotrymoxale).Selain peneluran secara alami, dpt juga dilakukan peneluran secara caesar. Akan tetapi kekurangannya ialah telur tidak merata matangnya (daya tetas). </li>
</ul>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<i> 5/Proses kelahiran </i></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<ul style="text-align: justify;">
<li>Sebelum penetasan telur sebaiknya terlebih dahulu disiapkan kandang yg permukaan dlm kandang dilapisi dengan pasir, sekam atau handuk yg lembut. dlm satu kandang cukup dimasukkan 1-2 sendok teh telur dimana satu sendok teh telur diperkirakan berkisar antara 1.500-2.000 butir telur. Selama proses ini berlangsung warna telur akan berubah warna dari bening sampai kelihatan keruh. Kelembaban telur harus dijaga dengan menyemprot telur setiap hari & telur harus dibulak-balik agar jangan sampai berjamur. Telur akan menetas merata sekitar 4-6 hari. </li>
</ul>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">3.Pemeliharaan </span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<ol style="text-align: justify;">
<li><b><span style="font-family: Georgia,"Times New Roman",serif;">Sanitasi & Tindakan Preventif</span></b>
Seperti telah dijelaskan diatas bahwa dlm pengelolaan peternakan jangkrik ini sanitasi merupakan masalah yg sangat penting. utk menghindari adanya zat-zat atau racun yg terdapat pada bahan kandang, maka sebelum jangkrik dimasukkan kedalam kandang, ada baiknya kandang dibersihkan terlebih dahulu & diolesi lumpur sawah. utk mencegah gangguan hama, maka kandang diberi kaki & setiap kaki masing-masing dimasukkan kedalam kaleng yg berisi air. </li>
<li><span style="font-family: Georgia,"Times New Roman",serif;"><b>Pengontrolan Penyakit</b></span>
Untuk pembesaran jangkrikn dipilih jangkrik yg sehat & dipisahkan dari yg sakit. Pakan ternak harus dijaga agar jangan sampai ada yg berjamur karena dpt menjadi sarang penyakit. Kandang dijaga agar tetap lembab tetapi tidak basah, karena kandang yg basah juga dpt menyebabkan timbulnya penyakit. </li>
<li><b><span style="font-family: Georgia,"Times New Roman",serif;">Perawatan Ternak</span></b>
Perawatan jangkrik disamping kondisi kandang yg harus diusahakan sama dengan habitat aslinya, yaitu lembab & gelap, maka yangtidak kalah pentingnya adalah gizi yg cukup agartidak saling makan (kanibal). </li>
<li><b><span style="font-family: Georgia,"Times New Roman",serif;">Pemberian Pakan
</span></b>
Anakan umur 1-10 hari diberikan Voor (makanan ayam) yg dibuat dari kacang kedelai, beras merah & jagung kering yg dihaluskan. Setelah vase ini, anakan dpt mulai diberi pakan sayur-sayuran disamping jagung muda & gambas. Sedangkan utk jangkrik yg sedang dijodohkan, diberi pakan antara lain : sawi, wortel, jagung muda, kacang tanah, daun singkong serta ketimun karena kandungan airnya tinggi. Bahkan ada juga yg menambah pakan utk ternak yg dijodohkan anatar lain : bekatul jagung, tepung ikan, ketan hitam, kuning telur bebek, kalk & beberapa vitamin yg dihaluskan & dicampur menjadi satu. </li>
<li><b><span style="font-family: Georgia,"Times New Roman",serif;">Pemeliharaan Kandang
</span></b>
Air dlm kaleng yg terdapat dikaki kandang, diganti setiap 2 hari sekali & kelembapan kandang harus diperhatikan serta diusahakan agar bahaya jangan sampai masuk kedalam kandang. </li>
</ol>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgpydBT0mhkBKbOHo0yMPGqhwQcodhj7Sl-MUIhFPddl7DfxV58Qkp0X76HwCW1XF9wM5DDGmB45dgQa6VG46dcQGfBsrID2nq8bPYvKmtRlOMDL5b3SePEHCU4zadR31wiyWE2vnk6Hgf6/s1600/akreeek.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="265" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgpydBT0mhkBKbOHo0yMPGqhwQcodhj7Sl-MUIhFPddl7DfxV58Qkp0X76HwCW1XF9wM5DDGmB45dgQa6VG46dcQGfBsrID2nq8bPYvKmtRlOMDL5b3SePEHCU4zadR31wiyWE2vnk6Hgf6/s400/akreeek.jpg" width="400" /></a></div>
<h3 style="text-align: justify;">
7. HAMA & PENYAKIT </h3>
<div style="text-align: justify;">
<b><i> 1.Penyakit, Hama & Penyebabnya </i></b></div>
<ul style="text-align: justify;">
<li>Sampai sekarang belum ditemukan penyakit yg serius menyerang jangkrik. Biasanya penyakit itu timbul karena jamur yg menempel di daun. Sedangkan hama yg sering mengganggu jangkrik adalah semut atau serangga kecil, tikus, cicak, katak & ular. </li>
</ul>
<div style="text-align: justify;">
<i><b> 2.Pencegahan Serangan Hama & Penyakit</b></i> </div>
<ul style="text-align: justify;">
<li>Untuk menghindari infeksi oleh jamur, maka makanan & daun tempat berlindung yg tercemar jamur harus dibuang. Hama pengganggu jangkrik dpt diatasi dengan membuat dengan membuat kaleng yg berisi air, minyak tanah atau mengoleskan gemuk pada kaki kandang. </li>
</ul>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<i><b> 3.Pemberian Vaksinasi & Obat</b></i> </div>
<ul style="text-align: justify;">
<li>Untuk saat ini karena hama & penyakit dpt diatasi secara prefentif, maka penyakit jangkrik dpt ditekan seminimum mungkin. Jadi pemberian obat & vaksinasitidak diperlukan. </li>
</ul>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<h3 style="text-align: justify;">
8. PANEN </h3>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;">Hasil Utama </span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<ul style="text-align: justify;">
<li>Peternak jangkrik dpt memperoleh 2 (dua) hasil utama yg nilai ekonomisnya sama besar, yaitu: telur yg dpt dijual utk peternak lainnya & jangkrik dewasa utk pakan burung & ikan serta utk tepung jangkrik. </li>
</ul>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;">Penangkapan </span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<ul style="text-align: justify;">
<li>Telur yg sdh diletakkan oleh induknya pada media pasir atau tanah, disaring &ditempatkan pada media kain yg basah. utk setiap lipatan kain basah dpt ditempatkan 1 sendok teh telur yg kemudian utk diperjual belikan. Sedangkan utk jangkrik dewasa umur 40-55 hari atau 55-70 hari dimana tubuhnya baru mulai tumbuh sayap, ditangkap dengan menggunakan tangan & dimasukkan ketempat penampungan utk dijual.</li>
</ul>
andiarbeta.blogspot.comhttp://www.blogger.com/profile/13079298858568003634noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-2139953170791641524.post-57994825603081309482013-09-04T13:49:00.000+07:002013-09-04T13:49:47.609+07:00Budidaya Kepiting Bakau<div style="text-align: justify;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh_bp8Tx8XFUM1-cC27hlbrh5FUTC9fUk3EMXEbgYm8cmS6YuWKg2dOrERxhHc2ZuSsI0yUqvrLTcC_UwnAoat8dVcLtqwF9AdAbMB6wCxNpAN7Voiw2vJxbUlWm0W7kcDbFGRMshmPhjfZ/s1600/piting.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="208" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh_bp8Tx8XFUM1-cC27hlbrh5FUTC9fUk3EMXEbgYm8cmS6YuWKg2dOrERxhHc2ZuSsI0yUqvrLTcC_UwnAoat8dVcLtqwF9AdAbMB6wCxNpAN7Voiw2vJxbUlWm0W7kcDbFGRMshmPhjfZ/s320/piting.jpg" width="320" /></a>Berkembangnya pangsa pasar kepiting bakau (Scylla serrata) baik di dalam maupun di luar negeri adalah suatu tantangan untuk meningkatkan produksi secara berkesinambungan. Dengan mengandalkan produksi semata dari alam/tangkapan jelas sepenuhnya dapat diharapkan kesinambungan produksinya. Untuk itu perlu adanya usaha budidaya bagi jenis crustacea yang mempunyai nilai ekonomis tinggi. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Usaha budidaya kepiting bakau harus didukung oleh tersedianya lahan yang bebas polusi, benih dan kemampuan pengelolaan secara teknis maupun manajemen. Lahan pemeliharaan dapat menggunakan tambak tradisional sebagaimana dipakai untuk memelihara udang atau bandeng. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<h3 style="text-align: justify;">
Jenis Kepiting Bakau </h3>
<div style="text-align: justify;">
Jenis kepiting bakau yang mempunyai nilai ekonomis tinggi antara lain : </div>
<div style="text-align: justify;">
1.<i>Scylla serrata</i>, jenis ini mempunyai ciri warna keabu-abuan sampai warna hijau kemerah-merahan. </div>
<div style="text-align: justify;">
2.<i>Scylla oceanica</i>, berwarna kehijauandan terdapat garis berwarna coklat pada hampir seluruh bagian tubuhnya kecuali bagian perut. </div>
<div style="text-align: justify;">
3.<i>Scylla transquebarica</i>, berwarna kehijauan sampai kehitaman dengan sedikit garis berwarna coklat pada kaki renangnya. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Dari ketiga jenis kepiting tersebut diatas, Scylla serrata pada umur yang sama umumnya berukuran lebih kecil dibandingkan kedua jenis lainnya. Tetapi dari segi harga dan minta pembeli, jenis pertama tadi lebih unggul.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<h3 style="text-align: justify;">
Tingkah Laku dan Kebiasaan Kepiting Bakau</h3>
<div style="text-align: justify;">
Secara umum tingkah laku dan kebiasaan kepiting bakau yang dapat diamati adalah sbb: </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<i>1.Suka berendam dalam lumpur dan membuat lubang pada dinding atau pematang tambak pemeliharaan. </i>Dengan mengetahui kebiasaan ini, maka kita dapat merencanakan atau mendesain tempat pemeliharaan sedemikian rupa agar kemungkinan lolosnya kepiting yang dipelihara sekecil mungkin. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<i>2. Kanibalisme dan saling menyerang</i></div>
<div style="text-align: justify;">
sifat inilah yang paling menyolok pada kepiting sehingga dapat merugikan usaha penanganan hidup dan budidayanya. Karena sifatnya yang saling menyerang ini akan menyebabkan kelulusan hidup rendah dan menurunkan produktivitas tambak. Sifat kanibalisme ini yang paling dominan ada pada kepiting jantan, oleh karena itu budidaya monosex pada produksi kepiting akan memberikan kelangsungan hidup lebih baik. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<i>3.Molting atau ganti kulit. </i></div>
<div style="text-align: justify;">
Sebagaimana hewan jenis crustacea, maka kepiting juga mempunyai sifat seperti crustacea yang lain, yaitu molting atau ganti kulit. Setiap terjadi ganti kulit, kepiting akan mengalami pertumbuhan besar karapas maupun beratnya. Umumnya pergantian kulit akan terjadi sekitar 18 kali mulai dari stadia instar sampai dewasa. Selama proses ganti kulit, kepiting memerlukan energi dan gerakan yang cukup kuat, maka bagi kepiting dewasa yang mengalami pergantian kulit perlu tempat yang cukup luas.
Pertumbuhan kepiting akan terlihat lebih pesat pada saat masih muda, hal ini berkaitan dengan frekuensi pergantian kulit pada saat stadia awal tersebut. Periode dan tipe frekuensi ganti kulit penting artinya dalam melakukan pola usaha budidaya yang terkait dengan desain dan konstruksi wadah, tipe budidaya dan pengelolaanya. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<i>4.Kepekaan terhadap Polutan </i></div>
<div style="text-align: justify;">
Kualitas air sangat berpengaruh terhadap ketahanan hidup kepiting. Penurunan mutu air dapat terjadi karena kelebihan sisa pakan yang membusuk. Bila kondisi kepiting lemah, misalnya tidak cepat memberikan reaksi bila dipegang atau perutnya kosong bila dibelah, kemungkinan ini akibat dari menurunnya mutuair. Untuk menghindari akibat yang lebih buruk lagi, selekasnya pindahkan kepiting ke tempat pemeliharaan lain yang kondisi airnya masih segar. </div>
<h3 style="text-align: justify;">
Lokasi Budidaya </h3>
<div style="text-align: justify;">
Tambak pemeliharaan kepiting diusahakan mempunyai kedalaman 0,8-1,0 meter dengan salinitas air antara 15-30 ppt.Tanah tambak berlumpur dengan tekstur tanah liat berpasir (sandy clay) atau lempung berliat (silty loam) dan perbedaan pasang surut antara 1,5-2 meter. Disamping syarat seperti tersebut diatas, pada prinsipnya tambak pemeliharaan bandeng maupun udang tradisional dapat digunakan sebagai tempat pemeliharaan kepiting. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Faktor yang perlu dipertimbangkan dalam pemilihan lokasi pemeliharaan kepiting, antara lain : </div>
<div style="text-align: justify;">
<i>1.Air yang digunakan bebas dari pencemaran dan jumlahnya cukup. </i></div>
<div style="text-align: justify;">
<i>2. Tersedia pakan yang cukup dan terjamin kontinyuitasnya. </i></div>
<div style="text-align: justify;">
<i>3. Terdapat sarana dan prasaranaproduksi dan pemasarannya. </i></div>
<div style="text-align: justify;">
<i>4. Tenaga yang terampil dan menguasai teknis budidaya kepiting. </i></div>
<h3 style="text-align: justify;">
Disain dan Konstruksi Tambak </h3>
<div style="text-align: justify;">
Apabila perlakuan terhadap kepiting selama masa pemeliharaan kurang baik, seperti : mutu air kurang diperhatikan, makanan tidak mencukupi maka pada saat kepiting tersebut mencapai kondisi biologis matang telur akan berusaha meloloskan diri, dengan jalan memanjat dinding/pagar atau dengan cara membuat lubang pada pematang. Untuk menghindari hal tersebut, maka konstruksi pematang dan pintu air perlu diperhatikan secermat mungkin. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Pada pematang dapat dipasang pagar kere bambu atau dari waring, hal ini akan mnegurangi kemungkinan lolosnya kepiting.
Pemasangan pagar kere bambu atau waring pematang yang kokoh (lebar 2-4 meter) dilakukan diatas pematang bagian pinggir dengan ketinggian sekitar 60 cm. Pada tambak yang pematangnya tidak kokoh, pemasangan pagar dilakukan pada kaki dasar pematang dengan tinggi minimal 1 meter. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<h3 style="text-align: justify;">
Penebaran</h3>
<div style="text-align: justify;">
Pada lokasi penghasil kepiting tangkapan dari alam, pada musim benih unyuk budiadaya tradisional petani hanya mengandalkan benih kepiting benih kepiting yang masuk secara alami pada saat pasang surut air. Setelah beberapa bulan mulai dilakukan panen selektif dengan memungut kepiting yang berukuran siap jual. Dapat juga kepiting yang sudah mencapai ukuran tersebut dilepas kembali ke dalam petak pembesaran untuk memperoleh ukuran atau kegemukan yang lebih besar. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Pada budidaya polikultur dengan ikan bandeng, ukuran benih kepiting dengan berat 20-50 gram dapat ditebar dengan kepadatan 1000-2000 ekor/Ha, dan ikan bandeng gelondongan yang berukuran berat 2-5 gram ditebar dengan kepadatan 2000-3000 ekor/Ha. Pada budidaya sistem monokultur benih kepiting dengan ukuran seperti tersebut diatas ditebar dengan kepadatan 5000-15000 ekor/Ha. </div>
<h3 style="text-align: justify;">
Budidaya Kepiting Bertelur</h3>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjqM1RGsCej4p1NBYtAlg8LBYn_rDO6cGbXxksFVk7QpB8iFPW112gBzsA36X3bvixdLgL0g9iGQ-JGCaTlUteO9EPf0XNiURXDXJn067A_XeQcus4dXdZ1D_Djx9ZKCLS9Rlf1lCZJv4px/s1600/krambah.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="195" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjqM1RGsCej4p1NBYtAlg8LBYn_rDO6cGbXxksFVk7QpB8iFPW112gBzsA36X3bvixdLgL0g9iGQ-JGCaTlUteO9EPf0XNiURXDXJn067A_XeQcus4dXdZ1D_Djx9ZKCLS9Rlf1lCZJv4px/s320/krambah.jpg" width="320" /></a></div>
<div style="text-align: justify;">
Kepiting yang baru saja dipanen dari tambak, dapat dibudidaya lebih lanjut untuk meningkatkan mutu kepiting betina tidak bertelur atau bertelur belum penuh menjadi bertelur penuh dengan cara budidaya yang lebih intensif. Dengan kondisi betelur maka akan menaikkan nilai tambahnya. Karena harga kepiting betina bertelur dapat mencapai 2-3 kali harga kepiting tidak bertelur, sehingga hal ini akan sangat membantu menaikkan pendapatan petani nelayan. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Metode yang digunakan untuk tujuan produksi kepiting bertelur ada dua macam, yakni : dengan sistim kurungan dan sistim karamba apung. </div>
<div style="text-align: justify;">
<i>1. Sistim Kurungan </i></div>
<div style="text-align: justify;">
Kurungan dapat dibuat dari bahan bambu yang dibuat menjadi rangkaian. Lebat bilah bambu 1-2 cm dengan panjang 1,7 meter. Bilah-bilah bambu dirangkai secara teratur sehingga membentuk kere atau semacam pagar. Kere ini kemudian dipasang pada saluran tambak memanjang pada pinggirannya, bila dipasang dalam tambak, agar ditempatkan pada bagian yang relatif lebih dalam dan mendapat penggantian air yang cukup.
Kere atau pagar bambu ditancapkan sedalam 30 cm dengan bagian bawah dibuat lebih rapat bertujuan agar kepiting tidak lolos. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Untuk penempatan kurungan pada saluran tambak ukurannya disesuaikan dengan lebar saluran tersebut dan agar tidak mengganggu kelancaran aliran saluran tambak tersebut. Untuk skala yang lebih besar dapat menggunakan petakan tambak dengan luasan antara 0,25-0,50 hektar dengan pagar keliling dari kere bambu ataupun dari waring. pagar bambu ditancapkan sedalam kurang lebih 30 cm dan diusahakan bagian yang halus menghadap ke dalam dengan maksud agar kepiting tidak dapat memanjat karena bagian ini licin.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<i>2.Karamba Apung </i></div>
<div style="text-align: justify;">
Selain menggunakan kurungan, untuk budidaya kepiting bertelur dapat juga menggunakan karamba apung. Karamba apung dibuat dari rangkaian bilah bambu seperti pada pembuatan kere, kemudian kere yang sudah dirangkai menjadi kotak, yang ukurannya disesuaikan dengan lokasi dimana karamba apung akan ditempatkan. Selanjutnya pada sisi-sisi panjang yang berlawanan dipasang pelampung yang terbuat dari potongan bambu yang masih utuh atau dari bahan lainnya. Penempatan karamba apung ini pada tempat bergantian airnya terjadi secara cukup/baik, seperti pada saluran, tepi sungai dan tempat lainnya yang memenuhi persyaratan seperti tersebut diatas.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Pada usaha budidaya dengan karamba apung ini kepadatan dapat mencapai 20 ekor/m2, dengan kepadatan tersebut akan meningkatkan kelulusan hidup kepiting yang dipelihara. Ukuran siap panen kepiting bertelur sekitar 200 gr/ekor.
Proses produksi kepiting bertelur paling lama berlangsung sekitar 5-14 hari atau tergantung ukuran awal penebaran. Singkatnya masa pemeliharaan ini juga dimungkinkan karena kepiting betina yang ditebar dengan berat sekitar 150 gram biasanya sudah mengandung telur. </div>
<h3 style="text-align: justify;">
Usaha Penggemukan </h3>
<div style="text-align: justify;">
Usaha budidaya selain dijadikan kepiting bertelur adalah usaha penggemukan. proses usaha penggemukan sama dengan budidaya produksi kepiting bertelur. Caranya dapat dengan menggunakan kurungan bambu atau karamba bambu apung. Perbedaan yang jelas terletak pada kepiting yang dipelihara. Kepiting yang dipelihara pada usaha penggemukan ini adalah kepiting berukuran ekspor dari jenis kelamin jantan maupun betina yang masih keropos. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Jangka waktu penggemukan sekitar 5-10 hari, kepiting sudah akan menjadi gemuk dan berisi bila pemeliharaannya secara baik. Apabila dilanjutkan pemeliharaannya bagi yang berjenis kelaminbetina, bahkan akan menjadi kepiting bertelur. Untuk menghindari mortalitas akibat perkelahian antara jantan dan betina, sebaiknya pemelihraan dilakukan secara monosex. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<h3 style="text-align: justify;">
Pakan </h3>
<div style="text-align: justify;">
Berbagai jenis pakan seperti : ikan rucah, usus ayam, kulit sapi, kulit kambing, bekicot, keong sawah, dll. dari jenis pakan tersebut, ikan rucah segar lebih baik ditinjau dari fisik maupun kimiawi dan peluang untuk segera dimakan lebih cepat karena begitu ditebar tidak akan segera dimakan oleh kepiting.
Pemberian pakan pada usaha pembesaran hanya bersifat suplemen dengan dosis sekitar 5%. Lain halnya pada usaha kepiting bertelur dan penggemukan, pemberian pakan harus lebih diperhatikan dengan dosis antara 5-15% dari erat kepiting yang dipelihara. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Kemauan makan kepiting muda biasanya lebih besar, karena pada periode ini dibutuhkan sejumlah makanan yang cukup banyak untuk pertumbuhan dan proses ganti kulit. Kemauan makan akan berkurang pada saat kepiting sedang bertelur, dan puncaknya setelah telur keluar sepertinya kepiting berpuasa. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<h3 style="text-align: justify;">
Pasca Panen </h3>
<div style="text-align: justify;">
Kepiting Bakau
Salah satu hal yang menguntungkan dalam penanganan kepiting setelah dipanen adalah kemampuannya bertahan hidup cukup lama pada kondisi tanpa air. Namun demikian, penanganan yang kurang baik tetap saja akan menurunkan kondisi kesehatannya dan dapat menyebabkan kematian.
Apabila kepiting setelah dipanen langsung dimasukkan kedalam keranjang dengan mengikat capit, kaki jalan dan kaki renangnya yang merupakan alat gerak yang cukup kuat, maka kepiting tersebut akan saling capit satu dengan yang lainnya. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Kondisi demikian akan menimbulkan kerusakan secara fisik pada tubuh kepiting dan mempengaruhi kondisi fisiologis yang akhirnya dapat mengakibatkan kematian. Untuk mengatasi keadaan tersebut kepiting yang baru ditangkap harus segera diikat sebelum dimasukkan ke dalam keranjang. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Cara pengikatan kepiting yang baru ditangkap dapat dilakukan seperti dibawah ini : </div>
<div style="text-align: justify;">
1.Pengikatan kedua capit dan seluruh kaki-kakinya </div>
<div style="text-align: justify;">
2.Pengikatan capitnya saja dengan satu tali </div>
<div style="text-align: justify;">
3.Pengikatan masing-masing capit dengan tali terpisah </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
tali pengikat dapat menggunakan tali rafia atau jenis tali lainnya yang cukup kuat. Setelah kepiting diikat, baik pengikatan capitnya saja maupun pengikatan seluruh kaki-kakinya akan mempermudah penanganan dan pengangkutannya
Penanganan kepiting yang telah disusun dalam keranjang yang perlu mendapat perhatian ialah tetap menjaga suhu dan kelembaban. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Usahakan suhu tidak lebih tinggi dari 26°C dan kelembaban yang baik adalah 95%. Cara yang dapat dilakukan untuk menjaga suhu dan kelembaban ideal bagi kelangsungan hidup kepiting selama dalam pengangkutan ialah : elupkan kepiting ke dalam air payau (salinitas 15-25‰) selama kurang lebih 5 menit sambil digoyang-goyangkan agar kotoran terlepas. Setalah kepiting disusun kembali di dalam wadah. tutuplah wadah dengan karung goni basah. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<i>Sumber </i>: http://usahakita888.blogspot.com./</div>
andiarbeta.blogspot.comhttp://www.blogger.com/profile/13079298858568003634noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-2139953170791641524.post-40037017185856380002013-09-04T10:25:00.003+07:002013-09-04T13:50:13.329+07:00Budidaya Ikan Kerapuh Air Tawar<div style="text-align: justify;">
sebelum saya menjelaskan bagaimana cara berternak ikan kerapu di air tawar sebalik nya kita telusuri dulu bagai mana berternak ikan di air asin </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<h2 style="text-align: justify;">
1. PENDAHULUAN</h2>
<div style="text-align: justify;">
ikan Kerapu (Epinephelus sp) umumnya dikenal dengan istilah “groupers” dan merupakan salah satu komoditas perikanan yang mempunyai peluang baik dipasarkan domestik maupun padar internasional dan selain itu nilai jualnya cukup tinggi. Eksport ikan kerapu melaju pesat sebesar 350% yaitu dari 19 ton pada tahun 1987 menjadi 57 ton pada tahun 1988 (Deptan, 1990). </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Ikan Kerapu mempunyai sifat-sifat yang menguntungkan untuk dibudidayakan karena pertumbuhannya cepat dan dapat diproduksi massal untuk melayani permintaan pasar ikan kerapu dalam keadaan hidup. Berkembangnya pasaran ikan kerapu hidup karena adanya perubahan selera konsumen dari ikan mati atau beku kepada ikan dalam keadaan hidup, telah mendorong masyarakat untuk memenuhi permintaan pasar ikan kerapu melalui usaha budidaya. Budidaya ikan kerapu telah dilakukan dibeberapa tempat di Indonesia, namun dalam proses pengembangannya masih menemui kendala, karena keterbatasan benih. Selama ini para petani nelayan masih mengandalkan benih alam yang sifatnya musiman. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Namun sejak tahun 1993 ikan kerapu macan (Epinephelus fuscoguttatus) sudah dapat dibenihkan, Balai Budidaya Laut Lampung sebagai unit Pelaksana Teknis Direktorat Jenderal Perikanan, telah melakukan upaya untuk menghasilkan benih melalui pembenihan buatan manipulasi lingkungan dan penggunaan hormon. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg007K1vrdU1rD7CK2ktuDBCBbtyX4dFgkn72cHwm1nfDwMSc5bV52NUwmHs_1WhTnsy4fRG4ktqanUbVzmf4wDGWAEaedmzUhPheNUC2JXgSk9f1tfoCcsA0KwpH684rGfq0j7hymT8omh/s1600/kerapuh.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="192" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg007K1vrdU1rD7CK2ktuDBCBbtyX4dFgkn72cHwm1nfDwMSc5bV52NUwmHs_1WhTnsy4fRG4ktqanUbVzmf4wDGWAEaedmzUhPheNUC2JXgSk9f1tfoCcsA0KwpH684rGfq0j7hymT8omh/s400/kerapuh.jpg" width="400" /></a></div>
<h2 style="text-align: justify;">
2. BIOLOGI</h2>
<div style="text-align: justify;">
<b>1. Klasifikasi </b></div>
<div style="text-align: justify;">
Ikan kerapu macan (Epinehelus fuscoguttatus) digolongkan pada : </div>
<div style="text-align: justify;">
Class : Chondrichthyes
Sub </div>
<div style="text-align: justify;">
class : Ellasmobranchii </div>
<div style="text-align: justify;">
Ordo : Percomorphi </div>
<div style="text-align: justify;">
Divisi : Perciformes </div>
<div style="text-align: justify;">
Famili : Serranidae </div>
<div style="text-align: justify;">
Genus : Epinephelus </div>
<div style="text-align: justify;">
Species : Epinepheus sp </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<b>2. Morfologi,habitat dan kebiasaan makan dan makanannya. </b></div>
<div style="text-align: justify;">
Ikan kerapu bentuk tubuhnya agak rendah, moncong panjang memipih dan menajam, maxillarry lebar diluar mata, gigi pada bagian sisi dentary 3 atau 4 baris, terdapat bintik putih coklat pada kepala, badan dan sirip, bintik hitam pada bagian dorsal dan poterior. Habitat benih ikan kerapu macan adalah pantai yang banyak ditumbuhi algae jenis reticulata dan Gracilaria sp, setelah dewasa hidup di perairan yang lebih dalam dengan dasar terdiri dari pasar berlumpur. Ikan kerapu termasuk jenis karnivora dan cara makannya “mencaplok” satu persatu makan yang diberikan sebelum makanan sampai ke dasar. Pakan yang paling disukai kenis krustaceae (rebon, dogol dan krosok), selain itu jenis ikan-ikan (tembang, teri dan belanak). </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<b>3. Cara berkembang biak. </b></div>
<div style="text-align: justify;">
Di dalam tangki percobaan ikan betina yang telah dewasa bila akan memijah mendekati jantan. Bila waktu memijah tiba, ikan jantan dan betina akan berenang bersama-sama dipermukaan air. Pemijahan terjadi pada malam hari, antara pukul 18.00 sampai pukul 22.00. jumlah telur yang dihasilkan tergantung dari berat tubuh betina, contoh betina berat 8 kg dapat menghasilkan telur 1.500.000 butir. Telur yang telah dibuahi bersifat “non adhesive” yaitu telur yang satu tidak melekat pada telur yang lainnya. Bentuk telur adalah bulat dan transparan dengan garis tengah sekitar 0,80 -0,85 mm. Telur yang telah dibuahi akan menetas menjadi benih yang aktif berenang. Benih inilah yang umum tertangkap oleh nelayan. Kelimpahan benih ikan kerapu ini sepanjang tahun tidak sama. Kelimpahan yang paling tinggi disekitar Teluk Banten terjadi pada bulan Februari sampai April. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<h2 style="text-align: justify;">
3. TEKNIK PEMBENIHAN </h2>
<div style="text-align: justify;">
<b>1. Sarana Pembenihan</b> </div>
<div style="text-align: justify;">
1. Induk sebanyak 5 ekor betina dan 2 ekor jantan. Induk jantan berukuran panjang 77 – 78 cm dan berat 9,5 – 11 kg/ekor. Induk betina berukuran panjang 60 – 70 cm dan berat 5,3 – 7,8 kg/ekor. </div>
<div style="text-align: justify;">
2. Pakan induk berupa ikan segar dari jenis selar, japuh dan jantan yang kandungan proteinnya tinggi dan kandungan lemaknya rendah. </div>
<div style="text-align: justify;">
3. Kurungan apung untuk pemeliharaan induk berukuran 3 x 3 x 3 m 3 . </div>
<div style="text-align: justify;">
4. Bak pemijahan dengan kapasitas 100 ton. </div>
<div style="text-align: justify;">
5. Bak penetasan sekaligus juga merupakan bak pemeliharaan larva yang berukuran 4 x 1 x 1 m 3 terbuat dari beton, berbentuk empat persegi panjang. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<b>2. Metoda </b></div>
<div style="text-align: justify;">
Metoda yang digunakan adalah manipulasi lingkungan. Untuk merangsang terjadinya perkawinan antara jantan dengan induk betina matang kelamin digunakan metoda manipulasi lingkungan di bak terkontrol. Teknik pemijahan dengan manipulasi lingkungan ini dikembangkan berdasarkan pemijahan ikan kerapu di alam, yaitu dengan rangsangan atau kejutan faktor-faktor lingkungan seperti suhu, kadar garam, kedalaman air dan lain-lain. Pemijahan mengikuti fase peredaran bulan; pada saat bulan terang atau bulan gelap. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<b>3. Pemeliharaan Induk </b></div>
<div style="text-align: justify;">
Induk ikan kerapu yang dipijahkan dipelihara di laut dalam kurungan apung dengan padat penebaran induk 7,5 – 10 kg/m 3 . Pakan yang diberikan berupa ikan rucah segar berkadar lemak rendah. Diluar pemijahan ikan, takaran pakan yang diberikan sebesar 3 – 5% dari total berat badan ikan/hari, sedangkan pada musim pemijahan diturunkan menjadi 1%. Disamping itu diberikan pula vitamin E dengan dosis 10 – 15 mg/ekor/minggu. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<b>4. Sex reversal </b></div>
<div style="text-align: justify;">
Kerapu termasuk ikan yang “hermaprodit protogyni”, yaitu pada kehidupan awal belum ditentukan jenis kelaminnya. Sel kelamin betina terbentuk setelah berumur 2 tahun dengan panjang 50 cm dan berat 5 kg. Sel kelamin betina berubah menjadi sel kelamin jantan pada umur 4 tahun dengan panjang tubuh sekitar 70 cm dan berat 11 kg. Ada kenyataannya lebih banyak ditemui ikan kerapu jantan atau mempercepat perubahan kelamin dari betina ke jantan dapat dipacu/dirangsang dengan hormon testosteron. Pemberian hormon testosteron dilakukan secara oral melalui makan setiap minggu, diikuti dengan penambahan multivitamin. Takaran yang diberikan adalah : Hormon testosteron 2 mg/kg induk Multivitamin 10 mg/kg induk </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<b>5. Seleksi Induk </b></div>
<div style="text-align: justify;">
Kematangan kelamin induk jantan ikan kerapu diketahui denan cara mengurut bagian perut ikan (stripping) ke arah awal sperma yang keluar warnan putih susu dan jumlahnya banyak diamati untuk menentukan kualitasnya. Kematangannya kelamin induk betina diketahui dengan cara kanulasi, yaitu memasukkan selang plastik ke dalam lubang kelamin ikan, kemudian dihisap. Telur yang diperoleh diamati untuk mengetahui tingkat kematangannya, garis tengah (diameter) telor diatas 450 mikron. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<b>6. Pemijahan
</b> </div>
<div style="text-align: justify;">
1. Induk kerapu matang kelamin dipindahkan ke bak pemijahan yang sebelumnya telah diisi air laut bersih dengan ketingian 1,5 m dan salinitas + 32 ‰. </div>
<div style="text-align: justify;">
2. Manipulasi lingkungan dilakukan menjelang bulan gelap yaitu dengan cara menaikkan dan menurunkan permukaan/tinggi air setiap hari. Mulai jam 09.00 sampai jam 14.00 permukaan air diturunkan sampai kedalaman 40 cm dari dasar bak. Setelah jam 14.00 permukaan air dikembangkan ke possisi semula (tinggi air 1,5 m). Perlakuan ini dilakukan terus menerus sampai induk memijah secara alami. </div>
<div style="text-align: justify;">
3. Rangsangan hormonal induk kerapu matang kelamin disuntik dengan hormon Human Chorionic Gonadotropin (HGG) dan Puberogen untuk merangsang terjadinya pemijahan. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Takaran hormon yang diberikan adalah : </div>
<div style="text-align: justify;">
* HGG 1.000 – 2.000 IU/kg induk </div>
<div style="text-align: justify;">
* Puberogen 150 – 225 RU/kg induk </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
1. Pengamatan pemijahan ikan dilakukan setiap hari setelah senja sampai malam hari. Pemijahan umumnya terjadi pada malam hari antara jam 22.00 – 24.00 WIB. Diduga musim pemijahannya terjadi 2 kali bulan Juni -September dan bulan Nopember – Januari. </div>
<div style="text-align: justify;">
2. Bila diketahui telah terjadi pemijahan, telur segera dipanen dan dipindahkan ke bak penetasan.bak pemeliharaan larva. </div>
<div style="text-align: justify;">
3. Penetasan telur
Bak yang dipergunakan untuk penetasan telur sekaligus juga merupakan bak pemeliharaan larva, terbuat dari beton, berbentuk empat persegi panjang dengan ukuran 4 x 1 x 1 m³ . Tiga hari sebelum bak penetasan/bak pemeliharaan larva digunakan, perlu dipersiapkan dahulu dengan cara dibersihkan dan dicuci hamakan memakai larutan chlorine (Na OCI) 50 – 100 ppm. Setelah itu dinetralkan dengan penambahan larutan Natrium thiosulfat sampai bau yang ditimbulkan oleh chlorine hilang. Air laut dengan kadar garam 32 ‰ dimasukkan ke dalam bak, satu hari sebelum larva dimasukkan dengan maksud agar suhu badan stabil berkisar antara 27 – 28°C. Telur hasil pemijahan dikumpulkan dengan sistim air mengalir. Telur yang dibuahi akan mengapung dipermukaan air dan berwarna jernih (transparan). </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Sebelum telur ditetaskan perlu direndam dalam larutan 1 – 5 ppm acriflavin untuk mencegah serang bakteri. Padat penebaran telur di Bak Penetasan berkisar 20 – 60 butir/liter air media. Ke dalam bak penetasan perlu ditambahkan Chlorella sp sebanyak 50.000 -100.000 sel/ml untuk menjaga kualitas air. Telur akan menetas dalam waktu 18 – 22 jam setelah pemijahan pada suhu 27 – 28°C dan kadar garam 30 – 32 ‰.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<h2 style="text-align: justify;">
4.PERKEMBANGAN DAN PEMELIHARAAN LARVA </h2>
<div style="text-align: justify;">
1. Perkembangan Larva
Larva yang baru menetas terlihat transparan, melayang-melayang dan gerakannya tidak aktif serta tampak kuning telur dan oil globulenya. Larva akan berubah bentuk menyerupai kerapu dewasa setelah berumur 31 hari.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Adapun perkembangan larva kerapu dari umur 1 hari (D1) sampai umur 31 hari (D31) </div>
<div style="text-align: justify;">
1. Perkembangan larva ikan kerapu.</div>
<div style="text-align: justify;">
Hari ke Tahap Perkembangan Panjang (mm) </div>
<div style="text-align: justify;">
D1 Larva baru menetas transparan, melayang dan tidak aktif. 1,89 – 2,11 </div>
<div style="text-align: justify;">
D3 Timbul bintik hitam di kepala dan pangkal perut. 2,14 – 2,44 </div>
<div style="text-align: justify;">
D7-8 Timbul calon sirip punggung yang keras dan panjang. 7,98 – 8,96</div>
<div style="text-align: justify;">
D9-11 Timbul calon sirip punggung yang keras dan panjang. 15,88 – 17,24 </div>
<div style="text-align: justify;">
D15-17 Duri memutih, bagian ujung agak kehitaman 17,2 – 18,6 </div>
<div style="text-align: justify;">
D23-26 Sebagian duri mengalami reformasi dan patah, pada bagian ujung tumbuh sirip awal lunak 20,31 – 22,64 </div>
<div style="text-align: justify;">
D29-31 Sebagian larva yang pertumbuhannya capat telah berubah menjadi burayak (juvenil), bentuk dan warnanya telah menyerupai ikan dewasa. 22,40 – 23,42 </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
1. Masa kritis kedua dijumpai pada waktu larva berumur 8 hari (D8) memasuki umur 9 hari (D9), dimana pada saat itu mulai terjadi perubahan bentuk tubuh yang sangat panjang dan spesifik, sampai pada hari ke 20 (D20) larva berkembang dengan baik dan belum menunjukkan adanya tanda-tanda kematian, akan tetapi memasuki hari ke 22 (D22), 23 (D23) sebagian dari larva baik yan masih kecil maupun yang sudah besar mulai nampak adanya kematian. Diawali dengan adanya gerakan memutar (whirling) yang tidak terkendali kemudian terbalik lalu mati. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Pada kasus tersebut diupayakan dengan cara merubah pakan Artemia dengan kandungan W3 HUFA yang lebih tingi. Dari kasus ini tentunya dapat diajukan suatu hepotesa sementara bahwa kurannya unsur tertentu pada larva kerapu dalam waktu yang cukup lama akan mempengaruhi kondisi fisik dan kelangsungan hidup larva. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
2. Pemeliharaan Larva
Larva kerapu yang baru menetas mempunyai cadangan makanan berupa kuning telur. Pakan ini akan dimanfaatkan sampai hari ke 2 (D2) setelah menetas dan selama kurun waktu tersebut larva tidak memerlukan dari luar. Umur 3 hari (D3) kuning telur mulai terserap habis, perlu segera diberi pakan dari luar berupa Rotifera Brachionus Plicatilis dengan kepadatan 1 – 3 ekor/ml. Disamping itu ditambahkan pula Phytoplankton chlorella sp dengan kepadatan antara 5.10 – 10 sel/ml. Pemberian pakan ini sampai larva berumur 16 hari (D16) dengan penambahan secara bertahap hingga mencapai kepadatan 5 – 10 ekor/ml plytoplankton 10 – 2.10 sel/ml media. Pada hari kesembilan (D9) mulai diberi pakan naupli artemia yang baru menetas dengan kepadatan 0,25 – 0,75 ekor/ml media. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Pemberian pakan naupli artemia ini dilakukan sampai larva berumur 25 hari (D25) dengan peningkatan kepadatan hingga mencapai 2 – 5 ekor/ml media. Disamping itu pada hari ke tujuh belas (D17) larva mulai diberi pakan Artemia yang telah berumur 1 hari, kemudian secara bertahap pakan yang diberikan diubah dari Artemia umur 1 hari ke Artemia setengah dewasa dan akhirnya dewasa sampai larva berumur 50 hari. Skema jenis dan pemberian pakan larve kerapu dapat dilihat pada Gambar 3. Pemberian pakan dengan cincangan daging ikan mulai dicoba pada saat metamorfosa larva sempurna menjadi benih ikan kerapu.
Gambar 3. Skema Jenis dan Pakan Pemberian Pakan Larve Ikan Kerapu </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<h2 style="text-align: justify;">
5. PENGELOLAAN KUALITAS AIR </h2>
<div style="text-align: justify;">
Bak penetasan telur yang sekaligus merupakan bak pemeliharaan larva perlu dijaga kualitas airnya dengan penambahan phytoplankton Chlorella, dengan kepadatan 5.10 3 – 10 4 sel/ml. Phytoplankton akan menggeliminir pembusukkan yang ditimbulkan oleh telur yang tidak menetas dan sisa cangkang telur yang ditinggalkan. Pembersihan dasar bak dengan cara penyiponan dilakukan pada hari pertama dengan maksud untuk membuang sisa-sisa telur yang tidak menetas dan cangkang telur. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Penggantian air dilaksanakan pertama kali pada saat larva berumur 6 hari (D6) yaitu sebanyak 5 – 10%. Penggantian air dilakukan setiap hari dan dengan bertambahnya umur larva, maka volume air yang perlu diganti juga semakin banyak. Pada saat larva telah berumur 30 hari (D30) pengganti air dilakukan sebanyak 20% dan bila larva telah berumur 40 hari (D40) air yang diganti sebanyak 40%. Prosentase pengantian air selama pemeliharaan larve kerapu dapat dilihat pada gambar 4.
Gambar 4. Prosentase Penggantian Air </div>
<h2 style="text-align: justify;">
6. DAFTAR PUSTAKA </h2>
<div style="text-align: justify;">
1. Kisto Mintardjo dan Sigit B, “Pemijahan Ikan Kerapu (Epinephelus tauvina) Dengan Manipulasi Lingkungan”, Buletin Budidaya Laut No. 2, Balai Budidaya Laut Lampung, Ditjen Perikanan, 1991. </div>
<div style="text-align: justify;">
2. Sigit Budileksono dan Yayan Sofyan, “Pemijahan Alami Ikan Kerapu Macan (Epinephelus fuscoguttatus) di Bak Terkontrol”, Buletin Budidaya, 1993. </div>
<div style="text-align: justify;">
3. Anonimus, “Teknologi Reproduksi Ikan Kerapu (Epinephelus sp)”, Riset dan Teknologi Balai Budidaya Laut Lampung, Ditjen Perikanan, 1993. </div>
<div style="text-align: justify;">
4. Sigit Budileksono, ” Pembenihan Ikan Kerapu di Balai Budidaya Laut Lampung”, Ditjen Perikanan, 1995. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<h2 style="text-align: justify;">
7. SUMBER </h2>
<div style="text-align: justify;">
Pembenihan Ikan Kerapu Macan (Epinephelus fuscoguttatus), Direktorat Bina Pembenihan, Direktorat Jendral Perikanan, Departemen Pertanian, Jakarta, 1996. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<h2 style="text-align: justify;">
8. KONTAK HUBUNGAN </h2>
<div style="text-align: justify;">
Direktorat Bina Pembenihan, Direktorat Jendral Perikanan, Departemen Pertanian, Jakarta </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjC6JamvPquKHqUdHIvasE_3J-AI6ykBHDZXLyZKsq7_V-uFfYGHb2ppSNNVatJ_wtdd30jXvBdJrtOKPUFBi4Bz_HIeXgxgPIqfCYOym0ju9nHGKC9a6H3jkVv7lR1A5_eE0TijoElVj2P/s1600/kraph.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="212" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjC6JamvPquKHqUdHIvasE_3J-AI6ykBHDZXLyZKsq7_V-uFfYGHb2ppSNNVatJ_wtdd30jXvBdJrtOKPUFBi4Bz_HIeXgxgPIqfCYOym0ju9nHGKC9a6H3jkVv7lR1A5_eE0TijoElVj2P/s320/kraph.jpg" width="320" /></a></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<h2 style="text-align: justify;">
PEMELIHARAAN LARVA </h2>
<div style="text-align: justify;">
<b>1. PENDAHULUAN </b></div>
<div style="text-align: justify;">
1) Latar belakang
Beberapa jenis ikan laut yang bernilai ekonomis telah banyak dibudidayakan dalam kurungan apung. Salah satu jenis ikan yang dibudidayakan adalah ikan kerapu (Epinephelus sp). Ikan kerapu merupakan ikan ekonomis penting yang berpeluang baik dan populer dipasarkan domestik dan luar negeri. Jenis-jenis ikan kerapu tersebut diantaranya adalah kerapu lumpur, kerapu macan, kerapu malabar, kerapu sunu, kerapu totol. Diantara jenis-jenis kerapu tersebut yang sudah umum dan banyak dibudidayakan antara lain kerapu macan. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Dengan semakin banyaknya permintaan ikan kerapu untuk pasaran domestik dan internasional, maka benih yang selama ini berasal dari alam akan sulit dipenuhi sehingga perlu mulai dialihkan ke usaha pembenihan buatan.
Keberhasilan Balai Budidaya Laut dalam melaksanakan pemijahan ikan kerapu merupakan langkah awal dalam mata rantai sistem budidaya, yang antara lain meliputi pemeliharaan larva, pendederan dan selanjutnya sampai ukuran konsumsi. Teknik pemeliharaan larva ini salah satu sistim rantai budidaya yang penting bagi kelanjutan keberhasilan benih untuk dibudidayakan. Keberhasilannya sangat dipengaruhi oleh teknik pemeliharaan larva, pola penyediaan pakan alami yang tepat untuk ukuran, jumlah dan waktu. </div>
<div style="text-align: justify;">
2) Pemilihan Lokasi
1. a. Dasar perairan laut berpasir atau berkarang.
2. b. Bebas dari pencemaran.
3. c. Jernih sepanjang tahun.
4. d. Mudah komunikasi. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<b>2. TEKNIK PEMBENIHAN </b></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<i>1) Bak Pemeliharaan Larva </i></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
a/. Bak pemeliharaan, bak beton berbentuk 4 persegi panjang, ukuran 4 x 1 x 1 m³. </div>
<div style="text-align: justify;">
b/. Bak pemeliharaan ini juga merupakan bak untuk penetasan telur. </div>
<div style="text-align: justify;">
c/. Larutan chlorine (Na OCI) 50 ~ 100 ppn, untuk mensuci hamakan bak pemeliharaan. </div>
<div style="text-align: justify;">
d/. Larutan Natrium Thiosulfat untuk menetralkan dan menghilangkan bau dari chlorine. </div>
<div style="text-align: justify;">
e/. Air laut dimasukkan ke dalam bak satu hari sebelum larva dimasukkan, kadar garam air laut 30 ~ 32‰ suhu air 27 ~ 28°C.
6. f. Bak makanan alami.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<i>2) Perkembangan Larva </i></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Larva baru yang baru menetas terlihat transparan, melayang-layang dan erakannya tidak aktif serta tampak kuning telur dan oil glonulenya. Larva akan berubah bentuk menyerupai kerapu lumpur dewasa setelah berumur 31 hari. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Masa krisis pertama larva kerapu dialami pada waktu berumur 2 hari (D2)
memasuki umur 3 hari (D3), dimana pada saat itu kandungan kuning telur telah mulai menipis dan terserap habis. Setelah cadangan pakan tersebut habis, maka pemenuhan pakan yang sesuai dengan ukuran mulut dan nilai gizi pakan mutlak diperlukan untuk menjamin kelangsungan hidup larva. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Masa krisis ini akan berlangsung sampai dengan hari ke 6 (D6), dikarenakan terjadi perubahan cara hidup dari larva yang semula gerakannya aktif. Larva harus aktif mencari makan dari luar karena kandungan kuning telur yang merupakan cadangan pakan telah habis. Untuk pemberian pakan yang sesuai baik jenis, maupun kandungan gizinya mutlak diperlukan. Larva yang telah melewati umur 6 hari (D6) mempunyai peluang untuk hidup lebih besar, karena hampir semua larva yang bertahan hidup telah mampu mencari pakan yang tersedia disekelilingnya,</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Masa krisis kedua dijumpai pada waktu larva berumur 8 hari (D8) memasuki umur 9 hari (D9), dimana pada saat itu mulai terjadi perubahan bentuk tubuh sangat panjang dan spesifik, sampai pada hari ke 20 (D20) larva berkembang dengan baik dan belum menunjukkan adanya tanda-tanda kematian, akan tetapi memasuki hari ke 22 (D22), 23 (D23) sebagian dari
larva baik yan masih kecil maupun yang sudah besar mulai nampak adanya kematian. Diawali dengan adanya gerakan memutar (whirling) yang tidak terkendali kemudian terbalik lalu mati. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<i>3) Pemeliharaan Larva
Larva</i> </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
kerapu mempunyai kuning telur sebagai cadangan makanan sampai larva berumur 2 hari. Umur 3 hari kuning telur mulai terserap habis, perlu diberi pakan dari luar berupa: </div>
<div style="text-align: justify;">
1. a. Rotifera Brachionus Plicatilis dengan kepadatan 1 – 3 ekor/ml </div>
<div style="text-align: justify;">
2. b. Phytoplankton chlorella sp dengan kepadatan 10 4 – 10 5 sel/ml.
Pemberian pakan ini sampai larva berumur 16 hari dengan penambahan secara bertahap rotifera sampai kepadatan 5 ~ 10 ekor/ml plytoplankton 10 5 -2.10 5 sel/ml media. Umur 9 hari mulai diberi pakan naupli artemia yang baru menetas dengan kepadatan 0,25 ~ 0,75 ekor/ml media, pakan diberikan sampai larva berumur 25 hari dengan peningkatan kepadatan mencapai 2 ~ 5 ekor/ml media. Umur 17 hari larva dicoba diberi pakan artemia yang telah berumur 1 hari kemudian secara bertahap diubah dari artemia berumur 1 hari ke artemia setengah dewasa dan akhirnya artemia dewasa sampai larva berumur 50 hari. Setelah larva berumur 29 – 31 hari berubah menjadi benih aktif, menyerupai kerapu dewasa. Pada saat ini mulai dicoba pemberian pakan dengan cincangan daging ikan </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<i>4) Pengelolaan Kualitas Air</i> </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Bak penetasan telur yang sekaligus merupakan bak pemeliharaan larva dengan penambahan phytoplankton Chlorella, dengan kepadatan 5.10 3 -10 4
sel/ml. Phytoplankton akan menggeliminir pembusukkan yang ditimbulkan oleh telur yang tidak menetas dan sisa cangkang telur yang ditinggalkan. Pembersihan dasar bak dengan cara penyiponan dilakukan pada hari pertama dengan maksud untuk membuang sisa-sisa telur yang tidak menetas dan cangkang telur. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Penggantian air dilaksanakan pertama kali pada saat larva berumur 6 hari (D6) yaitu sebanyak 5 – 10%. Penggantian air dilakukan setiap hari dan dengan bertambahnya umur larva, maka volume air perlu diganti juga semakin banyak. Pada saat larva telah berumur 30 hari (D30) pengganti air dilakukan sebanyak 20% dan bila larva telah berumur 40 hari (D40) air yang diganti sebanyak 40%. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<i>SUMBER : </i>Brosur Pembenihan Ikan Kerapu Macan (Epinephelus fuscogutaftus): Pemeliharaan Larve, Direktorat Bina Pembenihan, Direktorat Jenderal Perikanan, Departemen Pertanian, 1996 </div>
andiarbeta.blogspot.comhttp://www.blogger.com/profile/13079298858568003634noreply@blogger.com3tag:blogger.com,1999:blog-2139953170791641524.post-16492497575655276052013-09-04T09:40:00.000+07:002013-09-05T10:40:09.791+07:00Budidaya Ikan Lele Dumbo<div style="text-align: justify;">
Ada beberapa jenis ternak lele yang populer di Indonesia yakni ternak lele dumbo, lokal, python dan sangkuriang.
Ikan lele termasuk salah satu ikan yang paling mudah dibudidayakan oleh sebab itulah banyak sekali saat ini peternak lele yang menambah kapasitas penangkaran. Sayangnya, keinginan peluasan wilayah harus di batasi oleh lahan yang sempit dan biaya yang pas-pasan. Solusi paling mudah adalah dengan cara budidaya lele di kolam terpal. Teknik ini sering disebut Lele terpal, jauh lebih hemat ongkos daripada harus menggali kolam dalam tanah atau membangunnya dengan semen.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<b>Cara budidaya lele</b><br />
di terpal yang dibutuhkan hanyalah lahan dengan luas beberapa meter, pasokan air yang cukup, dan bambu yang kuat. Apakah lele dumbo bisa di ternak pada kolam terpal ? Jawabnya bisa. Bahkan saat ini sudah ada beberapa orang yang sukses budidaya lele dumbo pada kolam terpal. Hasilnya pun juga tak bisa dianggap remeh, malahan jika dikalkulasikan keuntungannya bisa berlipat karena di mengeluarkan modal awal yang besar seperti pada ternak lele dengan cara konvensional. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Cara Budidaya Ikan apapun jenisnya sebenarnya bisa mendatangkan keuntungn yang besar asalkan sabar dan penuh keyakinan saat budidaya. Tapi yang paling menarik memang budidaya lele. Ikan yang satu ini dapat diolah menjadi semua jenis masakan. Rasanya yang gurih dan leat membuat budidaya lele menjadi salah satu prospek bisnis yang lezat. Ikan lele dapat diolah menjadi pecel lele ( yang paling populer disemua lapisan masyarakat), abon lele, dan kulit dari lele dapat dimanfaatkan untuk membuat keripik kulit lele. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Ikan lele yang paling mudah atau cepat besar adalah lele dumbo. Meski tidak cepat - cepat amat paling tidak lele dumbo dapat dengan mudah hidup dan berkembang pada kondisi air yang sangat buruk. Sehingga sangat ekonomis dalam proses perawatannya apalagi ditambah dengan perawatan dilakukan pada terpal atau Lele Terpal. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEji75auOJtAwBrsZuIcichjvEGaXH4HnyWQ8A_SC_9OOQieRWmrHYD-9SaD8HhQniD7Wyjo06LK3Owwi2k-w8ZZmcD7HWE5jKanFggX8HZdVUaq05ao4yN6OBybsum-9VpSFOtdDEE8PXmt/s1600/lel+kongka.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="300" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEji75auOJtAwBrsZuIcichjvEGaXH4HnyWQ8A_SC_9OOQieRWmrHYD-9SaD8HhQniD7Wyjo06LK3Owwi2k-w8ZZmcD7HWE5jKanFggX8HZdVUaq05ao4yN6OBybsum-9VpSFOtdDEE8PXmt/s400/lel+kongka.jpg" width="400" /> </a></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Berikut ini akan kami jelaskan Cara Budidaya Lele pada Terpal yang dapat mendatangkan keuntungan pada peluang bisnis ternak lele</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<h2 style="text-align: justify;">
Tujuan Budidaya </h2>
<div style="text-align: justify;">
Pertama kali berfikir budidaya lele, sebaiknya tetapkan dulu budidaya apa yang akan Anda lakukan. Apakah ingin budidaya bibit atau untuk konsumsi. Seiring banyaknya peminat bisnis ternak lele maka makin besar pula permintaan bibit lele untuk untuk dikembangbiakkan. Oleh sebab itu, prospek pembibitan ikan lele juga menjadi salah satu peluang bisnis yang cukup baik. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Sedangkan Lele untuk konsumsi kita harus memelihara sampai ukuran dan bobot tertentu. 1 KG isi 10 ikan lele biasanya untuk rumah makan sedangkan ikan lele dumbo ukuran 1 KG keatas dipasarkan pada kolam pemancingan ikan untuk lomba.
Sama halnya dengan permintaan Lele untuk konsumsi juga sangat besar. Bahkan warung makan yang berjualan pecek lele seringkali kehabisan pasokan ikan lele. Sebut saja warung makan yang ada di daerah Genteng Banyuwangi yang setiap harinya dipadati penggemar pecek lele.Tidak sampai jam 3 sore kadang lele sudah habis. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Hal ini menandakan bila permintaan akan lele setiap harinya sangat besar. Perbedaannya adalah keperluan konsumsi proses pemeliharaannya cukup lama. Untuk menunggu dari ukuran bibit 5-7 cm hingga siap panen di butuhkan waktu kurang lebih 2 - 3 bulan itupun jika pasokan makanannya teratur. Untuk mensiasatinya agar tumbuh cepat, pilih saja ikan lele dumbo, jenis ikan ini lebih cepat tumbuh daripada jenis lele yang lain. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<h2 style="text-align: justify;">
Proses Pembuatan Kolam Dari Terpal</h2>
<div style="text-align: justify;">
Hal paling utama untuk membuat kolam terpal tak lain adalah lahan yang digunakan. Seberapa luas lahan yang Anda miliki menjadi salah satu faktor penting seberapa banyak kolam terpal yang akan Anda buat. Perbandingannya adalah 100 ekor ikan lele dibanding dengan ukuran kolam 2x1x0,6 meter. Ada dua teknik pembuatan kolam yakni kolam terpal di taruh pada galian tanah dan dari rangka kayu. Yang paling mudah pembuatannya adalah dari rangka kayu tapi yang paling awet dari galian tanah. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<h2 style="text-align: justify;">
Cara Pembudidayaan Lele </h2>
<div style="text-align: justify;">
Isi kolam dengan air kurang lebih setinggi 40 cm untuk ikan lele dumbo ukuran 5-7 cm agar ikan tidak terlalu capek karena naik turun dari dasar kepermukaan kolam untuk mengambil oksigen. Seiring pertumbuhan ikan lele kedalaman air juga ikut bertambah. Sediakan juga semacam penutup agar ikan lele dapat bersembunyi. Berikan pakan setiap dua hari sekali akan tetapi lebih bagus jika pemberian pakan dilakukan dua kali dalam porsi lebih sedikit. Ada berbagai jenis pakan untuk ikan lele seperti pelet, bekicot, kerang, keong emas, rayap, dan lain sebagainya. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Makanan alami tentu lebih baik sebab memiliki kandungan protein yang besar dan dibutuhkan oleh perkembangan ikan lele.
Meski lele tergolong ikan yang kuat tetap saja dapat mati bila kebersihan air kurang dijaga. Sebab lele juga rentan terhadap penyakit yang disebabkan oleh kotornya air. Paling tidak ganti kapasitas air 10 - 30 % dengan air yang baru. Selain itu juga jika terdapat ikan lele yang pertumbuhannya terlalu cepat dari temannya harus dipindahkan karena dapat memangsa lele yang ukurannya lebih kecil atau kalah saat berebut makanan. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Sumber : http://www.zonaikan.com/2012/10/budidaya-ikan-lele-dumbo-dengan-kolam.html</div>
andiarbeta.blogspot.comhttp://www.blogger.com/profile/13079298858568003634noreply@blogger.com2tag:blogger.com,1999:blog-2139953170791641524.post-5935046703293766372013-09-03T09:36:00.002+07:002013-09-04T13:50:30.213+07:00Budidaya Ulat Kepik<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi5oOTHe1NbSAw6YAbN02uqqv3YIBhaSgKp4P3jPXTkuUzHhQTtfk3T2-GQQDkH5kRo8g_PHOdnMoJeN2JAXqzr8a2mfdbP7N9QpWgvhPKgxikvEH8bdM3A_FQJ9IbPyNry1jGeSWyhj6F2/s1600/kepik.jpg" imageanchor="1" style="clear: right; float: right; margin-bottom: 1em; margin-left: 1em;"><img border="0" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi5oOTHe1NbSAw6YAbN02uqqv3YIBhaSgKp4P3jPXTkuUzHhQTtfk3T2-GQQDkH5kRo8g_PHOdnMoJeN2JAXqzr8a2mfdbP7N9QpWgvhPKgxikvEH8bdM3A_FQJ9IbPyNry1jGeSWyhj6F2/s320/kepik.jpg" width="246" /></a></div>
<div style="text-align: justify;">
Kabar baik bagi anda yang ingin wira usaha dirumah dengan modal kecil, yaitu dengan membudidayakan ulat kandang.bagi para pecinta burung kicau, ulat kandang sangat dicari dan ini bisa jadi peluang untuk anda karna modalnya gak terlalu mahal. budidaya atau ternak ulat kandang inipun caranya cukup mudah dan sederhana. </div>
<br />
inilah 6 langkah mudah budidaya ulat kandang yang sangat mudah :<br />
<br />
<div style="text-align: justify;">
1. Persiapan Tempat
untuk tempat kita menggunakan media kotak yang terbuat dari triplek dan kayu balok, karna ulat kandang ini tidak suka tempat yang panas misalnya seperti bahan yang terbuat dari plastik.
untuk ukuran tempatnya kurang lebih 1 meter persegi. untuk 1 kotak kita beri induk atau kepik kurang lebih 1kg.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
2.Siapkan Induk
sekarang sudah banyak orang menjual induk atau bisa disebut kepik, jadi anda bisa mencarinya dengan mudah.
3.Siapkan Media Untuk Rumah dan bertelur Induk
untuk media kita menggunakan polar atau semacam dedak dari penggilingan gandum,tiap kotak kita kasih polar kurang lebih 5kg.
setelah itu atasnya kita kasih keset yang terbuat dari serabut kelapa untuk media bertelur induk.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
4.Siapkan makanan untuk ulat dan induk
makanan yang digunakan untuk budidaya ulat kandang sangat mudah dan terjangkau, cukup menggunakan pepaya mentah,ubi jalar,bengkoang dan masih banyak lagi dan sedikit konsentrat untuk menggemukkan induk. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
5.Pemisahan induk atau kepik dengan ulat
setelah menetas dan jadi ulat kurang lebih umur 10 hari kita harus memisahkan antara induk dan ulat menggunakan ayakan kecil. setelah itu induk bisa kita telurkan lagi di kotak yang baru. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
6.Pemanenan
untuk pemanenan kurang lebih ulat berusia 20 hari saja. cukup mudah dan cepet kan. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
itulah 6 langkah mudah beternak ulat kandang atau budidaya ulat kandang dirumah, semoga bermanfaat..
</div>
andiarbeta.blogspot.comhttp://www.blogger.com/profile/13079298858568003634noreply@blogger.com12tag:blogger.com,1999:blog-2139953170791641524.post-85318307428040708962013-08-01T13:17:00.000+07:002018-10-10T10:38:30.542+07:00Budidaya Ikan Nila<!--[if gte mso 9]><xml>
<w:WordDocument>
<w:View>Normal</w:View>
<w:Zoom>0</w:Zoom>
<w:TrackMoves/>
<w:TrackFormatting/>
<w:PunctuationKerning/>
<w:ValidateAgainstSchemas/>
<w:SaveIfXMLInvalid>false</w:SaveIfXMLInvalid>
<w:IgnoreMixedContent>false</w:IgnoreMixedContent>
<w:AlwaysShowPlaceholderText>false</w:AlwaysShowPlaceholderText>
<w:DoNotPromoteQF/>
<w:LidThemeOther>EN-US</w:LidThemeOther>
<w:LidThemeAsian>X-NONE</w:LidThemeAsian>
<w:LidThemeComplexScript>X-NONE</w:LidThemeComplexScript>
<w:Compatibility>
<w:BreakWrappedTables/>
<w:SnapToGridInCell/>
<w:WrapTextWithPunct/>
<w:UseAsianBreakRules/>
<w:DontGrowAutofit/>
<w:SplitPgBreakAndParaMark/>
<w:DontVertAlignCellWithSp/>
<w:DontBreakConstrainedForcedTables/>
<w:DontVertAlignInTxbx/>
<w:Word11KerningPairs/>
<w:CachedColBalance/>
</w:Compatibility>
<w:BrowserLevel>MicrosoftInternetExplorer4</w:BrowserLevel>
<m:mathPr>
<m:mathFont m:val="Cambria Math"/>
<m:brkBin m:val="before"/>
<m:brkBinSub m:val="--"/>
<m:smallFrac m:val="off"/>
<m:dispDef/>
<m:lMargin m:val="0"/>
<m:rMargin m:val="0"/>
<m:defJc m:val="centerGroup"/>
<m:wrapIndent m:val="1440"/>
<m:intLim m:val="subSup"/>
<m:naryLim m:val="undOvr"/>
</m:mathPr></w:WordDocument>
</xml><![endif]-->
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<b><span style="font-weight: normal;"><span style="font-size: small;"><span style="font-weight: normal;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiWDVf0N6FITJeBrNxohhY6gFJgQJdz2Zq6sbZ5t83u-kRkQGkBdCx4uRC3WIMcfVgeh8vzpqoyLNqHdui_KIJ1BgZ60QY1787EaR1aBmpSZfZDt-6z7sWcAonc2Bjetex-LKWvGP7BFNBu/s1600/nila.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="285" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiWDVf0N6FITJeBrNxohhY6gFJgQJdz2Zq6sbZ5t83u-kRkQGkBdCx4uRC3WIMcfVgeh8vzpqoyLNqHdui_KIJ1BgZ60QY1787EaR1aBmpSZfZDt-6z7sWcAonc2Bjetex-LKWvGP7BFNBu/s320/nila.jpg" width="320" /></a></span></span></span></b></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<span lang="IN" style="font-family: "cambria" , "serif"; font-size: small;">Dalam beberapa hal sebagai pemula kita kadang mengabaikan
beberapa ilmu dasar dalam berternak/budidaya ikan nila merah sehingga para
pemula mengalami kegagalan dalam membudidayakan ikan Nila merah.</span></div>
<b><span style="font-weight: normal;"><span style="font-size: small;"><span style="font-weight: normal;"><br /></span></span></span></b>
<br />
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<span lang="IN" style="font-family: "cambria" , "serif"; font-size: small;">Sekarang saya akan beritahukan langkah awal dalam membudidayakan
ikan Nila merah yang baik dan beberapa tips yang pernah saya/UPR Citomi
lakukan.</span></div>
<b><span style="font-weight: normal;"><span style="font-size: small;"><span style="font-weight: normal;"></span></span></span></b><span lang="IN" style="font-family: "cambria" , "serif"; font-size: small;">1.</span><span lang="IN" style="font-family: "cambria" , "serif"; font-size: small;"> </span><span lang="IN" style="font-family: "cambria" , "serif"; font-size: small;">Persiapan kolam</span><br />
<div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<span lang="IN" style="font-family: "cambria" , "serif"; font-size: small;">2.</span><span lang="IN" style="font-family: "cambria" , "serif"; font-size: small;"> </span><span lang="IN" style="font-family: "cambria" , "serif"; font-size: small;">Pengairan Kolam</span></div>
<div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<span lang="IN" style="font-family: "cambria" , "serif"; font-size: small;">3.</span><span lang="IN" style="font-family: "cambria" , "serif"; font-size: small;"> </span><span lang="IN" style="font-family: "cambria" , "serif"; font-size: small;">Memasukan benih ikan</span></div>
<div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<span lang="IN" style="font-family: "cambria" , "serif"; font-size: small;">4.</span><span lang="IN" style="font-family: "cambria" , "serif"; font-size: small;"> </span><span lang="IN" style="font-family: "cambria" , "serif"; font-size: small;">Pemberian pakan</span></div>
<div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<span lang="IN" style="font-family: "cambria" , "serif"; font-size: small;">5.</span><span lang="IN" style="font-family: "cambria" , "serif"; font-size: small;"> </span><span lang="IN" style="font-family: "cambria" , "serif"; font-size: small;">Pemanenan</span></div>
<div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<br />
<span style="font-size: small;"><span lang="IN" style="font-family: "cambria" , "serif";">1.</span><span lang="IN" style="font-family: "cambria" , "serif";"> Persiapan Kolam</span></span></div>
<b><span style="font-weight: normal;"><span style="font-size: small;"><span style="font-weight: normal;"></span></span></span></b><span lang="IN" style="font-family: "cambria" , "serif"; font-size: small;"><span lang="IN" style="font-family: "cambria" , "serif";"> </span><span lang="IN" style="font-family: "cambria" , "serif";">Perataan Kolam</span> </span><br />
<span lang="IN" style="font-family: "cambria" , "serif"; font-size: small;"> Lakukan
perataan kolam anda dengan menggunakan sorongan atau papan dan pembuatan
kamalir dengan mengunakan cangkul, </span><span lang="IN" style="font-family: "cambria" , "serif"; font-size: small;"> </span><br />
<br />
<span lang="IN" style="font-family: "cambria" , "serif"; font-size: small;">Lalukan perataan kolam
setelah proses pembedahan air kolam ( proses pengeringan/penyurutan air kolam )
</span><br />
<b><span style="font-weight: normal;"><span style="font-size: small;"><span style="font-weight: normal;"><br /></span></span></span></b>
<br />
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<span lang="IN" style="font-family: "cambria" , "serif"; font-size: small;">Mungkin anda
bertanya kenapa harus setelah pengeringan air kolam dan pengambilan ikan yg
tersisa dikolam?</span></div>
<br />
<span lang="IN" style="font-family: "cambria" , "serif"; font-size: small;">Karena kalau
sehari sesudah pengeringan air kolam maka lumpur akan mulai mengeras sehingga
sulit untuk diratakannya.</span><br />
<br />
<span style="font-size: small;"><span lang="IN" style="font-family: "cambria" , "serif";">Pengeringan
Dasar Kolam</span></span><br />
<b><span style="font-weight: normal;"><span style="font-size: small;"><span style="font-weight: normal;"><br /></span></span></span></b>
<br />
<div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<span lang="IN" style="font-family: "cambria" , "serif"; font-size: small;">Pengeringan
dasar kolam dilakukan 3-5 hari setelah pengeringan air kolam</span></div>
<b><span style="font-weight: normal;"><span style="font-size: small;"><span style="font-weight: normal;"><br /></span></span></span></b>
<br />
<div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: "cambria" , "serif"; font-size: small;">P</span><span lang="IN" style="font-family: "cambria" , "serif"; font-size: small;">engeringan
dasar kolam berfungsi untuk membunuh bibit penyakit dan supaya tanah dapat
menyerap oksigen.oh ya...lakukan pengeringan sampai tanah dasar kolam terlihat
retak – retak seperti terlihat di gambar,jadi anda dapat berimprovisasi dalam
mengeringkan dasar kolam semua tergantung keadaan cuaca daerah masing –
masing.cuma didaerah subang pengeringan dilakukan selama 3 – 5 hari tanah dasar
kolam sudah terlihat retak.jadi intinya sampai tanah dasar kolam anda terlihat
retak – retak.</span></div>
<br />
<span style="font-size: small;"><span lang="IN" style="font-family: "cambria" , "serif";">Pengapuran</span></span><br />
<b><span style="font-weight: normal;"><span style="font-size: small;"><span style="font-weight: normal;"><br /></span></span></span></b>
<br />
<div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<span lang="IN" style="font-family: "cambria" , "serif"; font-size: small;">Lakukan
pengapuran dasar kolam dengan takaran 0,5 gr/m<sup>2 </sup>jadi tinggal dikalikan luas kolam anda
masing – masing,berapa kapur yang anda perlukan...:)....</span></div>
<br />
<span lang="IN" style="font-family: "cambria" , "serif"; font-size: small;">Dan
setelah itu masukan air setinggi mata
kaki atau 5 – 10 cm biarkan selama 1 hari.seperti gambar diatas yang paling
bawah</span><span style="font-family: "cambria" , "serif"; font-size: small;">
jangan lupa pake saringan saat memasukan air ke kolam</span><span lang="IN" style="font-family: "cambria" , "serif"; font-size: small;">.</span><br />
<b><span style="font-weight: normal;"><span style="font-size: small;"><span style="font-weight: normal;"><br /></span></span></span></b>
<br />
<div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><i><span lang="IN" style="font-family: "cambria" , "serif";">Apa fungsi melakukan pengapuran?</span></i><span lang="IN" style="font-family: "cambria" , "serif";">
proses pengapurann dasar kolam berfungsi untuk membunuh bibit penyakit atau
membunuh ikan tersisa dikolam setelah pengeringan air kolam sekaligus
menetralkan PH tanah.</span></span></div>
<b><span style="font-weight: normal;"><span style="font-size: small;"><span style="font-weight: normal;"><br /></span></span></span></b>
<br />
<div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><i><span lang="IN" style="font-family: "cambria" , "serif";">Kenapa ikan yang tersisa harus di bunuh?</span></i><span lang="IN" style="font-family: "cambria" , "serif";">karena
ikan yang tersisa dikolam akan menjadi hama.karena pas kita memasukan benih
ikan,ikan yang tersisa tersebut akan memakan larva atau benih ikan yang baru
kita tanam.</span></span></div>
<b><span style="font-weight: normal;"><span style="font-size: small;"><span style="font-weight: normal;"><br /></span></span></span></b>
<br />
<div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<span lang="IN" style="font-family: "cambria" , "serif"; font-size: small;">Kapur
dapat anda beli di toko material bangunan satu karung dengan berat 25 kg
seharga Rp.8000,00 </span></div>
<br />
<span style="font-size: small;"><span lang="IN" style="font-family: "cambria" , "serif";"> </span><span lang="IN" style="font-family: "cambria" , "serif";">Pemupukan</span></span><br />
<b><span style="font-weight: normal;"><span style="font-size: small;"><span style="font-weight: normal;"><br /></span></span></span></b>
<br />
<div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<span lang="IN" style="font-family: "cambria" , "serif"; font-size: small;">Pemberian
pupuk kandang dilakukan bisa bersamaan dengan proses pengapuran kolam,tetapi
lebih baik pemupukan dilakukan sehari setelah proses pengapuran.</span></div>
<b><span style="font-weight: normal;"><span style="font-size: small;"><span style="font-weight: normal;"><br /></span></span></span></b>
<br />
<div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<span lang="IN" style="font-family: "cambria" , "serif"; font-size: small;">Takaran
pupuk kandang adalah 50 gr/m<sup>2</sup> jadi anda masing – masing tinggal
mengalikan dengan dengan luas kolam masing – masing.contohnya luas kolam anda
500 m<sup>2</sup> * 50 gr = 25.000 gr = 25 kg,jadi anda memerlukan pupuk
kandang sebanyak 25 kg.cara pemberian pupuk dapat dilakukan dengan cara
disebarkan secara merata.</span></div>
<b><span style="font-weight: normal;"><span style="font-size: small;"><span style="font-weight: normal;"><br /></span></span></span></b>
<br />
<div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<span lang="IN" style="font-family: "cambria" , "serif"; font-size: small;">Kalo
anda menggunakan pupuk buatan takaran yang mesti anda lakukan adalah 2,5 gr/m<sup>2
</sup>. Anda sudah dapat menghitung sendiri,berapa pupuk buatan yang
diperlukan?:).....</span></div>
<b><span style="font-weight: normal;"><span style="font-size: small;"><span style="font-weight: normal;"><br /></span></span></span></b>
<br />
<div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<span lang="IN" style="font-family: "cambria" , "serif"; font-size: small;">oh ya
penggunaan pupuk buatan sebaiknya anda gunakan ponska atau anda juga bisa
menggunakan urea dan TS yang sudah dicampurkan.</span></div>
<b><span style="font-weight: normal;"><span style="font-size: small;"><span style="font-weight: normal;"><br /></span></span></span></b>
<br />
<div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<span lang="IN" style="font-family: "cambria" , "serif"; font-size: small;">Sebagai
tambahan anda bisa tambahkan EM4 dengan botol yang berwarna pink.</span></div>
<b><span style="font-weight: normal;"><span style="font-size: small;"><span style="font-weight: normal;"></span></span></span></b><span lang="IN" style="font-family: "cambria" , "serif"; font-size: small;">Dengan
takaran satu botol EM4 untuk satu hektar luas kolam.</span><br />
<br />
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: "cambria" , "serif";">2.</span><span lang="IN" style="font-family: "cambria" , "serif";">Pengairan Kolam</span></span><br />
<b><span style="font-weight: normal;"><span style="font-size: small;"><span style="font-weight: normal;"><br /></span></span></span></b>
<br />
<div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<span lang="IN" style="font-family: "cambria" , "serif"; font-size: small;">Setelah
proses pemupukan selesai aliri kolam tetapi sebelum dialiri dengan air,anda
harus membuat saringan/sosog di tempat atau paralon (pipa) pemasukan.</span></div>
<br />
<span lang="IN" style="font-family: "cambria" , "serif"; font-size: small;">Fungsi
saringan/sosog/sulumbung selain untuk menyaring sampah yang masuk kekolam
berfungsi juga sebagai penyaring untuk ikan gabus, lele atau jenis ikan2
lainnya yang dapat menjadi hama pada saat larva ikan dimasukan kekolam.</span><br />
<br />
<span lang="IN" style="font-family: "cambria" , "serif"; font-size: small;">Lakukan
pengairan kolam hingga kedalaman 50 cm,setelah itu tutup air masuk ke kolam dan
biarkan stagnan selama 7 – 10 hari sebelum larva/benih ikan nila dimasukan.</span><br />
<b><span style="font-weight: normal;"><span style="font-size: small;"><span style="font-weight: normal;"><br /></span></span></span></b>
<br />
<div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<span lang="IN" style="font-family: "cambria" , "serif"; font-size: small;">Pembiaran
air selama 7 – 10 hari supaya planton,jentik nyamuk,cacing dan anak keong dapat
tumbuh dengan maksimal karena berfungsi sebagai pakan alami yang baik untuk
larva/benih ikan nila.perlu anda perhatikan selama 7 – 10 hari tersebut anda
harus rajin memeriksa sekeliling kolam tiap pagi hari kisaran jam 7 – 8
pagi.siapa tahu ada telur katak/kodok,kalau ada anda buang karena setelah
menetas menjadi kecebong dapat memakan pakan ikan ketika ikan mulai dikasih
pakan pelet.selain itu periksa siapa tahu juga ada kebocoran kolam disebabkan
kepiting/ketam dan anda harus segera menutupnya. </span></div>
<b><span style="font-weight: normal;"><span style="font-size: small;"><span style="font-weight: normal;"></span></span></span></b><span lang="IN" style="font-family: "cambria" , "serif"; font-size: small;">Setelah
proses diatas kita lanjutkan ketahap selanjutnya...</span><br />
<b><span style="font-weight: normal;"><span style="font-size: small;"><span style="font-weight: normal;"><br /></span></span></span></b>
<br />
<div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: "cambria" , "serif"; font-size: small;">3</span><span style="font-size: small;"><span style="font-family: "cambria" , "serif";">.</span><span lang="IN" style="font-family: "cambria" , "serif";">Memasukan Benih Ikan</span></span></div>
<br />
<span lang="IN" style="font-family: "cambria" , "serif"; font-size: small;"> Tingkat kepadatan ikan/m<sup>2 </sup>yang baik<sup> </sup>adalah 30 – 50
ekor/m<sup>2 </sup> jangan lebih dari 50
ekor karena itu sudah maksimal, jangan terlalu jarang atau terlalu padat karena
tidak bagus.</span><br />
<br />
<span lang="IN" style="font-family: "cambria" , "serif"; font-size: small;">Jadi
hitungannya, contoh luas kolam anda 500 m<sup>2
</sup>* 40 = 20.000 jadi anda tanam benih ikan sebanyak 20.000 ribu
ekor.</span><br />
<b><span style="font-weight: normal;"><span style="font-size: small;"><span style="font-weight: normal;"><br /></span></span></span></b>
<br />
<div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<span lang="IN" style="font-family: "cambria" , "serif"; font-size: small;">Perlu
anda perhatikan kembali sebelum memasukan benih ikan sehari sebelumnya coba
anda periksa warna air kolam apakah sudah hijau bening/transfaran itu sudah
bagus, selanjutnya periksa juga apakah air masih berbau tidak sedap atau sudah
tidak berbau?kalau sudah tidak berbau berarti kolam sudah siap dimasukan benih
ikan,sedangkan kalau masih berbau tunggu beberapa hari lagi sampai tidak
tercium bau apa – apa karena kolam yang airnya masih berbau itu tanda dari
kandungan amoniak yang masih tinggi dan kalau anda memaksa untuk dimasukan
,benih ikan akan mati ( banyak yang mati).</span></div>
<br />
<span lang="IN" style="font-family: "cambria" , "serif"; font-size: small;"> Selanjutnya anda coba
serok air dengan menggunakan planktonet periksa apakah terdapat ulat air/ucrit
(ucit - ucit dalam bahasa sunda ) atau tidak?dan jika terdapat banyak ulat air
sebaiknya anda melakukan penyemprotan dengan menggunakan chix sehari sebelum
pemasukan benih ikan.</span><br />
<b><span style="font-weight: normal;"><span style="font-size: small;"><span style="font-weight: normal;"></span></span></span></b><span style="font-family: "cambria" , "serif"; font-size: small;">l</span><span lang="IN" style="font-family: "cambria" , "serif"; font-size: small;">akukan
penyemprotan dengan merata...</span><br />
<br />
<span lang="IN" style="font-family: "cambria" , "serif"; font-size: small;"> Sehari setelah proses
penyemprotan selesai,pemasukan benih ikan sebaiknya dilakukan pada pagi dan
sore hari pada saat suhu air tidak terlalu tinggi.</span><br />
<br />
<span lang="IN" style="font-family: "cambria" , "serif"; font-size: small;">Dan
sebelum benih ikan dimasukan sebaiknya dilakukan penyesuaian suhu air di dalam
plastik pengepakan dengan air kolam ( aklimatisasi ) selama 15 menit. Supaya benih
ikan tidak stress saat dimasukan kedalam kolam</span><br />
<b><span style="font-weight: normal;"><span style="font-size: small;"><span style="font-weight: normal;"><br /></span></span></span></b>
<br />
<div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<span lang="IN" style="font-family: "cambria" , "serif"; font-size: small;">Setelah proses
aklimatisasi selesai anda bisa lakukan pemasukan benih ikan nila,proses
pemasukan benih sebaiknya lakukan dengan perlahan – lahan agar benih tidak
Stres.</span></div>
<br />
<span lang="IN" style="font-family: "cambria" , "serif"; font-size: small;"> Setelah selesai
memasukan benih ikan nila,biarkan selama 10 hari jangan di aliri air.Fungsi
kolam di biarkan stagnan selama 10 hari setelah pemasukan benih supaya
plankton,jentik nyamuk dan makanan alami lainnya tidak terbuang lewat pipa
pembuangan.jadi benih ikan nila dapat optimal memakan makanan alami tersebut.</span><br />
<b><span style="font-weight: normal;"><span style="font-size: small;"><span style="font-weight: normal;"></span></span></span></b><span lang="IN" style="font-family: "cambria" , "serif"; font-size: small;"> Selanjutnya
kita lanjutkan keproses pemberian pakan ikan.</span><br />
<b><span style="font-weight: normal;"><span style="font-size: small;"><span style="font-weight: normal;"><br /></span></span></span></b>
<br />
<div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: "cambria" , "serif";">4.</span><span lang="IN" style="font-family: "cambria" , "serif";">Pemberian Pakan Ikan</span></span></div>
<br />
<span lang="IN" style="font-family: "cambria" , "serif"; font-size: small;"> Proses pemberian pakan
saat pertama kali anda lakukan adalah setelah 10 hari benih ikan nila di
masukan atau ketika benih ikan mulai muncul dipermukaan air.</span><br />
<b><span style="font-weight: normal;"><span style="font-size: small;"><span style="font-weight: normal;"></span></span></span></b><span lang="IN" style="font-family: "cambria" , "serif"; font-size: small;">Takaran
pemberian pakan adalah :</span><br />
<br />
<span style="font-family: "cambria" , "serif"; font-size: small;">Ukuran larva - 8 gr =>
10 - 20 % dari biomasa </span><br />
<br />
<span style="font-family: "cambria" , "serif"; font-size: small;">Ukuran 10 gr => 5 - 10 %
dari biomasa</span><br />
<b><span style="font-weight: normal;"><span style="font-size: small;"><span style="font-weight: normal;"><br /></span></span></span></b>
<br />
<div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: "cambria" , "serif"; font-size: small;">Sebagai contoh hitungannya
:</span></div>
<br />
<span style="font-family: "cambria" , "serif"; font-size: small;">ikan ukuran 8 gr berapa
banyak pakan harus diperlukan? </span><br />
<br />
<span style="font-family: "cambria" , "serif"; font-size: small;">Berarti 8 * 40000 * 10 % =
320000 * 10 % = 32000 gr = 32 kg</span><br />
<br />
<span style="font-family: "cambria" , "serif"; font-size: small;"> Jadi perhari anda harus memberi pkan sebanyak
32 kilo di bagi 3 - 4 kali pemberian</span><span lang="IN" style="font-family: "cambria" , "serif"; font-size: small;"> pakan. </span><span style="font-family: "cambria" , "serif"; font-size: small;">jadwal
pemberikan pakan sebaiknya di mulai jam 8 - 9 pagi atau pada saat air kolam
mulai terasa hangat.jangan lakukan pemberian pakan di air kolam yang masih
dingin karena ikan tidak akan memakannya sehingga banyak pakan yang
terbuang,selain itu menyebabkan air kolam menjadi bau (beramoniak) dan
menyebabkan ikan menjadi sakit dan mati.</span><br />
<br />
<span style="font-family: "cambria" , "serif"; font-size: small;"> Pemberian pakan sebaiknya anda oplos antara pakan
pelet silem dan apung,selain untuk mengurangi biaya pembelian pakan apung yang
mahal hasil panen juga dapat optimal ( karena kami sudah memprakteka</span><span lang="IN" style="font-family: "cambria" , "serif"; font-size: small;">n</span><span style="font-family: "cambria" , "serif"; font-size: small;">nya ). </span><br />
<br />
<span style="font-family: "cambria" , "serif"; font-size: small;">Pada </span><span lang="IN" style="font-family: "cambria" , "serif"; font-size: small;">awa</span><span style="font-family: "cambria" , "serif"; font-size: small;">l pemberian pakan anda
dapat menggunaka pelet silem sebanyak 50 - 100 kg dan seterusnya dapat anda
gunakan pelet apung sampai panen.</span><br />
<b><span style="font-weight: normal;"><span style="font-size: small;"><span style="font-weight: normal;"><br /></span></span></span></b>
<br />
<div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: "cambria" , "serif"; font-size: small;"> Pada saat anda memberikan pakan ke benih
sebaiknya jangan terburu - buru tetapi sedikit - sedikit </span><span lang="IN" style="font-family: "cambria" , "serif"; font-size: small;">karena
pemberian pakan terlalu banyak dapat menyebabkan ikan makan tidak optimal
sehingga banyak pakan ikan yang tidak termakan sehingga mengendap di dasar
kolam ( terutama yang menggunakan pakan silem)</span><span style="font-family: "cambria" , "serif"; font-size: small;">plus lagi anda lihat kondisi
ikan,apakah ikan lahap atau tidak pas dikasih makan?kalau terlihat tidak lahap
sebaiknya anda kurangi dulu proses pemberian pakan dan chek apa penyebabnya</span><span lang="IN" style="font-family: "cambria" , "serif"; font-size: small;">?</span><span style="font-family: "cambria" , "serif"; font-size: small;">kondisi air yang masih
dingin dibawah 30<sup>0</sup>C bisa jadi penyebabnya,kalau begitu anda tunggu
sampai air kolam terasa hangat.atau bisa juga aliran pemasukan air tertutup
sehingga air bau karena tidak tersirkulasi dengan benar dan oksigen di air
kolam sedikit.</span></div>
<b><span style="font-weight: normal;"><span style="font-size: small;"><span style="font-weight: normal;"><br /></span></span></span></b>
<br />
<div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<span lang="IN" style="font-family: "cambria" , "serif"; font-size: small;"> Selain itu sebaiknya
anda menggunakan pakan yang berkualitas baik dengan kadar protein 34 %.</span></div>
<br />
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: "cambria" , "serif";">5.</span><span lang="IN" style="font-family: "cambria" , "serif";">Pemanenan </span></span><br />
<br />
<span lang="IN" style="font-family: "cambria" , "serif"; font-size: small;">Dalam
pemanenan ikan ada 2 tahap yang perlu diperhatikan,yaitu :</span><br />
<br />
<span lang="IN" style="font-family: "cambria" , "serif"; font-size: small;">
</span><span lang="IN" style="font-family: "cambria" , "serif"; font-size: small;">Penjebakan</span><br />
<b><span style="font-weight: normal;"><span style="font-size: small;"><span style="font-weight: normal;"></span></span></span></b><span lang="IN" style="font-family: "cambria" , "serif"; font-size: small;"><span style="font-size: small;"> </span>Penyimpanan ikan</span><br />
<b><span style="font-weight: normal;"><span style="font-size: small;"><span style="font-weight: normal;"></span></span></span></b><span lang="IN" style="font-family: "cambria" , "serif"; font-size: small;"><span style="font-size: small;"> </span>Penjebakan
</span><br />
<b><span style="font-weight: normal;"><span style="font-size: small;"><span style="font-weight: normal;"><br /></span></span></span></b>
<br />
<div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<span lang="IN" style="font-family: "cambria" , "serif"; font-size: small;"> Penjebakan
adalah proses pengambilan ikan sebelum proses pembedahan,dengan tujuan
mengurangi resiko kematian ikan pada saat proses pembedahan ikan ( pengeringan
kolam ikan )...</span></div>
<b><span style="font-weight: normal;"><span style="font-size: small;"><span style="font-weight: normal;"></span></span></span></b><span lang="IN" style="font-family: "cambria" , "serif"; font-size: small;">Jadi
pada proses pembedahan kolam ikan yang tersisa di kolam tinggal sedikit atau
hanya sisanya saja.</span><br />
<b><span style="font-weight: normal;"><span style="font-size: small;"><span style="font-weight: normal;"></span></span></span></b><span lang="IN" style="font-family: "cambria" , "serif"; font-size: small;">Proses
penjebakan ikan menggunakan waring penjebakan,,pasang waring penjebakan 3 – 4
hari sebelum penjebakan ini dimaksudkan supaya ikan ngumpul saat proses
pengangkatan jebakan dan hasil pengangkatan jebakan bisa maksimal dan sisa ikan
dikolam tinggal sedikit.</span><br />
<b><span style="font-weight: normal;"><span style="font-size: small;"><span style="font-weight: normal;"><br /></span></span></span></b>
<br />
<div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<span lang="IN" style="font-family: "cambria" , "serif"; font-size: small;"> Sebagai
masukan biarkan waring penjebakan selama 3 – 4 hari sambil kita memberi pakan
seperti gambar diatas</span></div>
<b><span style="font-weight: normal;"></span></b><span lang="IN" style="font-family: "cambria" , "serif"; font-size: small;"> </span><span lang="IN" style="font-family: "cambria" , "serif"; font-size: small;">Penyimpanan
ikan</span><br />
<div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<b><span lang="IN" style="font-family: "cambria" , "serif"; font-size: small;"> Pada proses
ini,penyimpanan ikan bertujuan untuk mengurangi resiko ikan supaya tidak stres
pada proses pengemasan/pengepakan ikan dan memberok ikan ( memberok ikan yaitu
membiarkan ikan membuang kotoran supaya dalam proses pengemasan ikan dalam
balon ikan tidak mengeluarkan kotoran,sehingga tidak terjadi proses pembusukan
(amoniak tidak timbul)</span></b></div>
<div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><br /></span></div>
<b><span style="font-weight: normal;"><span style="font-size: small;"><span style="font-weight: normal;"><br /></span></span></span></b>
<br />
<div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: "cambria" , "serif"; font-size: small;">Dan apabila telah telah
disimpan selama satu hari ikan siap untuk di pak atau dikemas dalam balon (
satu hari penyimpanan adalah cara paling bagus untuk ikan )</span></div>
<b><span style="font-weight: normal;"><span style="font-size: small;"><span style="font-weight: normal;"><br /></span></span></span></b>
<br />
<div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><i><span style="font-family: "cambria" , "serif";">NB</span></i><span style="font-family: "cambria" , "serif";">: sebaiknya lakukan pengepakan
pada sore hari atau subuh<br />
<br />
( <i>SUMBER</i> : UPR CITOMI
Menyediakan Benih Ikan Nila Merah dan Hitam )</span></span></div>
<b><span style="font-weight: normal;"><span style="font-size: small;"><span style="font-weight: normal;"><br /></span></span></span></b>
<br />
<div class="MsoNormal">
<span style="font-size: small;"><br /></span></div>
<b><span style="font-weight: normal;"><span style="font-size: small;"><span style="font-weight: normal;"><br /></span></span></span></b>
<!--[if gte mso 9]><xml>
<w:LatentStyles DefLockedState="false" DefUnhideWhenUsed="true"
DefSemiHidden="true" DefQFormat="false" DefPriority="99"
LatentStyleCount="267">
<w:LsdException Locked="false" Priority="0" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Normal"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="heading 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 7"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 8"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 9"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 7"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 8"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 9"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="35" QFormat="true" Name="caption"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="10" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Title"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="1" Name="Default Paragraph Font"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="11" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Subtitle"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="22" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Strong"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="20" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Emphasis"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="59" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Table Grid"/>
<w:LsdException Locked="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Placeholder Text"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="1" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="No Spacing"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Revision"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="34" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="List Paragraph"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="29" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Quote"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="30" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Intense Quote"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="19" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Subtle Emphasis"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="21" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Intense Emphasis"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="31" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Subtle Reference"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="32" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Intense Reference"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="33" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Book Title"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="37" Name="Bibliography"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" QFormat="true" Name="TOC Heading"/>
</w:LatentStyles>
</xml><![endif]--><!--[if gte mso 10]>
<style>
/* Style Definitions */
table.MsoNormalTable
{mso-style-name:"Table Normal";
mso-tstyle-rowband-size:0;
mso-tstyle-colband-size:0;
mso-style-noshow:yes;
mso-style-priority:99;
mso-style-qformat:yes;
mso-style-parent:"";
mso-padding-alt:0cm 5.4pt 0cm 5.4pt;
mso-para-margin-top:0cm;
mso-para-margin-right:0cm;
mso-para-margin-bottom:10.0pt;
mso-para-margin-left:0cm;
line-height:115%;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:11.0pt;
font-family:"Calibri","sans-serif";
mso-ascii-font-family:Calibri;
mso-ascii-theme-font:minor-latin;
mso-fareast-font-family:"Times New Roman";
mso-fareast-theme-font:minor-fareast;
mso-hansi-font-family:Calibri;
mso-hansi-theme-font:minor-latin;
mso-bidi-font-family:"Times New Roman";
mso-bidi-theme-font:minor-bidi;}
</style>
<![endif]-->andiarbeta.blogspot.comhttp://www.blogger.com/profile/13079298858568003634noreply@blogger.com9tag:blogger.com,1999:blog-2139953170791641524.post-33729119838621224592013-07-21T18:38:00.001+07:002023-03-13T12:32:59.871+07:00Budidaya ikan cupang<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: inherit;"><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiDdtAM2iWaxEaFuMx1qc_kRCaEETY3YSt6BoNESyzwc7PIOIk7o1TL6tHOi9cmcp3g9RXkvxdWF3rQ-xudKCDyj1r_yQkyD1sdiKnEAB845c5fqIlEOOPOV6YkCu_EmPHge4BG8iM59BI9NGEYpnd5Eb9eIsgh7mc8R2pR7zUYbqpE8sUn6wmn_6Ig_A/s380/download%20(2)l.jpeg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="182" data-original-width="380" height="191" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiDdtAM2iWaxEaFuMx1qc_kRCaEETY3YSt6BoNESyzwc7PIOIk7o1TL6tHOi9cmcp3g9RXkvxdWF3rQ-xudKCDyj1r_yQkyD1sdiKnEAB845c5fqIlEOOPOV6YkCu_EmPHge4BG8iM59BI9NGEYpnd5Eb9eIsgh7mc8R2pR7zUYbqpE8sUn6wmn_6Ig_A/w305-h191/download%20(2)l.jpeg" width="305" /></a></div>Ikan cupang merupakan salah satu ikan hias yang mudah dipelihara. Budidaya ikan cupang tidak memerlukan tempat luas dan modal yang besar. Bisa dilakukan sebagai usaha rumahan.
Ikan cupang (Betta sp.) adalah ikan air tawar dari daerah tropis. Banyak ditemukan di perairan Asia Tenggara, termasuk Indonesia. Di alam bebas ikan ini hidup berkelompok. Habitatnya ada di rawa-rawa, danau, dan sungai yang arusnya tenang.
Salah satu keistimewahan ikan cupang adalah daya tahannya. Sanggup hidup dalam lingkungan air minim oksigen. Bisa dipelihara dalam toples kecil tanpa menggunakan aerator. Kemampuan ini didapat karena ikan cupang memiliki rongga labirin seperti pada paru-paru manusia. Labirin tersebut bisa membuatnya bertahan pada lingkungan miskin oksigen. </span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: inherit;"><b>Jenis ikan cupang </b></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: inherit;">Dilihat dari kecamata para pehobi dikenal dua macam ikan cupang, yakni cupang hias dan cupang adu. Cupang hias dipelihara untuk dinikmati keindahan bentuk, warna dan gerakannya. Sedangkan cupang adu dipelihara untuk di adu. Perlu diketahui, di beberapa negara mengadu cupang termasuk tindakan ilegal.
Cupang hias dan cupang adu dibedakan berdasarkan bentuk dan sifat agresifitasnya. Untuk mengetahui lebih jauh silahkan lihat cupang hias vs cupang adu.
Masyarakat ilmiah mencatat lebih dari 73 spesies ikan cupang yang ada di bumi ini. Namun tidak semua dari spesies tersebut populer sebagai ikan peliharaan. Spesies ikan cupang yang beredar di pasaran kebanyakan berasal dari kelompok splendens complex, yang terdiri dari Betta splendens, Betta stiktos, Betta mahachai, Betta smaragdina dan Betta imbellis. Serta varian hasil silangan dari spesies-spesies tersebut. Lihat juga jenis-jenis ikan cupang. </span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: inherit;"><b>Memilih indukan ikan cupang </b></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: inherit;">Untuk memulai budidaya ikan cupang, langkah pertama yang harus disiapkan adalah mendapatkan indukan atau bibit berkualitas. Indukan yang baik sebisa mungkin berasal dari keturunan unggul, kondisinya bugar, bebas penyakit dan cacat bawaan. Simpan indukan jantan dan betina di tempat terpisah. </span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<ul style="text-align: justify;">
<li><span style="font-family: inherit;">Tips membedakan cupang jantan dan betina!
Jantan: gerakannya lincah, sirip dan ekor lebar mengembang, warna cerah, tubuhnya lebih besar. Betina: gerakannya lebih lamban, sirip dan ekor lebih pendek, warna kusam, tubuh lebih kecil. </span></li>
</ul>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: inherit;">Sebelum pemijahan dilakukan, pastikan indukan jantan dan betina sudah masuk dalam fase matang gonad atau siap untuk dikawinkan. Adapun ciri-ciri indukan yang telah menunjukkan siap kawin adalah sebagai berikut.
Untuk cupang jantan:
Berumur setidaknya 4-8 bulan
Bentuk badan panjang
Siripnya panjang dan warnanya terang atraktif
Gerakannya agresif dan lincah
Untuk cupang betina:
Berumur setidaknya 3-4 bulan
Bentuk badan membulat, bagian perut sedikit buncit
Siripnya pendek dan warnanya kusam tidak menarik
Gerakannya lambat </span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: inherit;"><b>Pemijahan ikan cupang </b></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: inherit;">Setelah indukan jantan dan indukan betina siap untuk memijah, sediakan tempat berupa wadah dari baskom plastik atau akuarium kecil dengan ukuran 20x20x20 cm. Siapkan juga gelas plastik untuk tempat ikan cupang betina. Sediakan juga tumbuhan air seperti kayambang.
Dalam satu kali perkawinan, ikan cupang bisa menghasilkan hingga 1000 butir telur. Telur tersebut akan menetas dalam waktu 24 jam setelah pembuahan. Berdasarkan pengalaman para pembudidaya, tingkat kematian pembenihan ikan cupang cukup tinggi. Dalam satu kali kawin biasanya hanya dapat dipanen 30-50 ikan cupang hidup.
Indukan jantan bisa dikawinkan hingga 8 kali dengan interval waktu sekitar 2-3 minggu. Sedangkan indukan betina disarankan hanya dikawinkan satu kali saja. Bila dipaksakan, pada perkawinan berikutnya akan terjadi penurunan keragaman jenis kelamin. Dimana anakan ikan semakin didominasi kelamin betina.
Berikut langkah-langkah pemijahan ikan cupang:
Isi tempat pemijahan dengan air bersih setinggi 10-15 cm. Seabagai catatan gunakan air tanah atau air sungai yang jernih. Endapkan terelebih dahulu air yang akan dipakai setidaknya selama satu malam. Hindari penggunaan air dalam kemasan atau air PAM yang berbau kaporit.
Tambahkan kedalam wadah tersebut tanaman air, sebagai tempat burayak berlindung. Tapi penempatan tanaman air jangan terlalu padat. Karena tanaman air berpotensi mengambil oksigen terlarut yang ada dalam air.
Masukkan ikan cupang jantan yang telah siap kawin. Biarkan ikan tersebut selama satu hari dalam wadah. Ikan cupang jantan akan membuat gelembung-gelembung udara. Gunanya untuk menyimpan telur yang sudah dibuahi. Untuk memancing si jantan membuat gelembung, masukkan ikan cupang betina tetapi dipisah. Caranya, ikan betina dimasukkan dalam gelas plastik bening (bekas gelas akua) dan benamkan ke dalam aquarium dimana ikan jantan berada.
Setelah indukan jantan membuat gelembung, masukkan indukan betina. Waktu pemijahan ikan cupang biasanya terjadi sekitar pukul 7-10 pagi atau pukul 4-6 sore. Ikan cupang cukup sensitif ketika kawin, sebaiknya tutup wadah dengan koran atau letakkan di ruang yang terhindar dari hilir mudik orang dan suara bising.
Setelah terjadi pembuahan angkat segera indukan betina, karena yang bertanggung jawab membesarkan dan menjaga burayak adalah cupang jantan. Dengan mulutnya si jantan akan memunguti telur yang telah dibuahi dan meletakkannya pada gelembung-gelembung tadi. Apabila indukan betina tidak diangkat, maka telur-telur yang telah dibuahi akan dimakan si betina.
Setelah kurang lebih satu hari telur-telur tersebut akan menjadi burayak. Selama 3 hari kedepan burayak tidak perlu diberi pakan karena masih ada nutrisi yang terbawa dalam telur. Ikan cupang jantan juga akan berpuasa selama menjaga burayak.
Setelah tiga hari terhitung sejak telur menetas, berikan kutu air (moina atau daphnia). Pemberian pakan jangan lebih banyak dari burayak karena pakan akan mengotori air dan menyebabkan kematian pada burayak.
Indukan jantan baru diambil setelah burayak berumur 2 minggu terhitung sejak menetas. Pindahkan burayak tersebut pada wadah yang lebih besar dan berikan kutu air yang lebih besar atau larva nyamuk.
Setelah 1,5 bulan, ikan sudah bisa dipilah berdasarkan jenis kelaminnya. Kemudian pisahkan ikan-ikan tersebut ke wadah pembesaran. </span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: inherit;"><b>Pakan ikan cupang </b></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: inherit;">Pakan favorit yang biasa diberikan pada ikan cupang adalah kutu air , cacing sutera dan larva nyamuk. Pakan sebaiknya diberikan sesering mungkin, misalnya 3-4 kali sehari. Semakin sering frekuensinya semakin baik. Lebih baik sedikit-sedikit tapi sering dari pada sekaligus banyak. Hal ini untuk mengurangi resiko penumpukan sisa pakan yang bisa mengakibatkan berkembangnya penyakit.
Kutu air bisa didapatkan di selokan-selokan yang tergenang, atau membelinya dari toko akuarium. Kalau tidak memungkinkan, kita bisa membudidayakan kutu air sendiri. </span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: inherit;"><b>Perawatan ikan cupang </b></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: inherit;">Seperti sudah dijelaskan sebelumnya, ikan cupang relatif tahan banting. Bisa dipelihara dalam akuarium tanpa menggunakan aerator. Ikan ini tahan terhadap kondisi air yang minim oksigen. Walaupun begitu, disarankan untuk tetap menjaga kualitas air dengan memberinya aerasi dan filter pembersih. Agar ikan bisa berkembang sempurna dan selalu dalam kondisi bugar. Terutama untuk perawatan ikan kontes.
Tidak disarankan memelihara lebih dari satu ikan cupang jantan yang telah dewasa dalam satu akuarium. Terlebih bila ukuran akuariumnya kecil dan tidak ada tempat berlindung. Ikan-ikan tersebut bisa saling menyerang satu sama lain. Akibatnya, sirip-siripnya tidak mulus dan warnanya kurang keluar.
Khusus untuk ikan cupang aduan, kita bisa memasukkannya ke dalam toples kaca kecil. Berdasarkan beberapa pengalaman, agar ikan lebih agresif simpan di tempat yang gelap. Jangan meletakkan toples ikan secara berdekatan. Karena ikan cupang aduan akan terus dalam kondisi siap menyerang dan membenturkan dirinya ke kaca. Berikan sekat tidak tembus pandang di antara toples-toples tersebut.
Gantilah air yang terdapat dalam wadah secara berkala. Lihat apakah ada penumpukan kotoran dan sisa pakan pada dasar wadah. Penumpukan tersebut bisa menimbulkan penyakit bahkan kematian pada ikan karena pencemaran air.</span></div>
andiarbeta.blogspot.comhttp://www.blogger.com/profile/13079298858568003634noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-2139953170791641524.post-39206384013738053512013-04-17T01:08:00.000+07:002018-10-10T10:39:54.975+07:00Budidaya Udang Vanami<h3 class="post-title entry-title" itemprop="name">
Budidaya Udang Vaname
</h3>
<div class="post-header">
</div>
Budidaya Udang Vaname<br />
Udang Vaname (Penaeus vannamei) di
Indonesia merupakan jenis udang introduksi dari kawasan sub-tropis
sekitar perairan negara Meksiko, Amerika Latin. Meskipun asal udang
vaname dari kawasan sub-tropis, dalam pengembangannya dapat pula
dibudidayakan di kawasan tropis secara massal dengan penerapan teknologi
dari sederhana hingga intensif.<br />
<br />
Bila dibandingkan dengan
jenis udang lainnya, udang vaname memiliki karakteristik spesifik
seperti adaptasi tinggi terhadap lingkungan suhu rendah, perubahan
salinitas (khususnya pada salinitas tinggi), laju pertumbuhan yang
relatif cepat pada bulan I dan II dan kelansungan hidup tinggi. Dengan
keunggulan yang dimiliki tersebut, jenis udang ini sangat potensi dan
prospektif pengembangannya.<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgTfBPY0LfQUoF284Cqf1rEl4O0ySfJO3w5RIDvU9J0aXXvqqytsB7kS2wrABm5R5N2_ZQIksMF3I030ZZxuGbParCKJ75hEBSoKE5X9YTPuggpWnsWYIYJofHuCYhZo0Sl-a0SWDLESjgr/s1600/udang.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgTfBPY0LfQUoF284Cqf1rEl4O0ySfJO3w5RIDvU9J0aXXvqqytsB7kS2wrABm5R5N2_ZQIksMF3I030ZZxuGbParCKJ75hEBSoKE5X9YTPuggpWnsWYIYJofHuCYhZo0Sl-a0SWDLESjgr/s320/udang.jpg" width="208" /></a></div>
<br />
<br />
KONSTRUKSI TAMBAK<br />
<br />
Teknologi
yang diperkenalkan melalui leaflet ini adalah Semi Intensif. Dalam
budidaya udang semi intensif, sistem budidaya yang diterapkan sebaiknya
memakai sistem “ resirkulasi” dengan rasio luas tambak 40% : 60% antara
petak tandon dengan petak pemeliharaan. Konstruksi tambak terutama
tanggul/pematang harus kuat, kedap air (tidak rembes dan bocor), tidak
mudah longsor, pintu masuk dan keluar terpisah, bentuk caren melintang
di tengah dasar tambak.<br />
<br />
<div style="text-align: justify;">
</div>
Jenis
dan fungsi petakan dan saluran tambak yang diperlukan dalam budidaya
udang semi intensif dengan sistem resirkulasi tertutup yaitu :<br />
- Petak tambak karantina yang berfungsi sebagai petak isolasi air media, baik air baru ataupun air lama (air resirkulasi);<br />
- Saluran suplai air yang menampung air dengan baku mutu air standar, yang didistribusikan ke petak-petak pembesaran;<br />
- Petak pembesaran dipergunakan sebagai petak pemeliharaan udang hingga panen;<br />
- Saluran pembuangan yang berasal dari petak pembesaran, berfungsi sebagai saluran pengendapan lumpur/limbah.;<br />
-
Petak tandon (bio filter/ bio screen) petak tambak yang dipelihara
organisme jenis ikan multispeies dan ikan (bioscreen/biofilter) guna
untuk memangsa hama penular penyakit udang;<br />
- Petak unit pengolah
limbah berfungsi sebagai petak penampungan air buangan kotoran (limbah)
udang, terutama air buangan limbah tambak;<br />
- Elevasi dasar
tambak petak pembesaran udang terhadap saluran pembuangan (air surut
terendah) yang standar dan ideal akan mempermudah pengelolaan air dan
pembuangan lumpur/kotoran, baik secara harian maupun dalam kondisi
tertentu.<br />
- Central drain; adalah sistem pembuangan air yang
dibuat /diletakan di titik konsentrasi pengumpulan kotoran, yaitu pada
bagian tengah petak pembesaran udang;<br />
- Pintu monik; adalah model
pintu pembuangan air yang terbuat dari pasangan bata/batu dan cor
semen. Pintu pengatur berada pada pematang bagian sisi dalam, sementara
buis beton pembuangan air menghadap ke saluran pembuangan air;<br />
-
Pematang dan dasar tambak; Dimensi pematang yang ideal (dibuat dari
tanah) untuk tambak udang adalah lebar atas antara 2,5 – 3,5 m, lebar
bawah antara 7,0 – 9,0 m dan tinggi antara 1,5 – 2,0 m, kemiringan/slope
45 – 60 derajat.<br />
<br />
PENGELOLAAN TAMBAK<br />
<br />
Pengelolaan
tambak meliputi : pengeringan, pembalikan tanah, pengapuran dan
pemasukan air. Pengeringan dasar tambak dapat dilakukan selama 7-10 hari
sampai tanah dasar tambak retak-retak, kemudian dilakukan pembalikan
tanah. Jika pH tanah kurang dari 6,5, maka perlu dilakukan pengapuran
dengan dosis <br />
<br />
PEMELIHARAAN UDANG<br />
<br />
Penyiapan Media Air Tahapan pada proses penyiapan media air adalah :<br />
• Sterilisasi media air : dengan aplikasi kaporit 30 ppm dan saponin 10-12 ppm<br />
• Pengisian air : dilakukan hingga ketinggian mencapai 0,8-1,0 m<br />
• Pemupukan awal : pupuk organik 300-500 kg/ha<br />
• Adaptasi media air : tingkat kecerahan air awal berkisar 40-45 cm.<br />
<br />
Pemilihan dan Penebaran Benih<br />
<br />
Ciri-ciri benur yang sehat :<br />
• Ukuran seragam<br />
• Gerakan lincah dan menantang arus<br />
• Respon terhadap gerakan<br />
• Putih transparan, kaki bersih, isi usus tidak putus, adaptif terhadap perubahan salinitas dan bebas virus<br />
Padat
penebaran yang optimal pada pembesaran udang vaname dengan teknologi
semi intensif adalah 15 – 40 ekor per meter persegi atau 150.000 –
400.000 ekor/ha.<br />
<br />
Masa Pemeliharaan Tahapan yang dilakukan dalam pemeliharaan adalah :<br />
<br />
• Pengaturan dan pemberian pakan<br />
• Manajemen plankton<br />
• Pengelolaan air<br />
<br />
Pengamatan kondisi dan pertumbuhan udang<br />
<br />
Hal-hal yang perlu diperhatikan adalah :<br />
• Kesehatan dan kondisi udang<br />
• Pertambahan berat harian<br />
• Tingkat kelangsungan hidup, serta<br />
• Biomass<br />
<br />
PENGELOLAAN KESEHATAN UDANG<br />
<br />
Pengamatan
dan monitoring kesehatan udang di tambak dilakukan melalui pengamatan
secara visual terhadap nafsu makan, pertumbuhan, kelengkapan organ dan
jaringan tubuh.<br />
<br />
Ciri-ciri udang yang kurang sehat adalah :<br />
• Terdapat bakteri Zoothammium sp pada insang dan tubuh<br />
• Karapas (kepala) dan kulit abdomen (badan) berlumut<br />
• Ekor gerepes, insang kotor, antena putus<br />
• Daging udang keropos, warna tubuh dan ekor kemerahan.<br />
<br />
Pengamatan Rutin<br />
<br />
Pengamatan di anco dilakukan untuk melihat populasi dan kesehatan setiap saat<br />
<br />
Ciri-ciri udang sehat adalah :<br />
• Gerakan aktif, berenang normal dan melompat bila anco di angkat<br />
• Respon positif terhadap arus, cahaya, bayangan dan sentuhan<br />
• Tubuh bersih, licin, berwarna cerah, belang putih yang jelas<br />
• Tubuh tidak keropos, anggota tubuh lengkap<br />
• Kotoran tidak mengapung<br />
• Ujung ekor tidak geripis<br />
• Ekor dan kaki jalan tidak menguncup<br />
• Insang jernih atau putih serta bersih<br />
• Kondisi usus penuh, tidak terputus-putus Pencegahan Penyakit<br />
• Air pemeliharaan diusahakan bebas kontaminasi virus dengan kaporit atau pengendapan dan filtrasi dengan biofilter<br />
• Pemeliharaan fitoplankton sebagai penyerap racun melalui aplikasi pupuk urea<br />
• Pengamatan secara rutin terhadap pH, suhu, salinitas dan kecerahan air<br />
• Lakukan disiplin kaidah, aturan dan prinsip utama budidaya udang yang berwawasan lingkungan<br />
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<br />
PEMANENAN HASIL DAN ANALISA USAHA<br />
<br />
Pemanenan
dilakukan setelah umur pemeliharaan >100 hari atau size udang telah
mencapai 50 ekor/kg. Pemanenan dapat dilakukan dengan menggunakan jala
atau ditangkap melalui pintu air dengan mengeringkan tambak.<br />
<br />
Analisa
usaha pembesaran budidaya udang vaname semi intensif dalam satu musim
tanam seluas 1 ha, dengan padat penebaran 40 ekor per meter persegi,
dapat menghasilkan keuntungan sebesar Rp. 50.000.000,-Lebih jelasnya
contoh analisa usaha pembesaran budidaya udang vaname semi intensif
dengan luas total unit 2 ha dengan petak pembesaran 1 ha<br />
<br />
analisa usaha pembesaran udang vaname semi intensif di atas,
maka besarnya nilai B/C dapat dihitung sebagai berikut : B /C Ratio =
Jumlah Penerimaan : Total Biaya = 148.400.000 : 96.277.900 = 1,54 Dengan
nilai B/C Ratio dari analisa usaha di atas sebesar 1,5 artinya bahwa
kondisi usaha pembesaran udang vaname semi intensif tersebut sangat baik
sekali diusahakan/diteruskan<br />
<br />
sumber : http://www.perikanan-budidaya.dkp.go.idandiarbeta.blogspot.comhttp://www.blogger.com/profile/13079298858568003634noreply@blogger.com23tag:blogger.com,1999:blog-2139953170791641524.post-25079863725935234632013-04-07T22:28:00.000+07:002014-01-19T14:26:08.305+07:00Budidaya Ikan Bandeng<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial; font-size: 100%;"><b><br /></b></span></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgMqtQIjfW1RQt9Hzq6Dyut0Imn9E_Bni-E9DdwM8P-HDTIBjQ3iJkOsLBVPNKlbJkwL3ApkDBZVC9weHV9MxSsKNz7y8XJZ66DkxIlHVvnv3_F5x1COZxRfSUaG8u9AH3kAJ7a56e_U5r8/s1600/bandeng.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgMqtQIjfW1RQt9Hzq6Dyut0Imn9E_Bni-E9DdwM8P-HDTIBjQ3iJkOsLBVPNKlbJkwL3ApkDBZVC9weHV9MxSsKNz7y8XJZ66DkxIlHVvnv3_F5x1COZxRfSUaG8u9AH3kAJ7a56e_U5r8/s1600/bandeng.jpg" /></a></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial; font-size: 100%;"><b>I. Pendahuluan.</b><br />Ikan
bandeng merupakan adalah satu jenis ikan penghasil protein hewani yang
tinggi. Usaha intensifikasi budidaya perlu dilakukan karena rendahnya
produktivitas bandeng dengan budidaya tradisional. Peningkatan sistem
budidaya juga harus diikuti dengan penggunaan teknologi baru.<br />PT. NATURAL NUSANTARA memberikan teknologi yang diperlukan dengan prinsip K-3 (Kuantitas, Kualitas dan Kesehatan).<br /><br /><b>II. Sifat Biologis.</b><br />Bandeng
termasuk golongan ikan herbivora , yaitu bangsa ikan yang mengkonsumsi
tumbuhan. Mampu mencapai berat rata-rata 0,6 kg pada usia 5 - 6 bulan
dengan pemeliharaan yang intensif.<br /><br /><b>III. Penyediaan Benih. </b><br />Usaha
penyediaan benih (nener) secara kontinyu dengan mutu yang baik
dilakukan dengan sistem pembenihan yang intensif pada kolam-kolam
khusus, yaitu kolam pematangan induk, pemijahan, peneneran dan kolam
pembsaran. Dalam pembenihan bandeng langkah yang dilakukan adalah :<br /><i>1. Pemilihan induk yang unggul </i>. Induk yang unggul akan menurunkan sifat-sifatnya kepada keturunannya, Ciri-cirinya :<br />- bentuk normal, perbandingan panjang dan berat ideal.<br />- ukuran kepala relatif kecil, diantara satu peranakan pertumbuhannya paling cepat.<br />- susunan sisik teratur, licin, mengkilat, tidak ada luka.<br />- gerakan lincah dan normal.<br />- umur antara 4 5 tahun.<br /><br /><i>2. Merangsang pemijahan</i>. Kematangan gonad dapat dipercepat dengan penggunaan hormone LHRH (Letuizing Hormon Releasing Hormon) melalui suntikan.`<br /><br /><i>3. Memijahkan. </i>Pemijahan
adalah pencampuran induk jantan dan berina yang telah matang sel
sperma dan sel telurnya agar terjadi pengeluaran (ejakulasi) kedua sel
tersebut. Setelah berada di air, sel sperma akan membuahi sel telur
karena sistem pembuahan ikan terjadi diluar tubuh. Pemijahan dilakukan
pada kolam khusus pemijahan<br /><br /><i>4. Penetasan.</i> Telur yang
mengapung di kolam pemijahan menetas setelah 24 - 26 jam dari awal
pemijahan. Telur yang telah menetas akan menjadi larva yang masih
mempunyai cadangan makanan dari kuning telur induk, sehingga belum perlu
diberi pakan hingga umur 2 hari.<br /><br /><i>5. Merawat benih.</i>
Setelah berumur 9 hari larva dipindahkan ke kolam pemeliharaan nener .
Di kolam ini larva diberi pakan alami berupa plankton. Penumbuhan
plankton dilakukan dengan pemupukan dan pengapuran. Pemupukan yang tepat
adalah dengan pupuk TON (TAMBAK ORGANIK NUSANTARA) yang mengandung
berbagai unsur mineral penting untuk pertumbuhan plankton, diantaranya
N,P,K,Mg, Ca, Mg, S, Cl dan lain-lain, juga dilengkapi dengan asam humat
dan vulvat yang mempu memperbaiki tekstur dan meningkatkan kesuburan
tanah dasar kolam dengan dosis 5 botol TON/ha atau 25 gr (2 sendok
makan)/100 m2 pada tiap pemasukan air. Waktu peneneran 8 minggu. Pakan
yang diberikan berupa tepung dengan kadar protein 30%. Untuk menambah
nutrisi pakan pencampuiran pakan dengan NASA dengan dosis 2 - 5 /kg
pakan sangat diperlukan, karena NASA mengandung unsur-unsur mineral
penting yaitu N,P,K,Mg,Fe,Ca,S dan lain-lain, vitamin, protein dan lemak
untuk meningkatkan pertumbuhan dan kesehatan nener.<br /><br /><b>IV. Pembesaran.</b><br />Setelah
dipelihara di kolam peneneran selama 8 minggu, bandeng dipindahkan ke
kolam pembesaran. Teknis pembesaran bandeng meliputi beberapa hal,
yaitu :<br /><i>1. Persiapan lahan.</i><br />Tahap ini dilakukan sebelum pemasukan air. kegiatan yang dilakukan selama persiapan lahan adalah :<br />-
Pencangkulan dan pembalikan tanah. Bertujuan untuk membebaskan senyawa
dan gas beracun sisa budidaya hasil dekomposisi bahan organik baik
dari pakan maupun dari kotoran. Selain itu dengan menjadi gemburnya
tanah, aerasi akan berjalan dengan baik sehingga kesuburan lahan akan
meningkat.<br />- Pengapuran. Selama budidaya, ikan memerlukan kondisi
keasaman yang stabil yaitu pada pH 7 - 8. Untuk mengembalikan keasaman
tanah pada kondisi tersebut, dilakukan pengapuran karena penimbunan dan
pembusukan bahan organik selama budidaya sebelumnya menurunkan pH
tanah. Pengapuran juga menyebabkan bakteri dan jamur pembawa penyakit
mati karena sulit dapat hidup pada pH tersebut. Pengapuran dengan kapur
tohor, dolomit atau zeolit dengan dosis 1 TON /ha atau 10 kg/100 m2.<br />-
Pemupukan. Fungsi utama pemupukan adalah memberikan unsur hara yang
diperlukan bagi pertumbuhan pakan alami, memperbaiki struktur tanah dan
menghambat peresapan air pada tanah-tanah yang tidak kedap air
(porous). Penggunaan TON untuk pemupukan tanah dasar kolam sangat
tepat, karena TON yang mengandung unsur-unsur mineral penting, dan
asam-asam organik utama memberikan bahan-bahan yang diperlukan untuk
peningkatan kesuburan lahan dan pertumbuhan plankton. Dosis pemupukan
TON adalah 5 botol/ha atau 25 gr/100 m2.<br />- Pengelolaan air. setelah
dilakukan pemupukan dengan TON, air dimasukkan hingga setinggi 10 - 20
cm kemudian dibiarkan beberapa hari, untuk menumbuhkan bibit-bibit
plankton. Air dimasukkan hingga setinggi 80 cm atau menyesuaikan dengan
kedalaman kolam.<br /><br /><i>2. Pemindahan nener.</i> Setelah plankton
tumbuh (warna air hijau) dan kecerahan sedalam 30 - 40 cm, nener di
kolam peneneran dipindahkan ke kolam pembesaran dengan hati-hati dengan
adaptasi terhadap lingkungan yang baru.<br /><br /><i>3. Pemberian Pakan.</i>
Sesuai dengan sifat bandeng yang termasuk hewan herbivore, maka ikan
ini suka memakan tumbuh-tumbuhan yang ada di kolam. Tumbuhan yang
disukai bandeng adalah lumut, ganggang dan klekap. Untuk mempercepat
pertumbuhan, perlu pakan buatan pabrik, dengan standar nutrisi yang
dibutuhkan untuk tumbuh optimal dengan kadar protein .minimal 25 - 28 %.<br /><br />Sebagai
hewan herbivora, unsur tumbuhan dalam pakan memang sangat penting,.
Oleh karena itu, sebaiknya bahan baku unsur protein harus didominasi
dari sumber tumbuhan atau nabati dari tepung kedelai atau bungkil kacang
tanah. Sebagai acuan pemberian pakan adalah : Jumlah pakan 5 - 7%
dari berat badan. Waktu pemberian 3 - 5 kali sehari.<br /><br />Penambahan
NASA pada pakan buatan merupakan pilihan yang tepat untuk meningkatkan
pertumbuhan dan ketahanan tubuh bandeng. NASA mengandung
mineral-mineral penting, protein, lemak dan vitamin akan menambah
kandungan nutrisi pakan. Dosis pencampuran NASA dengan pakan buatan
adalah 2 - 5 cc/kg pakan dengan cara :<br />1. Timbang pakan sesuai dengan kebutuhan bandeng.<br />2. Basahi pakan dengan sedikit air agar pencampuran dengan NASA dapat merata.<br />3. Campurkan NASA sesuai jumlah pakan yang diberikan dengan dosis 2 - 5 cc/kg pakan.<br />4. Pakan siap untuk diberikan.<br />Pemberian pakan dengan menyebarkan secara merata pada seluruh areal kolam, agar seluruh bandeng dapat pakan.<br /><br /><b>V. Pengendalian hama dan Penyakit. </b><br />Penyakit penting yang sering menyerang bandeng adalah :<br /><i>1. Pembusukan sirip,</i> disebabkan oleh bakteri. Gejalanya sirip membusuk dari bagian tepi.<br /><i>2. Vibriosis</i>. Disebabkan oleh bakteri Vibriosis sp , gejalanya nafsu makan turun, pembusukan sirip, dan bagian perut bengkak oleh cairan.<br /><i>3. Penyakit oleh Protozoa.</i> Gejalanya nafsu makan hilang, mata buta, sisik terkelupas, insang rusak, banyak berlendir.<br /><i>4. Penyakit oleh cacing renik.</i> Sering disebabkan oleh cacing Diploctanum yang menyerang bagian insang sehingga menjadi pucat dan berlendir.<br />Penyakit
dari bakteri, parasit dan jamur disebabkan lingkungan yang buruk, dan
penurunan daya tahan tubuh ikan. Penurunan kualitas lingkungan
disebabkan oleh tingginya timbunan bahan organik dan pencemaran
lingkungan dari aliran sungai.. Bahan organik dan kotoran akan membusuk
dan manghasilkan gas-gas yang berbahaya. Ketahanan tubuh ikan
ditentukan konsumsi nutrisinya. Maka cara pengendalian penyakit harus
menitikberatkan pada kedua faktor tersebut. Untuk mengatasi penurunan
kualitas lingkungan dapat dilakukan perlakuan TON dengan dosis 5
botol/ha atau 25 gr (2 sendok makan)/100 m2 yang mengandung unsur
mineral dan asam-asam organik penting yang mampu menetralkan berbagai
gas berbahaya hasil pembusukan kotoran dalam kolam dan unsur mineral
akan menyuburkan plankton sebagai pakan alami. Untuk mencukupi kebutuhan
nutrisi dalam jumlah yang ideal, perlu diberikan pakan dengan standar
protein yang sesuai serta dengan penambahan/pencampuran NASA pada pakan
buatan. NASA dengan kandungan mineral-mineral penting, vitamin, asam
organic, protein dan lemak akan menambah dan melengkapi nutrisi pakan,
sehingga ketahanan tubuh untuk hidup dan berkembang selalu tercukupi.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial; font-size: 100%;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial; font-size: 100%;">sumber : http://teknis-budidaya.blogspot.com/2007/10/budidaya-bandeng.html</span></div>
andiarbeta.blogspot.comhttp://www.blogger.com/profile/13079298858568003634noreply@blogger.com8tag:blogger.com,1999:blog-2139953170791641524.post-61446753356058517102013-04-03T10:05:00.004+07:002013-09-04T13:50:51.312+07:00Bududaya Ikan Koi<div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhbG6WAtv55HwK_-AFJaWhEVhTK29k4ZTXeoiyXGnfJ74tIs7n9w0olF2eK9m8jdM9lKj6SOifaD-zYJG1dI3T1be5ZshXKlCIADfjHtPwe8ER1HtUCZ_WG2FRvEmit0jZbBCr0C41cMUTr/s1600/koi.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="287" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhbG6WAtv55HwK_-AFJaWhEVhTK29k4ZTXeoiyXGnfJ74tIs7n9w0olF2eK9m8jdM9lKj6SOifaD-zYJG1dI3T1be5ZshXKlCIADfjHtPwe8ER1HtUCZ_WG2FRvEmit0jZbBCr0C41cMUTr/s320/koi.jpg" width="320" /></a></div>
<div style="text-align: justify;">
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, sans-serif;">Ikan
Koi termasuk ke dalam golongan ikan carp (karper). Harga Koi sangat
ditentukan berdasarkan bentuk badan dan kualitas tampilan warna. Ikan
koi pertama kali dikenal pada dinasti Chin tahun 265 dan 316 Masehi. Koi
dengan keindahan warna dan tingkah laku seperti yang kita ketahui saat
ini, mulai dikembangkan di Jepang 200 tahun yang lalu di pegunungan
Niigata oleh petani Yamakoshi.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, sans-serif;"> Pemuliaan yang dilakukan bertahun-tahun
menghasilkan garis keturunan yang menjadi standar penilaian koi.
Beberapa varietas yang tersebar ke seluruh dunia digolongkan Asosiasi
Koi Jepang (en Nippon Airinkai) menjadi 13 kelompok antara lain: Bekko,
Utsurinomo, Asagi-Shusui, Goromo, Kawarimono, Ogon dan Hikari-moyomono.
Sedangkan 5 golongan utama yaitu Kohaku, Sanke, Showa, Hirarinuji dan
Kawarigoi.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, sans-serif;"></span><br />
<a href="http://www.blogger.com/blogger.g?blogID=2139953170791641524" name="more"></a><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, sans-serif;"><br />
</span></div>
<div style="color: #333333; font-family: Tahoma, Arial, sans-serif; text-align: justify;">
<span class="Apple-style-span" style="color: black; font-family: Arial, sans-serif;">Taksonomi koi adalah sebagai berikut:</span></div>
<div style="color: #333333; font-family: Arial, sans-serif; text-align: justify;">
<span class="Apple-style-span" style="color: black;">Philum : Chordata</span></div>
<div style="color: black; font-family: Arial, sans-serif; text-align: justify;">
Kelas : Actinopterygii</div>
<div style="color: black; font-family: Arial, sans-serif; text-align: justify;">
Ordo : Cyprinoformes</div>
<div style="color: black; font-family: Arial, sans-serif; text-align: justify;">
Famili : Cyprinidae</div>
<div style="color: black; font-family: Arial, sans-serif; text-align: justify;">
Genus : Cyprinus</div>
<div style="color: black; font-family: Arial, sans-serif; text-align: justify;">
Spesies: Carpio</div>
<div style="color: black; font-family: Arial, sans-serif; text-align: justify;">
</div>
<div style="color: black; font-family: Arial, sans-serif; text-align: justify;">
Nilai
koi tergantung dari ukuran, bentuk serta keseimbangan pola dan
intensitas warna kulit. Koi terbaik adalah yang memiliki intensitas,
keseimbangan dan kejernihan warna terbaik. Membeli koi kecil sebaiknya
dipilih yang memiliki kepala terbesar, biasanya akan tumbuh menjadi ikan
dengan tubuh besar. Bentuk yang paling baik adalah seperti “torpedo”. </div>
<div style="text-align: justify;">
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, sans-serif;"><br />
</span></div>
<b style="color: black; font-family: Arial, sans-serif;"></b><br />
<div style="text-align: justify;">
<b style="color: black; font-family: Arial, sans-serif;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Times New Roman'; font-weight: normal;"><b style="color: black; font-family: Arial, sans-serif;">1. Pemilihan lokasi & konstruksi wadah</b></span></b></div>
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, sans-serif;"></span><br />
<div style="text-align: justify;">
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, sans-serif;">Ikan
koi secara alami hidup di air deras sehingga membutuhkan air jernih dan
berkadar oksigen tinggi. Pemeliharaan ikan koi yang terbaik adalah di
kolam sehingga mudah mendapatkan makanan alami dan sinar matahari untuk
merangsang pewarnaan tubuh. Kolam sebagian dinaungai karena sinar
matahari yang terlalu banyak menyebabkan suhu air kolam meningkat dan
air kolam menjadi keruh akibat blooming fitoplankton.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, sans-serif;"></span><br />
<div style="text-align: justify;">
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, sans-serif;">Koi
berukuran kecil dapat ditempatkan di akuarium, walaupun ini tidak dapat
menjadi habitat permanen. Bila dipelihara dalam kelompok, koi akan
belajar untuk tidak mengganggu ikan yang berukuran sama, tetapi memakan
ikan yang lebih kecil. Koi suka menggali dasar kolam sehingga
menyebabkan akar tanaman rusak. </span></div>
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, sans-serif;">
</span><br />
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<span style="color: black; font-family: Arial, sans-serif;"></span><br />
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: Arial, sans-serif;"><b>2. Teknik Budidaya</b></span></div>
<span style="color: black; font-family: Arial, sans-serif;"><b></b></span><br />
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: Arial, sans-serif;"><b><span class="Apple-style-span" style="font-weight: normal;"><b>2.1 Kualitas Air</b></span></b></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: Arial, sans-serif;">Air
merupakan media hidup dan mempengaruhi kualitas tampilan ikan koi
sehingga perlu mendapat perhatian. Kualitas air untuk mendukung
perkembangan koi secara optimum adalah sebagai berikut:</span></div>
<span class="Apple-style-span" style="color: #333333; font-family: Tahoma, Arial, sans-serif;"></span><br />
<div style="text-align: justify;">
<span class="Apple-style-span" style="color: #333333; font-family: Tahoma, Arial, sans-serif;"><span style="font-family: Symbol;"><span style="color: black;">v</span></span><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; font-family: Tahoma, Arial, sans-serif;"><span style="color: black;"><span style="font-family: Arial, sans-serif;"> suhu air berkisar 24-26oC,</span></span></span></span></div>
<span class="Apple-style-span" style="color: #333333; font-family: Tahoma, Arial, sans-serif;">
</span><span style="color: black; font-family: Symbol;"><div style="text-align: justify;">
<span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Times New Roman';"><span style="color: black; font-family: Symbol;">v</span></span><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Times New Roman';"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; font-family: Tahoma, Arial, sans-serif;"><span style="color: black;"><span style="font-family: Arial, sans-serif;"> pH 7,2-7,4 (agak basa), </span></span></span></span></div>
</span><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; font-family: Tahoma, Arial, sans-serif;"><div style="text-align: justify;">
<span style="color: black;"><span style="font-family: Symbol;">v</span></span><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; font-family: Tahoma, Arial, sans-serif;"><span style="color: black;"><span style="font-family: Arial, sans-serif;"> oksigen minimal 3-5 ppm, </span></span></span></div>
</span><span style="color: black; font-family: Symbol;"><div style="text-align: justify;">
<span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Times New Roman';"><span style="color: black; font-family: Symbol;">v</span></span><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Times New Roman';"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; font-family: Tahoma, Arial, sans-serif;"><span style="color: black;"><span style="font-family: Arial, sans-serif;"> CO2 max 10 ppm, </span></span></span></span></div>
</span><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; font-family: Tahoma, Arial, sans-serif;"><div style="text-align: justify;">
<span style="color: black;"><span style="font-family: Symbol;">v</span></span><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; font-family: Tahoma, Arial, sans-serif;"><span style="font-family: Arial, sans-serif;"><span style="color: black;"> nitrit max 0,2. </span></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
</span><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, sans-serif;"><div style="text-align: justify;">
Air
yang digunakan harus terdeklorinisasi atau sudah disaring dan
diendapkan 24 jam. Air yang digunakan untuk pemijahan dan penetasan
telur sebaiknya memiliki kandungan oksigen dan suhu yang stabil. Untuk
menjamin tersedianya oksigen dapat digunakan aerator, sedangkan suhu
pada bak pemijahan diusahakan sama dengan suhu air kolam dengan tingkat
perbedaan (fluktuasi) kurang dari 5oC.</div>
</span><br />
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<b style="color: black; font-family: Arial, sans-serif;"></b><br />
<div style="text-align: justify;">
<b style="color: black; font-family: Arial, sans-serif;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Times New Roman'; font-weight: normal;"><b style="color: black; font-family: Arial, sans-serif;">2.2. Pakan</b></span><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Times New Roman'; font-weight: normal;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, sans-serif;"> </span></span></b></div>
<br />
<div style="text-align: justify;">
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, sans-serif;">Koi adalah bottom feeder (pemakan di dasar) dan omnivora (pemakan segala). </span><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span class="Apple-style-span" style="line-height: 20px;">Meski
demikian ia biasa makan apa saja yang bisa dimakan, seperti pucuk daun,
atau berburu cacing di dasar sungai. Maka inilah guna dari sungut yang
ada pada mulut ikan.</span> </span></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Pakan buatan untuk pembesaran koi dapat
diberikan dalam bentuk butiran (pellet). Sumber protein utama adalah
formulasi kombinasi antara bahan nabati (mi</span><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, sans-serif;">salnya
tepung kedelai, tepung jagung, tepung gandum, tepung daun, dll) dan
bahan hewani (seperti; tepung ikan, tepung kepala udang, tepung
cumi,kekerangan dll) serta multivitamin dan mineral seperti Ca, Mg, Zn,
Fe, Co sebagai pelengkap pakan. </span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, sans-serif;"></span><br />
<div style="text-align: justify;">
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, sans-serif;">Kualitas
pakan sangat menentukan tampilan warna sebagai daya tarik ikan koi
sendiri, sehingga banyak upaya telah dilakukan dengan menggunakan bahan
pakan yang mengandung zat pigmen seperti karotin (warna jingga), rutin
(kuning) dan astasantin (merah). </span></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, sans-serif;">Zat-zat tersebut terkandung pada tubuh
hewan dan tumbuhan tertentu seperti wortel mengandung zat karotin;
sedangkan ganggang, chlorella, kubis, cabai hijau mengandung rutin;
spirulina, kepiting, udang mengandung astasantin. Para pembudidaya saat
ini tidak perlu lagi menyiapkan pakan sendiri karena sudah tersedia di
pasaran pakan koi yang sudah di formulasi sesuai dengan kebutuhan
nutrisi dan zat untuk pembentukan warna ikan koi.</span></div>
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, sans-serif;"></span><br />
<div style="text-align: justify;">
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, sans-serif;">Pakan alami atau pakan</span></div>
</div>
<div style="clear: both; margin: 10px 0;">
</div>
<div id="iklan24465996275980332088">
hidup misalnya cacing darah, cacing
tanah, daphnia, cacing tubifex cocok diberikan pada benih koi (hingga
bobot 50 g/ekor) karena lebih mudah dicerna oleh benih sesuai dengan
kondisi sistem pencernaan, selain itu koi juga dapat memakan
phitoplankton dalam kolam. </div>
<div id="iklan24465996275980332088">
<br />
<div style="font-family: Arial, sans-serif; text-align: justify;">
Jumlah
pakan diberikan berdasarkan jumlah ikan (bobot biomassa) dalam kolam
dengan kisaran kebutuhan 3-5 % per-hari, dengan frekuensi pemberian 2-3
kali per-hari hal ini juga disesuaikan dengan kondisi ikan dan media air
pemeliharaannya. </div>
<div style="font-family: Arial, sans-serif; text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
<span class="Apple-style-span" style="line-height: 20px;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Menurut
pengalaman dan penelitian bertahun – tahun, ditemukanlan bahan – bahan
aktif yang dapat ditambahkan untuk membuat warna koi lebih cemerlang.
Koi yang dipelihara di kolam Lumpur ternyata memiliki kualitas warna
yang lebih cemerlang dibandingkan dengan yang dipelihara di kolam
tembok. Ternyata ikan loi tersebut banyak menyantap ganggang yang
memang tumbuh di Lumpur. </span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
<span class="Apple-style-span" style="line-height: 20px;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Ganggang yang dimakan koi mengandung banyak
zat karoten. Maka kalau anda ingin menambah warna ikan lebih cemerlang
beri makan “krill”, paprika, dan daun marigold, semuanya dapat anda
campurkan dalam makanannya. Banyak makanan sumber karoten ini sudah
dalam bentuk extract sehingga mudah dicampurkan dengan pellet atau roti.</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<b></b><br />
<div style="color: black; font-family: Arial, sans-serif; text-align: justify;">
<b><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Times New Roman'; font-weight: normal;"><b style="color: black; font-family: Arial, sans-serif;">2.3. Pembenihan</b></span></b></div>
<div style="text-align: justify;">
<b><span class="Apple-style-span" style="font-weight: normal;"><b><span class="Apple-style-span" style="font-weight: normal; line-height: 19px;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Kolam
pemijahan tidak mungkin menjadi satu dengan kolam taman. Kolam
pemijahan harus mempunyai pintu pemasukan dan pintu pengeluaran air
tersendiri.Selain itu, seluruh kolam harus diplester dan bisa
dikeringkan dengan sempurna.</span></span></b></span></b></div>
<div style="text-align: justify;">
<b><span class="Apple-style-span" style="font-weight: normal;"><b><span class="Apple-style-span" style="font-weight: normal; line-height: 19px;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br />
Luas kolam pemijahan bervariasi. Untuk kolam sempit dapat menggunakan
kolam seluas 3-6 m2 dengan kedalaman 0,5 m. Lokasi kolam cukup
mendapatkan sinar matahari, tidak terlalu ribut, terlindung dari
jangkauan anak-anak dan binatang peliharaan lain.</span></span></b></span></b></div>
<div style="text-align: justify;">
<b><span class="Apple-style-span" style="font-weight: normal;"><b><span class="Apple-style-span" style="font-weight: normal; line-height: 19px;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br />
Jika mungkin, sediakan juga kolam penetasan telur dan perawatan benih.
Kolam penetasan, bentuknya bisa persegi panjang atau bulat. Kalau kolam
bulat, diameternya antara 1,5-2 m.<br />
Satu kolam lagi jika ada, yaitu kolam untuk menumbuhkan pakan alami yang
dipakai untuk lmensuplai pakan benih jika kuning telurnya telah habis.
Kedalaman kolam sekitar 30 cm. Luas kolam antara 6-10 m2, cukup memadai.</span></span></b></span></b></div>
<div style="text-align: justify;">
<b><span class="Apple-style-span" style="font-weight: normal;"><b><span class="Apple-style-span" style="font-weight: normal; line-height: 19px;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br />
Bagi yang memiliki uang cukup, dinding kolam bisa dilapis vinil yaitu
bahan yang biasa untuk membuat bak fiberglass. Dengan lapisan vinil,
kolam-kolam tersebut lebih terjamin kebersihannya dan efek dari semen
bisa dihilangkan.</span></span></b></span></b></div>
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, sans-serif;"></span><br />
<div style="text-align: justify;">
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, sans-serif;">Induk
yang baik adalah yang memiliki pola warna bervariasi yang cerah
simetris dengan bentuk tubuh seperti terpedo dengan berat badan minimal 1
kg. Kebanyakan pembudidaya memilih untuk membeli koi berkualitas baik
untuk calon induk dengan ukuran 5-8 cm yang harganya murah untuk
dibesarkan menjadi induk. </span></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, sans-serif;"></span><br />
<div style="text-align: justify;">
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, sans-serif;">Secara
alami, carp memijah pada musim semi dan menjadi matang gonad dengan
menaikkan suhu air. Induk jantan dan betina ditempatkan dalam wadah
terpisah (untuk menghindari bertelur yang tidak diinginkan) dan tidak
diberi pakan selama beberapa hari. </span></div>
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, sans-serif;">
<div style="text-align: justify;">
</div>
</span><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, sans-serif;"><div style="text-align: justify;">
Koi
dapat memijah secara alami dan buatan yaitu dengan rangsangan hormon
yang disuntikkan pada tubuh induk betina untuk mempercepat proses
pembuahan. Penyuntikan Pituitary Gland (PG, nama dagang ovaprim) dengan
dosis 0,2 mg/kg bobot ikan untuk satu kali penyuntikan. </div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
</span><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, sans-serif;"><div style="text-align: justify;">
Ovulasi
akan terjadi 10 jam setelah penyuntikan. Sistem pemijahan tanpa
pengurutan/stripping ini disebut pemijahan semi alami yang lebih aman
karena tanpa melukai ikan. Bila ikan sulit melakukan pemijahan alami
sehingga perlu bantuan proses pembuahan buatan, maka dilakukan
pengurutan telur dan sperma (stripping) yang merupakan pilihan
terakhir. </div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
</span><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, sans-serif;"><div style="text-align: justify;">
Induk
betina dalam sekali pemijahan dapat menghasilkan 75.000 telur/kg berat
badan. Perbandingan jumlah induk dalam proses pemijahan adalah 2 betina
dan 1 jantan. Biasanya telur yang dikelurkan oleh induk betina menempel
pada substrat (injuk) yang segera dibuahi oleh sperma jantan. Setelah
telur dibuahi sebaiknya dipisahkan dari induk, dengan memindahkan induk
dari wadah pemijahan atau sebaliknya telur yang diangkat dan dipindahkan
kedalam wadah penetasan. </div>
</span><b><div style="text-align: justify;">
<span class="Apple-style-span" style="color: #333333; font-family: Arial, sans-serif;"><br />
</span></div>
<span style="color: black; font-family: Arial, sans-serif;"><div style="text-align: justify;">
<span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Times New Roman'; font-weight: normal;"><b><span style="color: black; font-family: Arial, sans-serif;">2.4. Pendederan</span></b></span></div>
</span></b><br />
<div style="color: black; font-family: Arial, sans-serif; text-align: justify;">
Telur
yang sudah dibuahi akan menetas setelah 24-48 jam tergantung suhu.
Selama penetasan, kepadatan telur adalah 1 kg per 5 liter air. Larva
yang baru menetas belum memerlukan pakan selama 3-4 hari, karena masih
mempunyai kantong kuning telur. </div>
<div style="color: black; font-family: Arial, sans-serif; text-align: justify;">
</div>
<div style="color: black; font-family: Arial, sans-serif; text-align: justify;">
Menjelang
kuning telur habis, perlu diberikan pakan alami berupa naupli artemia
atau pakan alami lainnya yang seukuran. Kemudian secara bertahap dapat
diberikan pakan buatan berupa butiran kering(pellet). Dalam 5 hari
sesudahnya 1 juta larva memerlukan 7 kg artemia, atau sekitar 0,5-2 kg
per hari. Pada tahap ini larva ditebar pada kepadatan 20-40 larva/liter.
Untuk menghasilkan 1 juta fingerling memerlukan sekitar 25kg telur
artemia. Sintasan selama 9 hari adalah 50-80%. Ikan yang seberat 10 mg
dapat dijual seharga US$ 0,25 atau sekitar Rp. 2.500,-. </div>
<div style="color: black; font-family: Arial, sans-serif; text-align: justify;">
</div>
<div style="color: black; font-family: Arial, sans-serif; text-align: justify;">
Larva
yang berbobot 0,25 g diberikan pakan buatan (butiran) kering dan dapat
didederkan ke kolam hingga ukuran fingerling (2 gram). Pendederan
terbagi atas 2 tahap yaitu pendederan I selama 2 bulan pemeliharaan
hingga larva mencapai ukuran fingerling (2-3 cm). Pendederan II
dilakukan dalam kolam yang diolah untuk menumbuhkan pakan alami dan
dilakukan seleksi dan penjarangan (mengurangi kepadatan). Penjarangan
bertujuan untuk memberi ruang gerak yang cukup bagi ikan koi. Seleksi
bertujuan untuk mendapatkan ikan Koi berkualitas baik. </div>
<div style="color: black; font-family: Arial, sans-serif; text-align: justify;">
</div>
<div style="color: black; font-family: Arial, sans-serif; text-align: justify;">
Waktu
yang diperlukan dari telur hingga mencapai ukuran fingerling (2 gram)
adalah 6-8 minggu dengan nilai sintasan (SR) 55%. Sedangkan untuk
mencapai ukuran 5-8 cm diperlukan waktu 4 bulan. Kualitas ikan koi (pola
dan warna) bergantung dari tetuanya. Dari hasil seleksi ukuran
fingerling, yang afkir mencapai 25-50%. Dari 1 juta telur dapat
dihasilkan 225.000-338.000 ekor fingerling berkualitas baik (22–33 %).</div>
<div style="text-align: justify;">
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, sans-serif;"><br />
</span></div>
<b style="color: black; font-family: Arial, sans-serif;"></b><br />
<div style="text-align: justify;">
<b style="color: black; font-family: Arial, sans-serif;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Times New Roman'; font-weight: normal;"><b style="color: black; font-family: Arial, sans-serif;">2.5. Pewarnaan</b></span></b></div>
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, sans-serif;"></span><br />
<div style="text-align: justify;">
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, sans-serif;">Kualitas
koi ditentukan oleh pola warna, kesesuaian jenis koi dan kejelasan
warna. Pola warna yang simetris dengan batasan jelas antar warna
menunjukkan kualitas yang baik. </span></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, sans-serif;"></span><br />
<div style="text-align: justify;">
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, sans-serif;">Genotip
menentukan jumlah dan jenis sel pigmen serta kromatofora. Kromatofora
menghasilkan warna juga dipengaruhi otak ikan. Ikan pada wadah gelap
cenderung berwarna gelap, begitu pula sebaliknya. Warna dapat berubah
bila ikan mengalami tekanan (stres). Biasanya ikan yang tumbuh lambat
mempunyai warna yang lebih baik daripada ikan yang tumbuh cepat karena
pigmen bisa diubah dan digunakan untuk pertumbuhan tubuh. </span></div>
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, sans-serif;">
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
Seumur
hidupnya, ikan koi dapat menyimpan dan menggunakan pigmen. Koi muda yang
berwarna pucat apabila diberikan pakan berpigmen selama 6 minggu
sebelum dipasarkan akan berwarna menarik. Intensitas warna tergantung
dari jumlah pigmen dalam kromatofora. Pigmen dapat muncul dengan adanya
karotenoid dalam pakan. </div>
</span><br />
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<b style="color: black; font-family: Arial, sans-serif;"></b><br />
<div style="text-align: justify;">
<b style="color: black; font-family: Arial, sans-serif;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Times New Roman'; font-weight: normal;"><b style="color: black; font-family: Arial, sans-serif;">2.6. Pra Panen</b></span></b></div>
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, sans-serif;"></span><br />
<div style="text-align: justify;">
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, sans-serif;">Koi
tumbuh sekitar 2 cm per bulan dan pada usia 60 tahun dapat mencapai
panjang hingga 1 m. Bila ikan Koi telah mencapai ukuran pasar yaitu 20
cm dapat dipanen dan dilakukan seleksi akhir, dengan memisah-misahkan
jenis, ukuran dan pola warna tubuhnya. Dari hasil seleksi ini, Koi yang
terpilih dibesarkan di dalam bak atau kolam semen sambil menunggu harga
pasar yang baik. </span></div>
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, sans-serif;"></span><br />
<div style="text-align: justify;">
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, sans-serif;">Dalam
penampungan akhir ini, ikan dapat diperbaiki bentuknya, jika terlalu
gemuk dibuat langsing atau yang terlalu kurus dibuat lebih gemuk.
Pemeliharaan berikutnya diusahakan tidak terlalu padat, akan lebih baik
jika dalam bak dilengkapi aerator sehingga kesegaran air terjamin dan
dengan pemberian pakan yang baik dapat meningkatkan kualitas warna tubuh
ikan Koi.</span></div>
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, sans-serif;">
</span>
</div>
andiarbeta.blogspot.comhttp://www.blogger.com/profile/13079298858568003634noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-2139953170791641524.post-49812276502246918252013-04-03T09:59:00.001+07:002014-01-19T14:23:01.583+07:00Budidaya Ternak Kambing<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhB0WuZGUJo5C5hcXLcIhTHNKB4C8mShDrf2UhNOjm5KAf577IP0Shu99BYruPXn-Jdd05Dkt43Kn0YMKFJTDkhPI8r0-HHe7Fvwmd7gXYl_gmzEGSswVPNXWifs_xeJgj58FsK3yO221zT/s1600/kambing.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhB0WuZGUJo5C5hcXLcIhTHNKB4C8mShDrf2UhNOjm5KAf577IP0Shu99BYruPXn-Jdd05Dkt43Kn0YMKFJTDkhPI8r0-HHe7Fvwmd7gXYl_gmzEGSswVPNXWifs_xeJgj58FsK3yO221zT/s1600/kambing.jpg" /></a></div>
<div style="text-align: justify;">
PENDAHULUAN </div>
<div style="text-align: justify;">
Ternak kambing sudah lama diusahakan oleh petani atau masyarakat sebagai usaha sampingan atau tabungan karena pemeliharaan dan pemasaran hasil produksi (baik daging, susu, kotoran maupun kulitnya) relatif mudah. Meskipun secara tradisional telah memberikan hasil yang lumayan, jika pemeliharaannya ditingkatkan (menjadi semi intensif atau intensif), pertambahan berat badannya dapat mencapai 50 – 150 gram per hari. Ada tiga hal pokok yang harus diperhatikan dalam usaha ternak kambing, yaitu: bibit, makanan, dan tata laksana. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
BIBIT<br />
Pemilihan bibit harus disesuaikan dengan tujuan dari usaha, apakah untuk pedaging, atau perah (misalnya: kambing kacang untuk produksi daging, kambing etawah untuk produksi susu, dll). Secara umum ciri bibit yang baik adalah yang berbadan sehat, tidak cacat, bulu bersih dan mengkilat, daya adaptasi tinggi terhadap lingkungan.
Ciri untuk calon induk:
Tubuh kompak, dada dalam dan lebar, garis punggung dan pinggang lurus, tubuh besar, tapi tidak terlalu gemuk.
Jinak dan sorot matanya ramah.
Kaki lurus dan tumit tinggi.
Gigi lengkap, mampu merumput dengan baik (efisien), rahang atas dan bawah rata.
Dari keturunan kembar atau dilahirkan tunggal tapi dari induk yang muda.
Ambing simetris, tidak menggantung dan berputing 2 buah.
Ciri untuk calon pejantan :
Tubuh besar dan panjang dengan bagian belakang lebih besar dan lebih tinggi, dada lebar, tidak terlalu gemuk, gagah, aktif dan memiliki libido (nafsu kawin) tinggi.
Kaki lurus dan kuat.
Dari keturunan kembar.
Umur antara 1,5 sampai 3 tahun. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
MAKANAN</div>
<div style="text-align: justify;">
Jenis dan cara pemberiannya disesuaikan dengan umur dan kondisi ternak. Pakan yang diberikan harus cukup protein, karbohidrat, vitamin dan mineral, mudah dicerna, tidak beracun dan disukai ternak, murah dan mudah diperoleh. Pada dasarnya ada dua macam makanan, yaitu hijauan (berbagai jenis rumput) dan makan tambahan (berasal dari kacang-kacangan, tepung ikan, bungkil kelapa, vitamin dan mineral).</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Cara pemberiannya :
Diberikan 2 kali sehari (pagi dan sore), berat rumput 10% dari berat badan kambing, berikan juga air minum 1,5 – 2,5 liter per ekor per hari, dan garam berjodium secukupnya.
Untuk kambing bunting, induk menyusui, kambing perah dan pejantan yang sering dikawinkan perlu ditambahkan makanan penguat dalam bentuk bubur sebanyak 0,5 – 1 kg/ekor/hari.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
TATA LAKSANA</div>
<div style="text-align: justify;">
1. Kandang</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
2. Harus segar (ventilasi baik, cukup cahaya matahari, bersih, dan minimal berjarak 5 meter dari rumah).
Ukuran kandang yang biasa digunakan adalah :
Kandang beranak : 120 cm x 120 cm /ekor
Kandang induk : 100 cm x 125 cm /ekor
Kandang anak : 100 cm x 125 cm /ekor
Kandang pejantan : 110 cm x 125 cm /ekor
Kandang dara/dewasa : 100 cm x 125 cm /ekor</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
3. Pengelolaan reproduksi
Diusahakan agar kambing bisa beranak minimal 3 kali dalam dua tahun.
Hal-hal yang harus diperhatikan adalah :</div>
<div style="text-align: justify;">
a. Kambing mencapai dewasa kelamin pada umur 6 s/d 10 bulan, dan sebaiknya dikawinkan pada umur 10-12 bulan atau saat bobot badan
mencapai 55 – 60 kg.</div>
<div style="text-align: justify;">
b. Lama birahi 24 – 45 jam, siklus birahi berselang selama 17 – 21 hari. </div>
<div style="text-align: justify;">
c. Tanda-tanda birahi : gelisah, nafsu makan dan minum menurun, ekor sering dikibaskan, sering kencing, kemaluan bengkak dan mau/diam bila
dinaiki. </div>
<div style="text-align: justify;">
d. Ratio jantan dan betina = 1 : 10
Saat yang tepat untuk mengawinkan kambing adalah :
Masa bunting 144 – 156 hari (…. 5 bulan).
Masa melahirkan, penyapihan dan istirahat ± 2 bulan.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
4. Pengendalian Penyakit
. Hendaknya ditekankan pada pencegahan penyakit melalui sanitasi kandang yang baik, makanan yang cukup gizi dan vaksinasi.</div>
<div style="text-align: justify;">
a. Penyakit yang sering menyerang kambing adalah: cacingan, kudis (scabies), kembung perut (bloat), paru-paru (pneumonia), orf, dan koksidiosis. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
5. Pasca Panen
. Hendaknya diusahakan untuk selalu meningkatkan nilai tambah dari produksi ternak, baik daging, susu, kulit, tanduk, maupun kotorannya. Bila kambing hendak dijual pada saat berat badan tidak bertambah lagi (umur sekitar 1 – 1,5 tahun), dan diusahakan agar permintaan akan kambing cukup tinggi.
a. Harga diperkirakan berdasarkan : berat hidup x (45 sampai 50%) karkas x harga daging eceran.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
CONTOH ANALISA USAHA TERNAK KAMBING </div>
<div style="text-align: justify;">
1. Pengeluaran
. </div>
<div style="text-align: justify;">
Bibit
Bibit 1 ekor pejantan = 1 x Rp. 250.000,- Rp. 250.000,-
Bibit 6 ekor betina = 1 x Rp. 200.000,- Rp. 1.200.000,-
Total Rp. 1.450.000,-</div>
<div style="text-align: justify;">
a. Kandang Rp. 500.000,- </div>
<div style="text-align: justify;">
b. Makanan Rp. 200.000,-
c. Obat-obatan Rp. 100.000,-
Total Pengeluaran Rp. 2.250.000,- </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
2. Pemasukan
. Dari anaknya
Jika setelah 1 tahun, ke 6 produk menghasilkan 2 ekor, jumlah kambing yang bisa dijual setelah 1 tahun = 12 ekor. Jika harga tiap ekor Rp. 150.000,- maka dari 12 ekor tersebut akan dihasilkan : 12 x Rp. 150.000,- = Rp. 1.800.000,- </div>
<div style="text-align: justify;">
a. Dari induk
Pertambahan berat induk 50 gram per ekor per hari, maka setelah 2 tahun akan dihasilkan pertambahan berat : 7 x 50 gr x 365 = 127,75 kg. Total daging yang dapat dijual (7 x 15 kg) + 127,75 kg = 232,75 kg. Pendapatan dari penjualan daging = 232,75 kg x Rp. 10.000,-=Rp.2.327.500,-</div>
<div style="text-align: justify;">
b. Dari kotoran :
Selama 2 tahun bisa menghasilkan ± 70 karung x Rp. 1.000,- = Rp. 70.000,-
2. Keuntungan
. Masuk:Rp.1.800.000+Rp. 2.327.500+Rp. 70.000 == Rp. 4.197.500,-
a. Keluar:Rp.1.450.000+Rp.500.000+Rp.200.000+Rp.100.000 == Rp. 2.250.000
b. Keuntungan selama 2 th: Rp. 4.197.500,- dikurang Rp. 2.250.000 == Rp. 1.947.500,- atau Rp. 81.145,- per bulan</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<i>Sumber : http://petrokimia.org petrokimia-gresik </i></div>
andiarbeta.blogspot.comhttp://www.blogger.com/profile/13079298858568003634noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-2139953170791641524.post-33491315906131184852013-04-03T09:51:00.002+07:002014-01-19T14:23:15.181+07:00Budidaya Ternak Sapi Perah<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi9b8CcDDttDxy2OR_B_nlu1XsE0Lsz-PlxyG-pxp3PUf9aFx7DymqcSUTG1BjkgsXLgBafRagsmX-uM4TCK0iue92NcaHbCRj_VvN0bf6ZEgm5PCiFNKdqLpcpMib2X_qPDBGLBfanbSTx/s1600/SAPI.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi9b8CcDDttDxy2OR_B_nlu1XsE0Lsz-PlxyG-pxp3PUf9aFx7DymqcSUTG1BjkgsXLgBafRagsmX-uM4TCK0iue92NcaHbCRj_VvN0bf6ZEgm5PCiFNKdqLpcpMib2X_qPDBGLBfanbSTx/s320/SAPI.jpg" height="240" width="320" /></a></div>
<div style="text-align: justify;">
1. SEJARAH SINGKAT . </div>
<div style="text-align: justify;">
Sapi menghasilkan sekitar 50% (45-55%) kebutuhan daging di dunia, 95% kebutuhan susu dan 85% kebutuhan kulit. Sapi berasal dari famili Bovidae. seperti halnya bison, banteng, kerbau (Bubalus), kerbau Afrika (Syncherus), dan anoa. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Domestikasi sapi mulai dilakukan sekitar 400 tahun SM. Sapi diperkirakan berasal dari Asia Tengah, kemudian menyebar ke Eropa, Afrika dan seluruh wilayah Asia. Menjelang akhir abad ke-19, sapi Ongole dari India dimasukkan ke pulau Sumba dan sejak saat itu pulau tersebut dijadikan tempat pembiakan sapi Ongole murni.
Pada tahun 1957 telah dilakukan perbaikan mutu genetik sapi Madura dengan jalan menyilangkannya dengan sapi Red Deen.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Persilangan lain yaitu antara sapi lokal (peranakan Ongole) dengan sapi perah Frisian Holstein di Grati guna diperoleh sapi perah jenis baru yang sesuai dengan iklim dan kondisi di Indonesia.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
2. SENTRA PETERNAKAN </div>
<div style="text-align: justify;">
Sentra peternakan sapi di dunia ada di negara Eropa (Skotlandia, Inggris, Denmark, Perancis, Switzerland, Belanda), Italia, Amerika, Australia, Afrika dan Asia (India dan Pakistan). Sapi Friesian Holstein misalnya, terkenal dengan produksi susunya yang tinggi (+ 6350 kg/th), dengan persentase lemak susu sekitar 3-7%. Namun demikian sapi-sapi perah tersebut ada yang mampu berproduksi hingga mencapai 25.000 kg susu/tahun, apabila digunakan bibit unggul, diberi pakan yang sesuai dengan kebutuhan ternak, lingkungan yang mendukung dan menerapkan budidaya dengan manajemen yang baik. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Saat ini produksi susu di dunia mencapai 385 juta m2/ton/th, khususnya pada zone yang beriklim sedang. Produksi susu sapi di PSPB masih kurang dari 10 liter/hari dan jauh dari standar normalnya 12 liter/hari (rata-ratanya hanya 5-8 liter/hari).
3. JENIS
Secara garis besar, bangsa-bangsa sapi (Bos) yang terdapat di dunia ada dua, yaitu</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
(1) kelompok yang berasal dari sapi Zebu (Bos indicus) atau jenis sapi yang berpunuk, yang berasal dan tersebar di daerah tropis serta </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
(2) kelompok dari Bos primigenius, yang tersebar di daerah sub tropis atau lebih dikenal dengan Bos Taurus.
Jenis sapi perah yang unggul dan paling banyak dipelihara adalah sapi Shorhorn (dari Inggris), Friesian Holstein (dari Belanda), Yersey (dari selat Channel antara Inggris dan Perancis), Brown Swiss (dari Switzerland), Red Danish (dari Denmark) dan Droughtmaster (dari Australia). Hasil survei di PSPB Cibinong menunjukkan bahwa jenis sapi perah yang paling cocok dan menguntungkan untuk dibudidayakan di Indonesia adalah Frisien Holstein. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
4. MANFAAT</div>
<div style="text-align: justify;">
Peternakan sapi menghasilkan daging sebagai sumber protein, susu, kulit yang dimanfaatkan untuk industri dan pupuk kandang sebagai salah satu sumber organik lahan pertanian. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
5. PERSYARATAN LOKASI </div>
<div style="text-align: justify;">
Lokasi yang ideal untuk membangun kandang adalah daerah yang letaknya cukup jauh dari pemukiman penduduk tetapi mudah dicapai oleh kendaraan. Kandang harus terpisah dari rumah tinggal dengan jarak minimal 10 meter dan sinar matahari harus dapat menembus pelataran kandang serta dekat dengan lahan pertanian. Pembuatannya dapat dilakukan secara berkelompok di tengah sawah atau ladang. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
6. PEDOMAN TEKNIS BUDIDAYA </div>
<div style="text-align: justify;">
6.1. Penyiapan Sarana dan Peralatan
Kandang dapat dibuat dalam bentuk ganda atau tunggal, tergantung dari jumlah sapi yang dimiliki. Pada kandang tipe tunggal, penempatan sapi dilakukan pada satu baris atau satu jajaran, sementara kandang yang bertipe ganda penempatannya dilakukan pada dua jajaran yang saling berhadapan atau saling bertolak belakang. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Diantara kedua jajaran tersebut biasanya dibuat jalur untuk jalan.
Pembuatan kandang untuk tujuan penggemukan (kereman) biasanya berbentuk tunggal apabila kapasitas ternak yang dipelihara hanya sedikit. Namun, apabila kegiatan penggemukan sapi ditujukan untuk komersial, ukuran kandang harus lebih luas dan lebih besar sehingga dapat menampung jumlah sapi yang lebih banyak. Lantai kandang harus diusahakan tetap bersih guna mencegah timbulnya berbagai penyakit.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Lantai terbuat dari tanah padat atau semen, dan mudah dibersihkan dari kotoran sapi. Lantai tanah dialasi dengan jerami kering sebagai alas kandang yang hangat.
Seluruh bagian kandang dan peralatan yang pernah dipakai harus disuci hamakan terlebih dahulu dengan desinfektan, seperti creolin, lysol, dan bahan-bahan lainnya. Ukuran kandang yang dibuat untuk seekor sapi jantan dewasa adalah 1,5×2 m atau 2,5×2 m, sedangkan untuk sapi betina dewasa adalah 1,8×2 m dan untuk anak sapi cukup 1,5×1 m per ekor, dengan tinggi atas + 2-2,5 m dari tanah. Temperatur di sekitar kandang 25-40 derajat C (rata-rata 33 derajat C) dan kelembaban 75%. Lokasi pemeliharaan dapat dilakukan pada dataran rendah (100-500 m) hingga dataran tinggi (> 500 m). </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
6.2. Pembibitan
Syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh bibit sapi perah betina dewasa adalah:
produksi susu tinggi,
umur 3,5-4,5 tahun dan sudah pernah beranak,
berasal dari induk dan pejantan yang mempunyai keturunan produksi susu tinggi,
bentuk tubuhnya seperti baji,
matanya bercahaya, punggung lurus, bentuk kepala baik, jarak kaki depan atau kaki belakang cukup lebar serta kaki kuat,
ambing cukup besar, pertautan pada tubuh cukup baik, apabila diraba lunak, kulit halus, vena susu banyak, panjang dan berkelok-kelok, puting susu tidak lebih dari 4, terletak dalam segi empat yang simetris dan tidak terlalu pendek,
tubuh sehat dan bukan sebagai pembawa penyakit menular, dan
tiap tahun beranak.
Sementara calon induk yang baik antara lain:
berasal dari induk yang menghasilkan air susu tinggi,
kepala dan leher sedikit panjang, pundak tajam, badan cukup panjang, punggung dan pinggul rata, dada dalam dan pinggul lebar,
jarak antara kedua kaki belakang dan kedua kaki depan cukup lebar,
pertumbuhan ambing dan puting baik,
jumlah puting tidak lebih dari 4 dan letaknya simetris, serta
sehat dan tidak cacat.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Pejantan yang baik harus memenuhi kriteria sebagai berikut:
umur sekitar 4-5 tahun,
memiliki kesuburan tinggi,
daya menurunkan sifat produksi yang tinggi kepada anak-anaknya,
berasal dari induk dan pejantan yang baik,
besar badannya sesuai dengan umur, kuat, dan mempunyai sifat-sifat pejantan yang baik,
kepala lebar, leher besar, pinggang lebar, punggung kuat,
muka sedikit panjang, pundak sedikit tajam dan lebar,
paha rata dan cukup terpisah,
dada lebar dan jarak antara tulang rusuknya cukup lebar,
badan panjang, dada dalam, lingkar dada dan lingkar perut besar, serta
sehat, bebas dari penyakit menular dan tidak menurunkan cacat pada keturunannya. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Prosedur:
Pemilihan Bibit dan Calon Induk
Untuk mengejar produktivitas ternak yang tinggi, diperlukan perbaikan lingkungan hidup dan peningkatan mutu genetik ternak yang bersangkutan. Bibit yang baru datang harus dikarantina untuk penularan penyakit. Kemudian bibit diberi minum air yang dicampur garam dapur, ditempatkan dalam kandang yang bersih dan ditimbang serta dicatat penampilannya.
Perawatan Bibit dan Calon Induk
Seluruh sapi perah dara yang belum menunjukkan tanda-tanda birahi atau belum bunting setelah suatu periode tertentu, harus disisihkan. Jika sapi yang disisihkan tersebut telah menghasilkan susu, sapi diseleksi kembali berdasarkan produksi susunya, kecenderungan terkena radang ambing dan temperamennya. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Sistim Pemuliabiakan
Seringkali sapi perah dara dikawinkan dengan pejantan pedaging untuk mengurangi risiko kesulitan lahir dan baru setelah menghasilkan anak satu dikawinkan dengan pejantan sapi perah pilihan. Bibit harus diberi kesempatan untuk bergerak aktif paling tidak 2 jam setiap hari. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
6.3. Pemeliharaan
Sanitasi dan Tindakan Preventif
Pada pemeliharaan secara intensif sapi-sapi dikandangkan sehingga peternak mudah mengawasinya, sementara pemeliharaan secara ekstensif pengawasannya sulit dilakukan karena sapi-sapi yang dipelihara dibiarkan hidup bebas. Sapi perah yang dipelihara dalam naungan (ruangan) memiliki konsepsi produksi yang lebih tinggi (19%) dan produksi susunya 11% lebih banyak daripada tanpa naungan. Bibit yang sakit segera diobati karena dan bibit yang menjelang beranak dikering kandangkan selama 1-2 bulan. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Perawatan Ternak
Ternak dimandikan 2 hari sekali. Seluruh sapi induk dimandikan setiap hari setelah kandang dibersihkan dan sebelum pemerahan susu. Kandang harus dibersihkan setiap hari, kotoran kandang ditempatkan pada penampungan khusus sehingga dapat diolah menjadi pupuk. Setelah kandang dibersihkan, sebaiknya lantainya diberi tilam sebagai alas lantai yang umumnya terbuat dari jerami atau sisa-sisa pakan hijauan (seminggu sekali tilam tersebut harus dibongkar). Penimbangan dilakukan sejak sapi pedet hingga usia dewasa. Sapi pedet ditimbang seminggu sekali sementara sapi dewasa ditimbang setiap bulan atau 3 bulan sekali. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Sapi yang baru disapih ditimbang sebulan sekali. Sapi dewasa dapat ditimbang dengan melakukan taksiran pengukuran berdasarkan lingkar dan lebar dada, panjang badan dan tinggi pundak.
Pemberian Pakan
Pemberian pakan pada sapi dapat dilakukan dengan 3 cara, yaitu: sistem penggembalaan (pasture fattening)
kereman (dry lot fattening)
kombinasi cara pertama dan kedua.
Pakan yang diberikan berupa hijauan dan konsentrat. Hijauan yang berupa jerami padi, pucuk daun tebu, lamtoro, alfalfa, rumput gajah, rumput benggala atau rumput raja. Hijauan diberikan siang hari setelah pemerahan sebanyak 30-50 kg/ekor/hari. Pakan berupa rumput bagi sapi dewasa
umumnya diberikan sebanyak 10% dari bobot badan (BB) dan pakan tambahan sebanyak 1-2% dari BB. Sapi yang sedang menyusui (laktasi) memerlukan makanan tambahan sebesar 25% hijauan dan konsentrat dalam ransumnya. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Hijauan yang berupa rumput segar sebaiknya ditambah dengan jenis kacang-kacangan (legum).
Sumber karbohidrat berupa dedak halus atau bekatul, ampas tahu, gaplek, dan bungkil kelapa serta mineral (sebagai penguat) yang berupa garam dapur, kapur, dll. Pemberian pakan konsentrat sebaiknya diberikan pada pagi hari dan sore hari sebelum sapi diperah sebanyak 1-2 kg/ekor/hari. Selain makanan, sapi harus diberi air minum sebanyak 10% dari berat badan per hari. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Pemeliharaan utama adalah pemberian pakan yang cukup dan berkualitas, serta menjaga kebersihan kandang dan kesehatan ternak yang dipelihara. Pemberian pakan secara kereman dikombinasikan dengan penggembalaan Di awal musim kemarau, setiap hari sapi digembalakan. Di musim hujan sapi dikandangkan dan pakan diberikan menurut jatah. Penggembalaan bertujuan pula untuk memberi kesempatan bergerak pada sapi guna memperkuat kakinya. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Pemeliharaan Kandang
Kotoran ditimbun di tempat lain agar mengalami proses fermentasi (+1-2minggu) dan berubah menjadi pupuk kandang yang sudah matang dan baik. Kandang sapi tidak boleh tertutup rapat (agak terbuka) agar sirkulasi udara didalamnya berjalan lancar. Air minum yang bersih harus tersedia setiap saat. Tempat pakan dan minum sebaiknya dibuat di luar kandang tetapi masih di bawah atap. Tempat pakan dibuat agak lebih tinggi agar pakan yang diberikan tidak diinjak-injak atau tercampur dengan kotoran. Sementara tempat air minum sebaiknya dibuat permanen berupa bak semen dan sedikit lebih tinggi daripada permukaan lantai. Sediakan pula peralatan untuk memandikan sapi. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
7. HAMA DAN PENYAKIT</div>
<div style="text-align: justify;">
7.1. Penyakit
Penyakit antraks
Penyebab: Bacillus anthracis yang menular melalui kontak langsung, makanan/minuman atau pernafasan.
Gejala:
demam tinggi, badan lemah dan gemetar;
gangguan pernafasan;
pembengkakan pada kelenjar dada, leher, alat kelamin dan badan penuh bisul;
kadang-kadang darah berwarna merah hitam yang keluar melalui hidung, telinga, mulut, anus dan vagina;
kotoran ternak cair dan sering bercampur darah;
limpa bengkak dan berwarna kehitaman.
Pengendalian: vaksinasi, pengobatan antibiotika, mengisolasi sapi yang terinfeksi serta mengubur/membakar sapi yang mati. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Penyakit mulut dan kuku (PMK) atau penyakit Apthae epizootica (AE)
Penyebab: virus ini menular melalui kontak langsung melalui air kencing, air susu, air liur dan benda lain yang tercemar kuman AE.
Gejala:
rongga mulut, lidah, dan telapak kaki atau tracak melepuh serta terdapat tonjolan bulat berisi cairan yang bening;
demam atau panas, suhu badan menurun drastis;
nafsu makan menurun bahkan tidak mau makan sama sekali;
air liur keluar berlebihan.
Pengendalian: vaksinasi dan sapi yang sakit diasingkan dan diobati secara terpisah.
Penyakit ngorok/mendekur atau penyakit Septichaema epizootica (SE)
Penyebab: bakteri Pasturella multocida. Penularannya melalui makanan dan minuman yang tercemar bakteri.
Gejala:
kulit kepala dan selaput lendir lidah membengkak, berwarna merah dan kebiruan;
leher, anus, dan vulva membengkak;
paru-paru meradang, selaput lendir usus dan perut masam dan berwarna merah tua;
demam dan sulit bernafas sehingga mirip orang yang ngorok. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Dalam keadaan sangat parah, sapi akan mati dalam waktu antara 12-36 jam.
Pengendalian: vaksinasi anti SE dan diberi antibiotika atau sulfa.
Penyakit radang kuku atau kuku busuk (foot rot)
Penyakit ini menyerang sapi yang dipelihara dalam kandang yang basah dan kotor.
Gejala:
mula-mula sekitar celah kuku bengkak dan mengeluarkan cairan putih keruh;
kulit kuku mengelupas;
tumbuh benjolan yang menimbulkan rasa sakit;
sapi pincang dan akhirnya bisa lumpuh. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
7.2. Pencegahan Serangan
Upaya pencegahan dan pengobatannya dilakukan dengan memotong kuku dan merendam bagian yang sakit dalam larutan refanol selama 30 menit yang diulangi seminggu sekali serta menempatkan sapi dalam kandang yang bersih dan kering. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
8. PANEN </div>
<div style="text-align: justify;">
8.1. Hasil Utama
Hasil utama dari budidaya sapi perah adalah susu yang dihasilkan oleh induk betina. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
8.2. Hasil Tambahan
Selain susu sapi perah juga memberikan hasil lain yaitu daging dan kulit yang berasal dari sapi yang sudah tidak produktif serta pupuk kandang yang dihasilkan dari kotoran ternak. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
9. PASCAPANEN : … </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
10. ANALISIS EKONOMI BUDIDAYA </div>
<div style="text-align: justify;">
10.1. Analisis Usaha Budidaya
Usaha ternak sapi perah di Indonesia masih bersifat subsisten oleh peternak kecil dan belum mencapai usaha yang berorientasi ekonomi. Rendahnya tingkat produktivitas ternak tersebut lebih disebabkan oleh kurangnya modal, serta pengetahuan/ketrampilan petani yang mencakup aspek reproduksi, pemberian pakan, pengelolaan hasil pascapanen, penerapan sistem recording, pemerahan, sanitasi dan pencegahan penyakit. Selain itu pengetahuan petani mengenai aspek tata niaga harus ditingkatkan sehingga keuntungan yang diperoleh sebanding dengan pemeliharaannya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Produksi susu sapi di dunia kini sudah melebihi 385 juta m2/ton/th dengan tingkat penjualan sapi dan produknya yang lebih besar daripada pedet, pejantan, dan sapi afkiran. Di Amerika Serikat, tingkat penjualan dan pembelian sapi dan produknya secara tunai mencapai 13% dari seluruh peternakan yang ada di dunia. Sementara tingkat penjualan anak sapi (pedet), pejantan sapi perah, dan sapi afkir hanya berkisar 3%.
Produksi susu sejumlah itu masih perlu ditingkatkan seiring dengan peningkatan jumlah penduduk di dun</div>
<div style="text-align: justify;">
ia ini. Untuk mencapai tingkat produksi yang tinggi maka pengelolaan dan pemberian pakan harus benar-benar sesuai dengan kebutuhan ternak, dimana minimum pakan yang dapat dimanfaatkan oleh ternak (terserap) diusahakan sekitar 3,5-4% dari bahan kering </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
10.2. Gambaran Peluang Agribisnis
Usaha peternakan sapi perah keluarga memberikan keuntungan jika jumlah sapi yang dipelihara minimal sebanyak 6 ekor, walaupun tingkat efisiensinya dapat dicapai dengan minimal pengusahaannya sebanyak 2 ekor dengan rata-rata produksi susu sebanyak 15 lt/hari. Upaya untuk meningkatkan pendapatan petani melalui pembudidayaan sapi perah tersebut dapat juga dilakukan dengan melakukan diversifikasi usaha. Selain itu melakukan upaya kooperatif dan integratif (horizontal dan vertikal) dengan petani lainnya dan instansi-instansi lain yang berkompeten, serta tetap memantapkan pola PIR diatas. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<i>Sumber : http://petrokimia.org petrokimia gresik
</i></div>
andiarbeta.blogspot.comhttp://www.blogger.com/profile/13079298858568003634noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-2139953170791641524.post-34607568142008922012013-04-02T11:38:00.004+07:002017-03-01T14:20:43.339+07:00Budidaya Tanaman Kopi<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjdNho-0lPL-E_-xWo4yLvkReGCrv2fW0QGZY5L0DWN1ibbVAVN9VLFURVRHv8cHjL488CtO6h20EaWc4AFbe3jhKkFNpLnkNDN1xzj6UFMYSKu4owQaSUpimA3g9IBNcoqzQ2SvyDHFvoA/s1600/kopi.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjdNho-0lPL-E_-xWo4yLvkReGCrv2fW0QGZY5L0DWN1ibbVAVN9VLFURVRHv8cHjL488CtO6h20EaWc4AFbe3jhKkFNpLnkNDN1xzj6UFMYSKu4owQaSUpimA3g9IBNcoqzQ2SvyDHFvoA/s1600/kopi.jpg" /></a></div>
<div style="text-align: justify;">
I. PENDAHULUAN</div>
<div style="text-align: justify;">
Tanaman Kopi merupakan tanaman yang sangat familiar di lahan pekarangan penduduk pedesaan di Indonesia.
Jika potensi dahsyat ini bisa kita manfaatkan tidaklah sulit untuk menjadikan komoditi ini menjadi andalan di sektor perkebunan.
Hanya butuh sedikit sentuhan teknis budidaya yang tepat, niscaya harapan kita optimis menjadi kenyataan </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
II. PERSIAPAN LAHAN</div>
<div style="text-align: justify;">
- Untuk tanah pegunungan/miring buat teras.
- Kurangi/tambah pohon pelindung yang cepat tumbuh kira-kira 1:4 hingga 1: 8 dari jumlah tanaman kopi.
- Siapkan pupuk kandang matang sebanyak 25-50 kg, sebarkan Natural GLIO, diamkan satu minggu dan buat lobang tanam 60 x 60, atau 75 x 75 cm dengan jarak tanam 2,5×2,5 hingga 2,75 x 2,75 m minimal 2 bulan sebelum tanam </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
III. PEMBIBITAN
- Siapkan biji yang berkualitas dari pohon yang telah diketahui produksinya biasanya dari penangkar benih terpercaya.
- Buat kotak atau bumbunan tanah untuk persemaian dengan tebal lapisan pasir sekitar 5 cm.
- Buat pelindung dengan pelepah atau paranet dengan pengurangan bertahap jika bibit telah tumbuh
- Siram bibitan dengan rutin dengan melihat kebasahan tanah
- Bibit akan berkecambah kurang lebih 1 bulan, pilih bibit yang sehat dan lakukan pemindahan ke polibag dengan hati2 agar akar tidak putus pada umur bibit 2 -3 bulan sejak awal pembibitan
- Tambahkan pupuk NPK sebagai pupuk dasar (lihat tabel) hingga umur 12 bulan
- Siramkan SUPERNASA dosis 1 sendok makan per 10 liter air, ambil 250 ml per pohon dari larutan tersebut
- Setelah bibit umur 4 bulan semprotkan 2 tutup POC NASA per tangki sebulan sekali hingga umur bibit 7-9 bulan dan siap tanam </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
IV. PENANAMAN </div>
<div style="text-align: justify;">
- Masukkan pupuk kandang dengan campuran tanah bagian atas saat penanaman bibit.
- Usahakan saat tanam sudah memasuki musim hujan.
- Lakukan penyiraman tanah setelah tanam
- Hindarkan resiko kematian tanaman baru dari gangguan ternak. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
V. PENYULAMAN </div>
<div style="text-align: justify;">
- Lakukan penyulaman segera jika tanaman mati atau gejala pertumbuhannya tidak normal.
- Penyulaman dilakukan awal musim hujan </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
VI. PENYIRAMAN </div>
<div style="text-align: justify;">
Lakukan penyiraman jika tanah kering atau musim kemarau </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
VII. PEMUPUKAN </div>
<div style="text-align: justify;">
- Pemupukan NPK diberikan dua kali setahun, yaitu awal dan akhir musim hujan.
- Setelah pemupukan sebaiknya disiram.
Cara pemupukan dibuat lubang kecil mengelilingi tanaman sejauh ¾ lebar tajuk, pupuk dimasukan dan ditutup tanah.
Akan lebih baik ditambah pupuk organik SUPERNASA dosis 1 botol untuk ± 200 tanaman . 1 botol SUPERNASA diencerkan dalam 2 liter (2000 ml) air dijadikan larutan induk. Kemudian setiap 1 liter air diberi 10 ml larutan induk tadi untuk penyiraman setiap pohon atau siram atau kocorkan SUPERNASA 1 sendok makan per 10 liter air setiap 3-6 bulan sekali.
Semprotkan POC NASA 3-4 tutup + HORMONIK 1-2 tutup per tangki setiap 1 bulan sekali </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
VIII. PEMANGKASAN </div>
<div style="text-align: justify;">
Lakukan pemangkasan rutin setelah berakhirnya masa panen (pangkas berat) untuk mengatur bentuk pertumbuhan, mengurangi cabang tunas air (wiwilan), mengurangi penguapan dan bertujuan agar terbentuk bunga, serta perbaikan bagian tanaman yang rusak.
Pemangkasan pada awal atau akhir musim hujan setelah pemupukan </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
IX. PENGENDALIAN HAMA DAN PENYAKIT </div>
<div style="text-align: justify;">
A. H A M A </div>
<div style="text-align: justify;">
1. Bubuk buah kopi (Stephanoderes hampei) serangan di penyimpanan buah maupun saat masih di kebun . Pencegahan dengan PESTONA atau BVR secara bergantian </div>
<div style="text-align: justify;">
2. Penggerek cabang coklat dan hitam (Cylobarus morigerus dan Compactus ) menyerang ranting dan cabang. Pencegahan dengan PESTONA. </div>
<div style="text-align: justify;">
3. Kutu dompolan (Pseudococcus citri) menyerang kuncup bunga, buah muda, ranting dan daun muda, pencegahan gunakan PESTONA, BVR atau PENTANA.+ AERO 810 secara bergantian </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
B. PENYAKIT </div>
<div style="text-align: justify;">
1. Penyakit karat daun disebabkan oleh Hemileia vastatrix , preventif semprotkan Natural GLIO </div>
<div style="text-align: justify;">
2. Penyakit Jamur Upas disebabkan oleh Corticium salmonicolor : Kurangi kelembaban , kerok dan preventif oleskan batang/ranting dengan Natural GLIO + POC NASA </div>
<div style="text-align: justify;">
3. Penyakit akar hitam penyebab Rosellina bunodes dan R. arcuata. Ditandai dengan daun kuning, layu, menggantung dan gugur. preventif dengan Natural GLIO </div>
<div style="text-align: justify;">
4. Penyakit akar coklat penyebabnya : Fomes lamaoensis atau Phellinus lamaoensis preventif dengan Natural GLIO </div>
<div style="text-align: justify;">
5. Penyakit bercak coklat pada daun oleh Cercospora cafeicola Berk et Cooke pencegahan dengan Natural GLIO </div>
<div style="text-align: justify;">
6. Penyakit mati ujung pada ranting.Penyebabnya Rhizoctonia .Preventif gunakan Natural GLIO.
Catatan : Jika pengendalian hama dan penyakit dengan pestisida alami belum mengatasi, sebagai alternative terakhir bisa digunakan pestisida kimia yang dianjurkan. Agar penyemprotan lebih merata dan tidak mudah hilang oleh air hujan tambahkan Perekat Perata Pembasah AERO 810 dosis 0,5 tutup botol per tangki </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
X. P A N E N </div>
<div style="text-align: justify;">
Kopi akan berproduksi mulai umur 2,5 tahun jika dirawat dengan baik dan buah telah menunjukkan warna merah yang meliputi sebagian besar tanaman, dan dilakukan bertahap sesuai dengan masa kemasakan buah.
XI. PENGOLAHAN HASIL
Agar dipersiapkan terlebih dahulu tempat penjemuran, pengupasan kulit dan juga penyimpanan hasil panen agar tidak rusak akibat hama pasca panen. Buah panenan harus segera diproses maksimal 20 jam setelah petik untuk mendapatkan hasil yang baik.
Penyebab Kerusakan Kopi Beras : </div>
<div style="text-align: justify;">
1. Biji keriput : asal buah masih muda</div>
<div style="text-align: justify;">
2. Biji berlubang :kopi terserang bubuk </div>
<div style="text-align: justify;">
3. Biji kemerahan : Kurang bersih mencucinya </div>
<div style="text-align: justify;">
4. Biji pecah : mesin pengupas kurang sempurna, berasal dari buah yang terserang bubuk, pada saat pengupasan dengan mesin kopi terlalu kering. </div>
<div style="text-align: justify;">
5. Biji pecah diikuti oleh perubahan warna: mesin penguap dan pemisah kulit dengan biji kurang sempurna, fermentasi pada pengolahan basah kurang sempurna. </div>
<div style="text-align: justify;">
6. Biji belang : pengeringan tidak sempurna, terlalu lama disimpan , suhu penyimpanan terlalu lembab. </div>
<div style="text-align: justify;">
7. Biji Pucat : terlalu lama disimpan di tempat lembab </div>
<div style="text-align: justify;">
8. Biji berkulit ari : Pengeringan tidak sempurna atau terlalu lama, pada pengeringan buatan suhu awal terlalu rendah. </div>
<div style="text-align: justify;">
9. Biji berwarna kelabu hitam : pada pengeringan buatan suhunya terlalu tinggi. </div>
<div style="text-align: justify;">
10. Noda-noda cokelat hitam : pada pengeringan buatan, kopi tidak sering diaduk/dibolak-balik. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<i>Sumber : PT.Petrokimia Gresik http://petrokimia.org/?p=2169
</i></div>
andiarbeta.blogspot.comhttp://www.blogger.com/profile/13079298858568003634noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-2139953170791641524.post-34088804681735724092013-04-02T11:30:00.000+07:002013-09-05T10:39:23.077+07:00Budidaya Melon<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiwZAqmavRfowVvyCtSoR65J958T-pFXT8TUFCEpzyGHpZbjjRhsv-Q17guU9D1oBDMeHu1iJnxB4t88bqlCicnVFVICSAoQxR6MTetZpML6h5XKp3BRlpiO6B2H_nAOshVL56MWAvjqx4n/s1600/melon.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="252" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiwZAqmavRfowVvyCtSoR65J958T-pFXT8TUFCEpzyGHpZbjjRhsv-Q17guU9D1oBDMeHu1iJnxB4t88bqlCicnVFVICSAoQxR6MTetZpML6h5XKp3BRlpiO6B2H_nAOshVL56MWAvjqx4n/s320/melon.jpg" width="320" /></a></div>
<div style="text-align: justify;">
Ini adalah melon kinanti yang merupakan salah satu varian buah melon yang cukup menjanjikan untuk dibudidayakan. Selain lebih manis, harga jual melon ini lumayan tinggi di pasaran. Tak heran banyak petani yang tertarik membudidayakannya. Omzet sekali panen bisa mencapai puluhan juta. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Melon merupakan salah satu buah tropis yang populer di Indonesia. Saat ini ada banyak varian melon unggul, seperti ladika, orange meta, golden apollo, dan adinda. Nah, salah satu varian baru yang sekarang mulai banyak dibudidayakan adalah melon kinanti.
Melon jenis ini merupakan salah varian melon golden.Harga jualnya di pasaran relatif tinggi, sekitar Rp 15.000 per kilogram (kg). </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Melon ini lebih manis dan renyah dibandingkan melon-melon jenis lainnya. Bentuknya juga berbeda dengan melon lain.
Kulitnya yang berwarna kuning relatif lebih mulus, sementara daging buahnya berwarna kemerahan. Salah satu kelompok petani yang membudidayakan melon kinanti berada di Desa Jatikulon, Kudus, Jawa Tengah. Edy Purwanto, anggota komunitas petani Jati Kulon mengaku, mulai membudidayakan melon kinanti sejak tahun 2010.
Hasilnya tidak mengecewakan. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Dua bulan setelah ditanam, melon sudah berbuah dengan kualitas yang baik. Harga jual dari petani ke pemasok sekitar Rp 4.500-Rp 5.000 per kg. Padahal, berat rata-rata satu buah melon sekitar 1,5 kg hingga 2 kg.
Bersama petani lainnya, Edy kini menanam sekitar 3.000 batang pohon melon kinanti di lahan seluas 2 hektar (ha). “Total sebenarnya ada 15.000 batang melon. Tapi, selebihnya jenis melon lain, seperti apollo dan sakata,” imbuh Edy.Khusus untuk melon kinanti, omzet yang didapat sekali panen Rp 20 juta-Rp 30 juta. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Pebudidaya lainnya adalah Elvan Tri Sugaryanto. Pemilik UD Elvanindo di Lamongan, Jawa Timur ini mulai membudidayakan melon kinanti setahun terakhir. “Di Lamongan budidaya melon ini masih jarang,” terangnya.
Budidaya melon ini dilakukan di lahan seluas satu ha. Dengan lahan seluas itu, ia bisa menghasilkan lima sampai enam ton sekali panen. Omzet yang didapatnya lebih dari Rp 30 juta.
Baik Edy maupun Elvan mendapatkan pasokan bibit melon kinanti dari PT Tunas Agro Persada yang berbasis di Semarang, Jawa Tengah. Perusahaan inilah yang menemukan bibit melon kinanti tiga tahun silam. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Namun, pemasaran bibitnya dilakukan melalui berbagai perusahaan lain yang bermitra dengannya. Direktur Marketing PT Tunas Agro Persada, Cipto Legowo bilang, melon kinanti merupakan hasil persilangan melon jenis lain. “Hasilnya ketemulah melon kinanti ini,” katanya.
Menurutnya, pasokan kinanti di pasar masih terbatas dan kebanyakan baru dijumpai di pasar swalayan. Namun, menurutnya, budidaya melon ini terus meningkat. “Dalam tiga tahun ini luas lahan budidaya kinanti naik 25%-30%,” ucapnya.
Budidaya melon kinanti kini semakin diminati. Selain lebih manis, harga jualnya juga lumayan tinggi di pasaran. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Namun, bagi Anda yang ingin membudidayakan melon kinanti ada beberapa hal yang harus diperhatikan, terutama menyangkut pemberian pestisida, penyiraman, dan pemupukan.
Seperti jenis melon lainnya, membudidayakan melon kinanti tidak sulit. Apalagi, buah ini cocok ditanam pada iklim tropis. Asal dirawat dengan benar, tanaman ini akan berbuah maksimal.
Edy Purwanto, pembudidaya melon kinanti asal Kudus, Jawa Tengah mengatakan, melon kinanti dapat dibudidayakan di ketinggian tanah 0-700 meter di atas permukaan laut (dpl). “Ketinggian tanah itu dapat kita jumpai dengan mudah di negara kita ini,” jelasnya. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Namun, sebelum ditanam, lahan tersebut harus diolah terlebih dahulu. Perlu waktu sekitar dua minggu untuk pengolahan lahan ini. Selama dua minggu itu, lahan yang akan digunakan harus digemburkan dan dipupuk.
“Pemupukan di masa awal ini penting agar pertumbuhan melon kinanti bisa memuaskan,” kata Edy.
Tanpa pemupukan awal, tanaman bisa terganggu dalam proses penyusunan klorofilnya, sehingga, daun dan tulang daun tampak kekuning-kuningan. Ujung-ujungnya tanaman bisa layu dan mati.
Kebutuhan pupuk di masa awal ini berkisar antara 50 kilogram (kg) sampai 100 kg per 1.000 meter persegi. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Sementara untuk penanaman sebaiknya dilakukan di musim panas. “Melon ini membutuhkan sinar matahari yang cukup” ujar Edy.
Pengairan juga harus dijaga karena bila terlalu lembap tanaman rentan terkena penyakit. Suhu optimalnya antara 25-30 derajat Celcius.
Untuk menjaga jarak ideal antar tanaman, setiap setengah hektare lahan ditanami sekitar 3.000 batang. “Jadi, jarak antar tanaman sekitar satu meter hingga dua meter,” jelasnya.
Elvan Tri Sugaryanto, pembudidaya melon kinanti di Lamongan, Jawa Timur menambahkan, perawatan mutlak diperlukan saat tanaman berusia 30 hari. Saat itu, tanaman sudah mulai memasuki usia produktif. Di masa-masa itu tanaman rawan dijangkiti hama kutu. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Sementara saat musim hujan, penyakit yang mungkin timbul adalah jamur. Bila sudah ditumbuhi jamur, daun tanaman akan layu.
Untuk itu, butuh perhatian khusus terutama dalam hal pemberian pestisida, penyiraman, dan pemupukan. “Pengalaman kami, setidaknya setiap 3.000 batang melon diawasi oleh satu petani setiap harinya,” jelasnya. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Untuk menjaga ketersediaan air, tanaman melon ini juga harus rajin disiram. Tapi, volume penyiramannya harus disesuaikan dengan curah hujan. Jika musim hujan, misalnya, penyiraman sebaiknya dikurangi.
Sebab, terlalu banyak air akan menurunkan kualitas melon. Secara fisik memang tidak terlihat. “Namun kemanisannya akan sedikit berkurang,” ujarnya.
Umumnya, melon kinanti sudah bisa dipanen setiap dua bulan setelah ditanam. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<i>SUMBER : Petrokimia- gresik http://petrokimia.org</i></div>
andiarbeta.blogspot.comhttp://www.blogger.com/profile/13079298858568003634noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-2139953170791641524.post-65442646106497857812013-04-02T11:23:00.003+07:002013-09-05T09:46:53.788+07:00Budidaya Cabai/Lombok<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjLdOqmGNRnWmlzFrtrcRXkRNMu6I-EZUYklWRFjpy4MAIe60T7dlL9refjFWeoqhaVxwliGataSI0bofwTIlXoBJR2fJJSIkjmwyeN75piCEWpKEXMrtqZ6tGmKqcTorBP59qX2D5s00M2/s1600/lombok.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="240" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjLdOqmGNRnWmlzFrtrcRXkRNMu6I-EZUYklWRFjpy4MAIe60T7dlL9refjFWeoqhaVxwliGataSI0bofwTIlXoBJR2fJJSIkjmwyeN75piCEWpKEXMrtqZ6tGmKqcTorBP59qX2D5s00M2/s320/lombok.jpg" width="320" /></a></div>
<div style="text-align: justify;">
A. PENDAHULUAN </div>
<div style="text-align: justify;">
Cabai dapat ditanam di dataran tinggi maupun rendah, pH 5-6. Bertanam cabai dihadapkan dengan berbagai masalah (resiko), diantaranya, teknis budidaya, kekurangan unsur, serangan hama dan penyakit, dll.
PT. Natural Nusantara ( NASA ) berupaya membantu penyelesaian masalah tersebut, agar terjadi peningkatan produksi cabai secara kuantitas, kualitas dan kelestarian ( K-3 ), sehingga petani dapat berkompetisi di era pasar bebas. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
B. FASE PRATANAM</div>
<div style="text-align: justify;">
1. Pengolahan Lahan
· </div>
<div style="text-align: justify;">
Tebarkan pupuk kandang dosis 0,5 -1 ton/ 1000 m2
· Diluku kemudian digaru (biarkan + 1 minggu)
· Diberi Dolomit sebanyak 0,25 ton / 1000 m2
· Dibuat bedengan lebar 100 cm dan parit selebar 80 cm
· Siramkan SUPER NASA (1 bt) / NASA(1-2 bt)
- Super Nasa : 1 btl dilarutkan dalam 3 liter air (jadi larutan induk). Setiap 50 lt air tambahkan 200 cc larutan induk.
Atau 1 gembor ( + 10 liter ) diberi 1 sendok makan peres SUPER NASA dan siramkan ke bedengan + 5-10 m.
- NASA : 1 gembor ( + 10 liter ) diberi 2-4 tutup NASA dan siramkan ke bedengan sepanjang + 5 - 10 meter.
· Campurkan GLIO 100 - 200 gr ( 1 - 2 bungkus ) dengan 50 - 100 kg pupuk kandang, biarkan 1 minggu dan sebarkan ke bedengan.
· Bedengan ditutup mulsa plastik dan dilubangi, jarak tanam 60 cm x 70 cm pola zig zag ( biarkan + 1 - 2 minggu ). </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
2. Benih
·</div>
<div style="text-align: justify;">
Kebutuhan per 1000 m2 1 - 1,25 sachet Natural CK -10 atau CK-11 dan Natural CS-20, CB-30
· Biji direndam dengan POC NASA dosis 0,5 - 1 tutup / liter air hangat kemudian diperam semalam. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
C. FASE PERSEMAIAN ( 0-30 HARI)</div>
<div style="text-align: justify;">
1. Persiapan Persemaian
· </div>
<div style="text-align: justify;">
Arah persemaian menghadap ke timur dengan naungan atap plastik atau rumbia.
· Media tumbuh dari campuran tanah dan pupuk kandang atau kompos yang telah disaring, perbandingan 3 : 1. Pupuk kandang sebelum dipakai dicampur dengan GLIO 100 gr dalam 25-50 kg pupuk kandang dan didiamkan selama + 1 minggu. Media dimasukkan polibag bibit ukuran 4 x 6 cm atau contong daun pisang. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
2. Penyemaian
· </div>
<div style="text-align: justify;">
Biji cabai diletakkan satu per satu tiap polibag, lalu ditutup selapis tanah + pupuk kandang matang yang telah disaring
· Semprot POC NASA dosis 1-2 ttp/tangki umur 10, 17 HSS
· Penyiraman dilakukan setiap hari pada pagi atau sore hari untuk menjaga kelembaban </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
3. Pengamatan Hama & Penyakit </div>
<div style="text-align: justify;">
a. Penyakit
· </div>
<div style="text-align: justify;">
Rebah semai (dumping off), gejalanya tanaman terkulai karena batang busuk , disebabkan oleh cendawan Phytium sp. & Rhizoctonia sp. Cara pengendalian: tanaman yg terserang dibuang bersama dengan tanah, mengatur kelembaban dengan mengurangi naungan dan penyiraman, jika serangan tinggi siram GLIO 1 sendok makan (± 10 gr) per 10 liter air.
· Embun bulu, ditandai adanya bercak klorosis dengan permukaan berbulu pada daun atau kotil yg disebabkan cendawan Peronospora parasitica. Cara mengatasi seperti penyakit rebah semai.
· Kelompok Virus, gejalanya pertumbuhan bibit terhambat dan warna daun mosaik atau pucat. Gejala timbul lebih jelas setelah tanaman berumur lebih dari 2 minggu. Cara mengatasi; bibit terserang dicabut dan dibakar, semprot vektor virus dengan BVR atau PESTONA. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
b. H a m a
· </div>
<div style="text-align: justify;">
Kutu Daun Persik (Aphid sp.), Perhatikan permukaan daun bagian bawah atau lipatan
pucuk daun, biasanya kutu daun persik bersembunyi di bawah daun. Pijit dengan jari koloni kutu yg ditemukan, semprot dengan BVR atau PESTONA.
· Hama Thrip parvispinus, gejala serangan daun berkerut dan bercak klorosis karena cairan daun diisap, lapisan bawah daun berwarna keperak-perakan atau seperti tembaga. Biasanya koloni berkeliaran di bawah daun. Pengamatan pada pagi atau sore hari karena hama akan keluar pada waktu teduh. Serangan parah semprot dengan BVR atau PESTONA untuk mengurangi penyebaran.
· Hama Tungau (Polyphagotarsonemus latus). Gejala serangan daun berwarna kuning kecoklatan menggulung terpuntir ke bagian bawah sepanjang tulang daun. Pucuk menebal dan berguguran sehingga tinggal batang dan cabang. Perhatikan daun muda, bila menggulung dan mengeras itu tandanya terserang tungau. Cara mengatasi seperti pada Aphis dan Thrip </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
D. FASE TANAM </div>
<div style="text-align: justify;">
1. Pemilihan Bibit
· </div>
<div style="text-align: justify;">
Pilih bibit seragam, sehat, kuat dan tumbuh mulus
· Bibit memiliki 5-6 helai daun (umur 21 - 30 hari) </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
2. Cara Tanam
· </div>
<div style="text-align: justify;">
Waktu tanam pagi atau sore hari , bila panas terik ditunda.
· Plastik polibag dilepas
· Setelah penanaman selesai, tanaman langsung disiram /disemprot POC NASA 3-4 tutup/ tangki. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
3. Pengamatan Hama
· </div>
<div style="text-align: justify;">
Ulat Tanah ( Agrotis ipsilon ), aktif malam hari untuk kopulasi, makan dan bertelur. Ulat makan tanaman muda dengan jalan memotong batang atau tangkai daun. Siang hari sembunyi dalam tanah disekitar tanaman terserang. Setiap ulat yang ditemukan dikumpulkan lalu dibunuh, serangan berat semprot dengan PESTONA atau VIREXI
· Ulat Grayak ( Spodoptera litura & S. exigua ),
Ciri ulat yang baru menetas / masih kecil berwarna hijau dengan bintik hitam di kedua sisi dari perut/badan ulat, terdapat bercak segitiga pada bagian punggungnya (seperti bulan sabit). Gejala serangan, larva memakan permukaan bawah daun dan daging buah dengan kerusakan berupa bintil-bintil atau lubang-lubang besar. Serangan parah, daun cabai gundul sehingga tinggal ranting-rantingnya saja. Telur dikumpulkan lalu dimusnahkan, menyiangi rumput di sekitar tanaman yang digunakan untuk persembunyian. Semprot dengan VITURA, VIREXI atau PESTONA.
· Bekicot/siput. Memakan tanaman, terutama menyerang malam hari. Dicari di sekitar pertanaman ( kadang di bawah mulsa) dan buang ke luar areal. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
E. FASE PENGELOLAAN TANAMAN (7-70 HST) </div>
<div style="text-align: justify;">
1. Penyiraman dapat dilakukan dengan pengocoran tiap tanaman atau penggenangan (dilep) jika dirasa kering. </div>
<div style="text-align: justify;">
2. Pemupukan lewat pengocoran dilakukan seminggu sekali tiap lubang. Pupuk kocoran merupakan perbandingan campuran pupuk makro Urea : SP 36 : KCl : NASA = (250 : 250 : 250) gr dalam 50 liter ( 1 tong kecil) larutan. Diberikan umur 1 - 4 minggu dosis 250 cc/lubang, sedang umur 5-12 minggu dengan perbandingan pupuk makro Urea : TSP : KCl : NASA = (500 : 250 : 250) gr dalam 50 liter air, dengan dosis 500 cc/lubang.
Kebutuhan total pupuk makro 1000 m2 :
Jenis Pupuk
1 - 4 minggu (kg)
5 - 12 minggu
(kg)
Urea
7
56
SP-36
7
28
KCl
7
28
Catatan :
- Umur 1 - 4 mg 4 kali aplikasi (± 7 tong/ aplikasi)
- Umur 5-12 mg 8 kali aplikasi (± 14 tong/aplikasi) </div>
<div style="text-align: justify;">
3. Penyemprotan POC NASA ke tanaman dengan dosis 3-5 tutup / tangki pada umur 10, 20, kemudian pada umur 30, 40 dan 50 HST POC NASA + Hormonik dosis 1-2 tutup/tangki. </div>
<div style="text-align: justify;">
4. Perempelan, sisakan 2-3 cabang utama / produksi mulai umur 15 - 30 hr. </div>
<div style="text-align: justify;">
5. Pengamatan Hama dan Penyakit
· Spodoptera litura/ Ulat grayak Lihat depan.
· Kutu - kutuan ( Aphis, Thrips, Tungau ), lihat fase persemaian.
· </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Penyakit Layu, disebabkan beberapa jamur antara lain Fusarium, Phytium dan Rhizoctonia. Gejala serangan tanaman layu secara tiba-tiba, mengering dan gugur daun. Tanaman layu dimusnahkan dan untuk mengurangi penyebaran, sebarkan GLIO
· Penyakit Bercak Daun, Cercospora capsici. Jamur ini menyerang pada musim hujan diawali pada daun tua bagian bawah. Gejala serangan berupa bercak dalam berbagai ukuran dengan bagian tengah berwarna abu-abu atau putih, kadang bagian tengah ini sobek atau berlubang. Daun menguning sebelum waktunya dan gugur, tinggal buah dan ranting saja. Akibatnya buah menjadi rusak karena terbakar sinar matahari. Pengamatan pada daun tua.
· Lalat Buah (Dacus dorsalis), Gejala serangan buah yang telah berisi belatung akan menjadi keropos karena isinya dimakan, buah sering gugur muda atau berubah bentuknya. Lubang buah memungkinkan bakteri pembusuk mudah masuk sehingga buah busuk basah. Sebagai vektor Antraknose. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Pengamatan ditujukan pada buah cabai busuk, kumpulkan dan musnahkan. Lalat buah dipantau dengan perangkap berbahan aktif Metil Eugenol 40 buah / ha
· Penyakit Busuk Buah Antraknosa (Colletotrichum gloeosporioides), gejala serangan mula-mula bercak atau totol-totol pada buah yang membusuk melebar dan berkembang menjadi warna orange, abu-abu atau hitam. Bagian tengah bercak terlihat garis-garis melingkar penuh titik spora berwarna hitam. Serangan berat menyebabkan seluruh bagian buah mengering. Pengamatan dilakukan pada buah merah dan hijau tua. Buah terserang dikumpulkan dan dimusnahkan pada waktu panen dipisahkan. Serangan berat sebari dengan GLIO di bawah tanaman. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
F. FASE PANEN DAN PASCA PANEN</div>
<div style="text-align: justify;">
1. Pemanenan
· Panen pertama sekitar umur 60-75 hari
· Panen kedua dan seterusnya 2-3 hari dengan jumlah panen bisa mencapai 30-40 kali atau lebih tergantung ketinggian tempat dan cara budidayanya
· Setelah pemetikan ke-3 disemprot dengan POC NASA + Hormonik dan dipupuk dengan perbandingan seperti diatas, dosis 500 cc/ph
2. Cara panen :
· Buah dipanen tidak terlalu tua (kemasakan 80-90%)
· Pemanenan yang baik pagi hari setelah embun kering
· Penyortiran dilakukan sejak di lahan
· Simpan ditempat yang teduh
3. Pengamatan Hama & Penyakit
· Kumpulkan dan musnahkan buah yang busuk / rusak </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<i>Sumber : PT. Natural Nusantara ( NASA )</i></div>
andiarbeta.blogspot.comhttp://www.blogger.com/profile/13079298858568003634noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-2139953170791641524.post-24776220298301509922013-03-02T13:44:00.000+07:002015-08-12T10:02:05.654+07:00Budidaya Jamur Tiram<div style="text-align: justify;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgqeA_ZmGifmlh5xjoEJgA23G2BMCMPv5jwU_PMlWDYgc6lXBBnu8LwNWCQguusr86Ea_Vocm4GBlbdRwl1x96Mnb16sR0NzoG-XfslKZbrPj_sVn2susPb7oZpXYsrZfwbg0sa-GiDfkPM/s1600/jamuran.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="239" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgqeA_ZmGifmlh5xjoEJgA23G2BMCMPv5jwU_PMlWDYgc6lXBBnu8LwNWCQguusr86Ea_Vocm4GBlbdRwl1x96Mnb16sR0NzoG-XfslKZbrPj_sVn2susPb7oZpXYsrZfwbg0sa-GiDfkPM/s1600/jamuran.jpg" width="320" /></a>Usaha budidaya jamur tiram seringkali mengalami kegagalan karena teknik dan cara budidaya yang kurang benar. Meskipun gampang, perlu diperhatikan faktor-faktor seperti lingkungan, kebersihan, serta konsistensi selama perawatan. Jika faktor-faktor tersebut tidak bisa dipenuhi dengan baik maka hasilnya pun kurang optimal bahkan besar kemungkinan berpotensi mendatangkan kegagalan.
Jamur tiram putih berwarna putih agak krem dengan diameter tubuh 3-14 cm. Jamur ini memiliki miselium.<br />
<br />
Tubuh buah jamur inilah yang bernilai ekonomis tinggi dan menjadi tujuan dari budidaya jamur tiram. Teknik budidaya jamur tiram mulai dari persiapan hingga pasca panen sangat perlu diperhatikan agar pelaku usaha benar-benar memahami sehingga lebih menguasai dalam pemeliharaan maupun pengendalian hama tanaman. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<b>Persiapan Penanaman Jamur Tiram </b></div>
<div style="text-align: justify;">
Sebelum melakukan penanaman, hal-hal yang menunjang budidaya jamur tiram harus sudah tersedia, diantaranya rumah kumbung baglog, rak baglog, bibit jamur tiram, dan peralatan budidaya. (Bisa Anda lihat di artikel Persiapan Usaha Budidaya Jamur Tiram).<br />
<br />
Usahakan budidaya jamur tiram menggunakan bibit bersertifikat yang dapat dibeli dari petani lain atau dinas pertanian setempat. Peralatan budidaya jamur tiram cukup sederhana, harga terjangkau, bahkan kita bisa memanfaat peralatan dapur.
Untuk mengoptimalkan hasil dalam usaha budidaya jamur tiram di dataran rendah dapat dilakukan dengan modifikasi terhadap bahan media dan takarannya, yakni dengan menambah atau mengurangi takaran tiap-tiap bahan dari standar umumnya.<br />
<br />
Dalam usaha skala kecil, eksperimen dalam menentukan takaran bahan media merupakan hal yang sangat penting guna memperoleh takaran yang pas. Hal ini mengingat jamur yang dibudidayakan di lingkungan tumbuh berbeda tentu membutuhkan nutrisi dan media yang berbeda pula tergantung pada kondisi lingkungan setempat. Hingga saat ini belum ada standar komposisi media untuk budidaya jamur tiram di dataran rendah, sehingga petani memodifikasi media dan lingkungan berdasarkan pengalaman dan kondisi masing-masing.
Sebagai media tumbuh jamur tiram, serbuk gergaji berfungsi sebagai penyedia nutrisi bagi jamur. Kayu yang digunakan sebaiknya kayu keras karena serbuk gergaji kayu jenis tersebut sangat berpotensi dalam meningkatkan hasil panen jamur tiram.<br />
<br />
Hal ini karena kayu keras banyak mengandung selulosa yang dibutuhkan oleh jamur. Jenis-jenis kayu keras yang bisa digunakan sebagai media tanam jamur tiram antara lain sengon, kayu kampung, dan kayu mahoni. Untuk mendapatkan serbuk kayu pembudidaya harus memperolehnya ditempat penggergajian kayu. Sebelum digunakan sebagai media biasanya sebuk kayu harus dikompos terlebih dahulu agar bisa terurai menjadi senyawa yang lebih sederhana sehingga mudah dicerna oleh jamur.<br />
<br />
Proses pengomposan serbuk kayu dilakukan dengan cara menutupnya menggunakan plastik atau terpal selama 1-2 hari. Pengomposan berlangsung dengan baik jika terjadi kenaikan suhu sekitar 50 derajat C.
Alternatif bahan yang bisa digunakan untuk mengganti serbuk kayu adalah berbagai macam ampas, misal ampas kopi, ampas kertas, ampas tebu, dan ampas teh. Namun, berdasarkan pengalaman petani jamur tiram di dataran rendah, media yang baik untuk digunakan tetap serbuk gergaji kayu.
Media berupa dedak/bekatul dan tepung jagung berfungsi sebagai substrat dan penghasil kalori untuk pertumbuhan jamur.<br />
<br />
Sebelum membeli dedak dan tepung jagung, sebaiknya pastikan dahulu bahan-bahan tersebut masih baru. Jika memakai bahan yang sudah lama dikhawatirkan sudah terjadi fermentasi yang dapat berakibat pada tumbuhnya jenis jamur yang tidak dikehendaki. Berdasarkan hasil penelitian, penggunaan dedak maupun teung jagung memberikan kualitas hasil jamur yang sama karena kandungan nutrisi kedua bahan tersebut mirip.<br />
<br />
Namun, penggunaan dedak dianggap lebih efisien karena bisa memangkas biaya dan cenderung mudah dicari karena banyak dimanfaatkan sebagai pakan ternak. Kapur (CaCo3) berfungsi sebagai sumber mineral dan pengatur pH. Kandungan Ca dalam kapur dapat menetralisir asam yang dikeluarkan meselium jamur yang juga bisa menyebabkan pH media menjadi rendah.
Wadah yang digunakan untuk meletakkan campuran media adalah kantong plastik bening tahan panas (PE 0,002) berukuran 20 cm x 30 cm. Adapun komposisi media semai adalah serbuk gergaji 100 kg; tepung jagung 10 kg; dedak halus atau bekatul 10 kg; kompos 0,5 kg; kapur (CaCo3) 0,5 kg; dan air 50-60%. Ada dua hal yang harus diperhatikan sebelum melakukan penanaman bibit jamur, yaitu sterilisasi bahan dan sterilisasi baglog. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<b>Sterilisasi Bahan </b></div>
<div style="text-align: justify;">
Sebelum dicampur dengan media lain, serbu kayu dan dedak disterilisasi terlebih dahulu menggunakan oven selama 6-8 jam pada suhu 100 derajat C. Dengan sterilisasi tersebut selain mengurangi mikroorganisme penyebab kontaminsasi juga menguranngi kadar air pada serbuk gergaji kayu. Dengan demikian, media menjadi lebih kering. Kedua bahan tersebut kemmudian dicampur dan diberi air sekitar 50—60% hingga adonan menjadi kalis dan bisa dikepal.<br />
<br />
Air berfungsi dalam penyerapan nutrisi oleh miselium. Air yang digunakan harus air bersih untuk mengurangi resiko kontaminasi organisme lain dalam media. Dalam memasukkan media ke dalam plastik, media harus benar-benar padar agar jamur yang dihasilkan bisa banyak. Jadi pastikan bahwa bahan-bahan telah cukup padat di dalam plastik dengan cara menekan—nekan adonan hingga benar-benar padat, kemudian bagian atas kantong dipasang cincin paralon dan selanjutnya kantong plastik ditutup dengan sumbat kapas dan diikat dengan karet. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<b>Sterilisasi Baglog </b></div>
<div style="text-align: justify;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj044zwFMaDlEilApC8ByLkvZRebpZapdVXV7EvXMaTFn7fb9yVrzC3U5YGb8O5g6loAg58TShQUAZTU5BKoef2HmpdKsXDk7e2Fo9MTFm4aO7smvozBLmY74rvKEeIJVI-rvEiMpVUMf6G/s1600/blogjamur.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj044zwFMaDlEilApC8ByLkvZRebpZapdVXV7EvXMaTFn7fb9yVrzC3U5YGb8O5g6loAg58TShQUAZTU5BKoef2HmpdKsXDk7e2Fo9MTFm4aO7smvozBLmY74rvKEeIJVI-rvEiMpVUMf6G/s1600/blogjamur.jpg" /></a>Sterilisasi baglog dilakukan dengan cara memasukkan baglog ke dallam autoclave atau pemanas/steamer dengan suhu 121 derajat C selama 15 menit. Untuk mengganti penggunaan autoclave atau streamer, dapat menggunakan drum dengan kapasitas besar atau mampu menampung sekitar 50 baglog dan dipanasi di atas kompor minyak atau dapat juga menggunakan oven.<br />
<br />
Memang, sterilisasi baglog menggunakan drum memakan waktu lebih lama, yaitu sekitar 8 jam, tetapi dianggap lebih menghemat biaya.
Se</div>
<div style="text-align: justify;">
telah proses sterilisasi selesai, baglog kemudian didinginkan, yakni dengan mematikan alat sterilisasi dan membiarkan suhunya turun sedikit demi sedikit. Setelah proses pendinginan, baru kemudian dilakukan penanaman bibit jamur. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<b>PENANAMAN DAN PEMELIHARAAN JAMUR TIRAM </b></div>
<div style="text-align: justify;">
Salah satu penentu keberhasilan budidaya jamur tiram adalah kebersihan dalam melakukan proses budidayanya, baik kebersihan tempat, alat, maupun pekerjanya. Hal ini karena kebersihan adalah hal yang mutlak harus dipenuhi. Untuk itu, tempat untuk penanaman sebaiknya harus dibersihkan dahulu dengan sapu, lantai dan dindingnya dibersihkan menggunakan disinfektan. Alat yang digunakan untuk menanam juga harus disterilisasi menggunakan alkohol dan dipanaskan di atas api lilin. Selain itu, selama melakukan penanaman para pekerja juga idealnya menggunakan masker.<br />
<br />
Hal ini bertujuan untuk memperkecil terjadinya kontaminasi.
Dalam budidaya jamur tiram hal yang juga harus diperhatikan adalah menjaga suhu dan kelembaban ruang agar tetap pada standar yang dibutuhkan. Jika cuaca lebih kering, panas, atau berangin, tentu akan mempengaruhi suhu dan kelembaban dalam kumbung sehingga air cepat menguap. Bila demikian, sebaiknya frekuensi penyiraman ditingkatkan. Jika suhu terlalu tinggi dan kelembaban kurang, bisa membuat tubuh jamur sulit tumbuh atau bahkan tidak tumbuh. Oleh karena itu, atur juga sirkulasi udara di dalam kumbung agar jamur tidak cepat layu dan mati. Pengaturan sirkulasi dapat dilakukan dengan cara menutup sebagian lubang sirkulasi ketika angin sedang kencang. Sirkulasi dapat dibuka semua ketika angin sedang dalam kecepatan normal. Namun, yang terpenting adalah jangan sampai jamur kekurangan udara segar.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<b>PENGENDALIAN HAMA PENYAKIT PADA BUDIDAYA JAMUR TIRAM </b></div>
<div style="text-align: justify;">
Selain pemeliharaan baglog, dalam budidaya jamur tiram juga perlu dilakukan perawatan untuk mencegah atau mengendalikan hama dan penyakit yang mungkin bisa menyerang jamur tiram. Hama dan penyakit yang menyerang jamur tiram tentu dipengaruhi oleh keadaan lingkungan maupun jamur itu sendiri. Sehingga antara tempat budidaya yang satu dan yang lain, serangan hama penyakit kemungkinan dapat berbeda-beda. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<b>HAMA PENYAKIT JAMUR TIRAM </b></div>
<div style="text-align: justify;">
<b>Ulat </b><br />
Ulat merupakan hama yang paling banyak ditemui dalam budidaya jamur tiram. Ada tiga faktor penyebab kemunculan hama ini yaitu faktor kelembaban, kotoran dari sisa pangkal/bonggol atau tangkai jamur dan jamur yang tidak terpanen, serta lingkungan yang tida bersih.
Hama ulat muncul ketika kelembaban udara berlebihan. Oleh sebab itu, hama ulat sering dijumpai ketika musim hujan. Pencegahan menjadi solusi terbaik untuk mengatasi hama ini adalah dengan mengatur sirkulasi udara.<br />
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEipSD63-s9NiNzAAO1-b5y3Cd8pHnKi9hRATCBvqyYgQIfl-5av9P5GSNUnWJf8FTjF4vQ90YtndBJvHZ86YSg4Bd0bWxAo9nx0J4gQDihF9Wz9FvAazWB299ZPA9S_sJlRklt5BJ8_cLxg/s1600/hama+jamur.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEipSD63-s9NiNzAAO1-b5y3Cd8pHnKi9hRATCBvqyYgQIfl-5av9P5GSNUnWJf8FTjF4vQ90YtndBJvHZ86YSg4Bd0bWxAo9nx0J4gQDihF9Wz9FvAazWB299ZPA9S_sJlRklt5BJ8_cLxg/s1600/hama+jamur.jpg" width="320" /></a>Caranya dengan membuka lubang sirkulasi dan untuk sementara proses penyiraman keumbung dihentikan.
Pangkal jamur yang tertinggal di baglog saat pemanenan dapat menimbulkan binatang kecil seperti kepik. Kepik inilah yang menjadi penyebab munculnya hama ulat. Sementara jamur yang tidak terpanen kemungkinan terjadi karena jamur tidak muncul keluar sehingga luput saat pemanenan dan menjadi busuk. Hal ini menyebabkan munculnya ulat.<br />
Sebaiknya, ketika melakukan pemanenan baglog telah dipastikan kebersihannya sehingga tidak ada pangkal atau batang dan jamur yang tidak terpanen.
Ulat bisa saja muncul karena rumah kumbung ataupun sekitar kumbung tidak berseih. Misalnya adanya kandang ternak atau tanaman di sekitar rumah kumbung.
Untuk mencegah dan mengatasi serangan hama ulat, lakukan pembersihan rumah kumbung dan sekitar rumah kumbung dengan melakukan penyemprotan formalin.<br />
<br />
<b>Semut, Laba-laba, dan Kleket (sejenis moluska)</b><br />
Secara mekanis hama semut dan laba-laba dapat diatasi dengan membongkar sarangnya dan menyiramnya dengan minyak tanah. Sedangkan secara kemis hama tersebut dapat dikendalikan dengan penyemprotan insektisida. Cara ini merupakan cara terakhir dan usahakan untuk menghindari penggunaan insektisida jika serangan tidak parah karena produk jamur merupakan produk organik.<br />
Keuntungan jika pemberantasan hama serangga dilakukan dengan cara mekanis antara lain, dapat memangkas biaya selama perawatan dan juga ramah lingkungan. Sementara itu hama kleket kerap dijumpai pada mulut baglog. Untuk mengendalikannya juga dilakukan dengan cara mekanis, yaitu mengambilnya dengan tangan. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<b>TUMBUHNYA CENDAWAN ATAU JAMUR LAIN </b></div>
<div style="text-align: justify;">
Jamur lain yang kerap mengganggu jamur tiram adalah Mucor sp., Rhizopus sp., Penicillium sp., dan Aspergillus sp. pada substrat atau baglog. Serangan jamur-jamur tersebut bersifat p</div>
<div style="text-align: justify;">
atogen yang ditandai dengan timbulnya miselium berwarna hitam, kuning, hijau, dan timbulnya lendir pada substrat. Miselium-miselium tersebut mengakibatkan pertumbuhan jamur tiram terhambat atau bahkan tidak tumbuh sama sekali.<br />
Penyakit ini dapat disebabkan karena lingkungan dan peralatan saat pembuatan media penanaman kurang bersih atau karena lingkungan kumbung yang terlalu lembab. Untuk mengatasi penyakit ini, lingkungan dan peralatan ketika pembuatan media dan penanaman perlu dijaga kebersihannya. Kelembaban di dalam kumbung juga diatur agar tidak berlebihan. Penyakit ini dapat menyerang baglog yang sudah dibuka ataupun masih tertutup. Jika baglog sudah terserang maka harus segera dilakukan pemusnahan dengan cara dikeluarkan dari kumbung kemudian dibakar.<br />
Tangkai Memanjang
Penyakit ini merupakan penyakit fisiologis yang ditandai dengan tangkai jamur memanjang dengan tubuh jamur kecil tidak dapat berkembang maksimal. Penyakit tangkai memanjang disebabkan karena kelebihan CO2 akibat ventilasi udara yang kurang sempurna. Agar tidak terserang penyakit ini harus dilakukan pengaturan ventilasi dalam kumbung seoptimal mungkin. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<b>PANEN DAN PASCA PANEN</b></div>
<div style="text-align: justify;">
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiuVZ1NDs2lTv_nbrPtN1tvVljvOXxeWoTnk8VLiI4AHKhEgqTRpMOoAnikoef_vSvmYuaWi3M0qoGzdf5SthavC6MTW2LAmjT_1lNvpDqdAX1Vyw9kUMNQ3TE6EoqA9ffZAqR2ept4Xi3K/s1600/jamurin.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="239" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiuVZ1NDs2lTv_nbrPtN1tvVljvOXxeWoTnk8VLiI4AHKhEgqTRpMOoAnikoef_vSvmYuaWi3M0qoGzdf5SthavC6MTW2LAmjT_1lNvpDqdAX1Vyw9kUMNQ3TE6EoqA9ffZAqR2ept4Xi3K/s1600/jamurin.jpg" width="320" /></a></div>
Pemanenan merupakan kegiatan budidaya yang selalu dinantikan oleh pelaku usaha. Untuk mendapatkan hasil yang optimal maka penanaman selama panen dan pasca panen harus dilakukan dengan baik.
Waktu dan Cara Panen Jamur Tiram
Jamur tiram termasuk jenis tanaman budidaya yang memiliki masa panen cukup cepat. Panen jamur tiram dapat dilakukan dalam jangka waktu 4o hari setelah pembibitan atau setelah tubuh buah berkembang maksimal, yaitu sekitar 2-3 minggu setelah tubuh buah terbentuk. Perkembangan tubuh buah jamur tiram yang maksimal ditandai pula dengan meruncngnya bagian tepi jamur. Kriteria jamur yang layak untuk dipanen adalah jamur yang berukuran <br />
<br />
<br />
cukup besar dan bertepi runcing tetapi belum mekar penuh atau belum pecah. Jamur dengan kondisi demikian tidak mudah rusak jika dipanen.<br />
<b>Ada beberapa persyaratan</b> yang harus dipenuhi ketika produk dipasarkan, misalnya keseragaman berat dan ukuran jamur tiram.
Penanganan Pasca Panen Jamur Tiram
Penanganan yang dilakukan usai pemanenan jamur tiram bertujuan untuk menciptakan hasil akhir yang berkualitas sehingga sesuai dengan permintaan pasar. Berikut beberapa tahapan agar produk jamur tiram yang dihasilkan berkualitas baik.
Penyortiran
Jamur yang telah dipanen harus segera dicuci dengan air bersih, kemudian bagian tubuh buahnya dipisahkan deri pangkalnya.<br />
<b>Proses pencucian dan pemisahan</b> ini penting untuk dilakukan karena bila selama proses budidaya petani menggunakan pestisida, biasaya racun pestisida akan mengendap pada bagian pangkal dan masih memungkinkan terdapat residu yang tertinggal pada tubuh buah. Setelah diyakini kebersihannya, proses sortasi dilakukan untuk mengelompokkan jamur tiram berdasarkan bentuk dan ukurannya. Hal ini bertujuan untuk memperoleh hasil yang seragam sehingga akan menarik minat konsumen saat dipasarkan.<br />
<b>Pengemasan dan Transportasi</b> Hasil Panen Jamur Tiram
Pengemasan jamur tiram segar biasanya menggunakan plastik kedap udara. Semakin sedikit udara yang ada di dalam plastik, jamur tiram semakin tahan lama untuk disimpan. Namun, idealnya penyimpanan dengan plastik kedap udara hanya dapat mempertahankan kesegaran jamur tiram selama 2-4 hari. Oleh karena itu, agar jamur tiram segar yang dijual tetap dalam kondisi baik, proses pengangkutan/transportasi tidak boleh terlalu lama dari proses pengemasannya. Seandainya jarak pengangkutan cukup jauh, sebaiknya alat transportasi dilengkapi dengan ruangan berpendingin.<br />
<br />
<i>sumber:http://penjagagunung.wordpress.com/2013/05/30/teknik-dan-cara-budidaya-jamur-tiram/ </i></div>
andiarbeta.blogspot.comhttp://www.blogger.com/profile/13079298858568003634noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-2139953170791641524.post-36731537041573627872013-03-02T00:37:00.000+07:002018-10-10T10:39:18.963+07:00Budidaya Tanam Padi<br />
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 15.5pt;">PENDAHULUAN</span><span style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 12pt;"> </span></div>
<div style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 12pt; text-align: justify;">
<span style="font-size: 12pt;">Dalam rangka upaya peningkatan produksi
tanaman padi sawah melalui cara dan dikerjakan dengan cara sebaik - baiknya dan
agar supaya dapat meningkatkan mutu tanaman padi sawah</span></div>
<div style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 12pt; text-align: justify;">
<span style="font-size: 12pt;">dan agar dapat tubuh dan perkembangan
tanaman yang baik dan memperoleh hasil yang tinggi</span></div>
<div style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 12pt; text-align: justify;">
<span style="font-size: 12pt;">kita harus memperhatikan hal - hal
berikut ini seperti yang di lakukan di daerah gresik bagian barat yang memakai
sietem musiman.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "times new roman" , serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 21px;"><br /></span></div>
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 13.0pt;"></span><br />
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 13.0pt;"><span style="font-size: 13pt;">1</span><span style="font-size: 15.5pt;">.</span><span style="font-size: 13pt;">MEMILIH VARITAS atau PADI UNGGUL</span></span></div>
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 13.0pt;">
</span>
<br />
<div style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 12pt; text-align: justify;">
<span style="font-size: 12pt;">Diusahakan kita memilih bibit padi yang
bersertifikat atau sudah resmi dari pemerintah</span></div>
<div style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 12pt; text-align: justify;">
<span style="font-size: 12pt;">dan setelah padi di dapat lebih baik
direndam selama satu sampai lima ban air rendaman diganti sati hari sekali .</span></div>
<div style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 12pt; text-align: justify;">
<span style="font-size: 12pt;">ini contoh padi yang bersertifikat :
padi CIHERANG dan padi CIBOGA .</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "times new roman" , serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<span style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 12pt;"></span><br />
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 12pt;"><span style="font-size: 12pt;">2. PERSEMAIAN</span></span></div>
<span style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 12pt;">
</span>
<span style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 12pt;"></span><br />
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 12pt;"><span style="font-size: 12pt;">Pembuatan persemaian harus di pilih
lokasi yang aman dari serangan tikus dan mudah kita kontrol setiap hari . luas
persemaian 4% dari luas areal yang akan ditanami . tanaman padi yang akan di
buat persemaian kira-kira umur 23 sampai 26 hari dan sudah bisa ditanam dilahan
sawah .</span></span></div>
<span style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 12pt;">
</span>
<br />
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<span style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 12pt;"></span><br />
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 12pt;"><span style="font-size: 12pt;">3. PENGOLAHAN TANAH</span></span></div>
<span style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 12pt;">
</span>
<span style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 12pt;"></span><br />
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 12pt;"><span style="font-size: 12pt;">Pengolahan tanah harus sempurna,
sebelum di bajak tirlebih dahulu di genangi air sesudah di genangi air lalu di
bajak dengan menggunakan mesin pembajak sawah atau bisa juga dengan kerbau .</span></span></div>
<span style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 12pt;">
</span>
<br />
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<span style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 12pt;"></span><br />
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 12pt;"><span style="font-size: 12pt;">4. TANAMAN PADI</span></span></div>
<span style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 12pt;">
</span>
<span style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 12pt;"></span><br />
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 12pt;"><span style="font-size: 12pt;">Jarak tanaman diatur garis lurus dengan
jarak 20 kali 20 . tiap lubang ditanami 2 sampai 3 saja .</span></span></div>
<span style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 12pt;">
</span>
<br />
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<span style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 12pt;"></span><br />
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 12pt;"><span style="font-size: 12pt;">5. PEMUPUKAN </span></span></div>
<span style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 12pt;">
</span>
<span style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 12pt;"></span><br />
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 12pt;"><span style="font-size: 12pt;">di bawah ini Macam - macam pupuk yang
digunakan dalam budi daya padi.</span></span></div>
<span style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 12pt;">
</span>
<br />
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<span style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 12pt;"></span><br />
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 12pt;"><span style="font-size: 12pt;">A.PUPUK ORGANIK</span></span></div>
<span style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 12pt;">
</span>
<span style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 12pt;"></span><br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<span style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 12pt;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg5_lIVYRGVXkFwX2VfRu_DawR0BkkuDqQwgsQMGL3TyowbuzGxo9W1GZmUsbn-OZUAdpL4q7nEhSBfkIn573RBxAavegbrGIFjOS49IW1gp9gHA9anPCTFzm6KFR_PKONT47FZlHMZ8RQ0/s1600/2207962_petro_4.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="200" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg5_lIVYRGVXkFwX2VfRu_DawR0BkkuDqQwgsQMGL3TyowbuzGxo9W1GZmUsbn-OZUAdpL4q7nEhSBfkIn573RBxAavegbrGIFjOS49IW1gp9gHA9anPCTFzm6KFR_PKONT47FZlHMZ8RQ0/s200/2207962_petro_4.jpg" width="135" /></a></span></div>
<span style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 12pt;">
</span>
<br />
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 12pt;"><span style="font-size: 12pt;">pupuk ini digunakan untuk memperbaiki fisik
kesuburan tanah.</span></span></div>
<span style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 12pt;">
</span>
<br />
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<span style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 12pt;"></span><br />
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 12pt;"><span style="font-size: 12pt;"><br /></span></span></div>
<span style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 12pt;">
</span>
<br />
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 12pt;"><span style="font-size: 12pt;"><br /></span></span></div>
<span style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 12pt;">
</span>
<br />
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 12pt;"><span style="font-size: 12pt;"><br /></span></span></div>
<span style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 12pt;">
</span>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 12pt;"><span style="font-size: 12pt;"><br /></span></span></div>
<span style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 12pt;">
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: 12pt;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: 12pt;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: 12pt;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: 12pt;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: 12pt;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: 12pt;">B.pupuk N (niteogen) / NPK</span></div>
</span><span style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 12pt;"><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgOc4vwFWxJCQvUb0cmH73uX85dg2SKdQk559NCt7Ce4D2bc7QbqXWgPUJH439CFCfr9MMeEKKCnJkCQTTlfsqi-iHcm5rBNXeuVQC2vXKQCt7j1IjbJa0o2C_IFo6Q9VGcJyuSEpoL8VIp/s1600/2207962_petro_2.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="200" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgOc4vwFWxJCQvUb0cmH73uX85dg2SKdQk559NCt7Ce4D2bc7QbqXWgPUJH439CFCfr9MMeEKKCnJkCQTTlfsqi-iHcm5rBNXeuVQC2vXKQCt7j1IjbJa0o2C_IFo6Q9VGcJyuSEpoL8VIp/s200/2207962_petro_2.jpg" width="130" /></a></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: 12pt;">Pupuk ini berfungsi untuk merangsang pertumbuan tanaman secara keseluruan dan
kususnya batang , cabang , dan daun serta membantu menghijaukan daun dengan
sempurna dan juga membantu fotosintesis.</span></div>
</span>
<br />
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<span style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 12pt;"></span><br />
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 12pt;"><span style="font-size: 12pt;"><br /></span></span></div>
<span style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 12pt;">
</span>
<br />
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 12pt;"><span style="font-size: 12pt;"><br /></span></span></div>
<span style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 12pt;">
</span>
<br />
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 12pt;"><span style="font-size: 12pt;"><br /></span></span></div>
<span style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 12pt;">
</span>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 12pt;"><span style="font-size: 12pt;"><br /></span></span></div>
<span style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 12pt;">
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: 12pt;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: 12pt;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: 12pt;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: 12pt;">C.PUPUK </span><span style="font-size: 15.5pt;">SP</span><span style="font-size: 13pt;">36</span></div>
</span><br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg9JoQNAMpkE-CbAWIMnOvADQrig-7fh4ILUAgC1DB79aRl3DJa1I77IAPdiygdtAN5YpXLVBVHPiq9r_TfukPwts-omggaBhCxfErRSvBmOZ1NvXwEoREWOwPx2xMNKEVodcUPn075z238/s1600/2207962_petro_5.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="200" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg9JoQNAMpkE-CbAWIMnOvADQrig-7fh4ILUAgC1DB79aRl3DJa1I77IAPdiygdtAN5YpXLVBVHPiq9r_TfukPwts-omggaBhCxfErRSvBmOZ1NvXwEoREWOwPx2xMNKEVodcUPn075z238/s200/2207962_petro_5.jpg" width="115" /></a></div>
<div style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 13pt; text-align: justify;">
<span style="font-size: 13pt;">Yang berfungsi untuk pertumbuan akar kususnya tanaman muda dan dapat membanta
asimilasi dan pernafasan serta mempercepat pembungaan dan memasakan buah .</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 17px;"><br /></span></div>
<span style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 13pt;"></span><br />
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 13pt;"><span style="font-size: 13pt;"><br /></span></span></div>
<span style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 13pt;">
</span>
<br />
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 13pt;"><span style="font-size: 13pt;"><br /></span></span></div>
<span style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 13pt;">
</span>
<br />
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 13pt;"><span style="font-size: 13pt;"><br /></span></span></div>
<span style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 13pt;">
</span>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 13pt;"><span style="font-size: 13pt;"><br /></span></span></div>
<span style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 13pt;">
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: 13pt;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: 13pt;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: 13pt;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: 13pt;">D.PUPUK ORGANIK CAIR atau POC</span></div>
</span><span style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 13pt;"><div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: 13pt;">Gunanya untuk menambah unsur - unsur mikro dan sesuai dengan tanaman padi .</span></div>
</span>
<br />
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<span style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 13pt;"></span><br />
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 13pt;"><span style="font-size: 13pt;">E.PUPUK KCL atau PUPUK KALIUM</span></span></div>
<span style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 13pt;">
</span><span style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 13pt;"></span>
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<span style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 13pt;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgrxNyL1FCmV4__RCd1zWqc_ijACEGuHIz2QHmoqEmXBEEzf3qSecoblJQNWg4lQoRYebHSZw6JdvIN7M77i8E0-fq3M2WT_uBS0ZItArfR88oKUMMeO0QHN0KlnN0WEMunUBoLCIvUNHJB/s1600/2207962_petro.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgrxNyL1FCmV4__RCd1zWqc_ijACEGuHIz2QHmoqEmXBEEzf3qSecoblJQNWg4lQoRYebHSZw6JdvIN7M77i8E0-fq3M2WT_uBS0ZItArfR88oKUMMeO0QHN0KlnN0WEMunUBoLCIvUNHJB/s1600/2207962_petro.jpg" /></a></span></div>
<span style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 13pt;">
</span>
<br />
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 13pt;"><span style="font-size: 13pt;">Berfungsi untuk memperkuat tanaman agar daun,bunga,dan buah tidak mudah gugur,
juga menjadikan tanaman lebih tahan terhadap kekeringan dan pemasakan buah .</span></span></div>
<span style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 13pt;">
</span>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 13pt;"><span style="font-size: 13pt;"><br /></span></span></div>
<span style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 13pt;">
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: 13pt;"><br /></span></div>
</span>
<br />
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 13pt;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 13pt;">6. JUMLAH PUPUK DAN WAKTUNYA</span></div>
<span style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 13pt;"></span><br />
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 13pt;"><span style="font-size: 13pt;">Cara - cara mengatur komposisi yang benar.</span></span></div>
<span style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 13pt;">
</span>
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<span style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 13pt;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjmfW7aOifgVLZ5wz_G_X_VowgazMRsu9eYwIWuYhYE5xEJa7SYgkiPofky4d5_2rK7_P1fow03gjgXYrLQTjR-7js0aUOTRbWnC8I1pJKw_WyiNrpfLdE_5TkHp1fKJdREaA0VoO0bf-S8/s1600/2207962_petro_3.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="200" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjmfW7aOifgVLZ5wz_G_X_VowgazMRsu9eYwIWuYhYE5xEJa7SYgkiPofky4d5_2rK7_P1fow03gjgXYrLQTjR-7js0aUOTRbWnC8I1pJKw_WyiNrpfLdE_5TkHp1fKJdREaA0VoO0bf-S8/s200/2207962_petro_3.jpg" width="133" /></a></span></div>
<span style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 13pt;">
</span>
<br />
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 13pt;"><span style="font-size: 13pt;"><br /></span></span></div>
<span style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 13pt;">
</span>
<br />
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 13pt;">A.Pupuk DASAR UREA 100kg/hektar SP36 100kg/hektar , waktunya diberikan 1 hari
sebelum tanam .</span></div>
<br />
<div class="MsoNormal">
</div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 17px; line-height: 19px;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 17px; line-height: 19px;"><br /></span></div>
<span style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 13pt; line-height: 115%;"></span><br />
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 13pt; line-height: 115%;"><span style="font-size: 13pt; line-height: 115%;">B.Pemupukan ke 2 UREA 100kg/hektar , waktunya 15 hari sesudah tanam , dengan
cara di semprotkan .</span></span></div>
<span style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 13pt; line-height: 115%;">
</span>
<br />
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "times new roman" , serif; line-height: 18px;"><br /></span></div>
<div style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 13pt; line-height: 115%; text-align: justify;">
<span style="font-size: 13pt; line-height: 115%;">C.Pemupuken
ke 3 UREA 100kg/hektar , waktunya padi berusia 45 tahun setelsh tanam ,dan cara
di semprotkan ke tanaman .</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 17px; line-height: 19px;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<span style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 13pt; line-height: 115%;"></span><br />
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 13pt; line-height: 115%;"><span style="font-size: 13pt; line-height: 115%;">7.PEMBERIAN AIR</span></span></div>
<span style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 13pt; line-height: 115%;">
</span><span style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 13pt; line-height: 115%;"></span>
<br />
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 13pt; line-height: 115%;"><span style="font-size: 13pt; line-height: 115%;">Pemberian air tanaman harus umur 0 sampai 10 hari dan minimal padi setinggi 5cm
(genangan air), umur 10 sampai 35 hari setinggi 10cm ,umur 40 sampai 100 hari
setinggi 10cm . tanaman padi pada umur 110 hari air dibuang atau di keringkan .</span></span></div>
<span style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 13pt; line-height: 115%;">
</span>
<br />
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<span style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 13pt; line-height: 115%;"></span><br />
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 13pt; line-height: 115%;"><span style="font-size: 13pt; line-height: 115%;">8. PENGENDALIAN HAMA dan PENYAKIT</span></span></div>
<span style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 13pt; line-height: 115%;">
</span><span style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 13pt; line-height: 115%;"></span>
<br />
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 13pt; line-height: 115%;"><span style="font-size: 13pt; line-height: 115%;">Hama yang perlu di waspadai adalah</span></span></div>
<span style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 13pt; line-height: 115%;">
</span><span style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 13pt; line-height: 115%;"></span>
<br />
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 13pt; line-height: 115%;"><span style="font-size: 13pt; line-height: 115%;">tikus,wereng,sundep,dan harus di adakan pengendalian atau pemberantasan dan apa
bila ada serangan sebaiknya di semprot dengan insektisida dan kalau tidak ada
tidak perlu .</span></span></div>
<span style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 13pt; line-height: 115%;">
</span>
<br />
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "times new roman" , serif; line-height: 18px;"><br /></span></div>
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 13.0pt; line-height: 115%;"></span><br />
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 13.0pt; line-height: 115%;"><span style="font-size: 13pt; line-height: 115%;">9.PANEN</span></span></div>
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 13.0pt; line-height: 115%;">
</span>
<br />
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 13.0pt; line-height: 115%;"><span style="font-size: 13pt; line-height: 115%;">Panen di lakukan pada saat tanaman padi sudah umur 130 hari atau sudah 90%
menguning,</span><span style="font-size: 13pt; line-height: 115%;">cara memanen dengan alat sabit kemudian alas untuk memotong batang padi dan
kemudian di tumpuk setelah di tumpuk padi di rontokan dengan alat perontok yang
namanya doser alau sudah di rontokan di bawapulang dan di jemur di bawah terik
matahari kalau sudah menguning dikemas dalam karung dan terus dijual di
pengepul .</span></span></div>
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 13.0pt; line-height: 115%;">
</span>
<br />
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "times new roman" , serif; line-height: 18px;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 17.0pt; line-height: 115%;"></span><br />
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 17.0pt; line-height: 115%;"><span style="font-size: 17pt; line-height: 115%;">PENUTUP</span></span></div>
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 17.0pt; line-height: 115%;">
</span><span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 13.0pt; line-height: 115%;"></span>
<br />
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 13.0pt; line-height: 115%;"><span style="font-size: 13pt; line-height: 115%;">Dengan teknologi seperti terturai diatas produktivitas usaha tani padi pastikan
berhasil dengan baik dan sukses dalam rangka peningkatan produk padi indonesia
dan pemerintah tidak lagi eksport beras dari negara tetangga.</span></span></div>
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 13.0pt; line-height: 115%;">
</span>andiarbeta.blogspot.comhttp://www.blogger.com/profile/13079298858568003634noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2139953170791641524.post-42050064936485137102013-02-15T10:00:00.000+07:002014-01-19T14:20:02.651+07:00Legenda Sejarah Hari Valentine<div style="text-align: justify;">
<!--[if gte mso 9]><xml>
<w:WordDocument>
<w:View>Normal</w:View>
<w:Zoom>0</w:Zoom>
<w:TrackMoves/>
<w:TrackFormatting/>
<w:PunctuationKerning/>
<w:ValidateAgainstSchemas/>
<w:SaveIfXMLInvalid>false</w:SaveIfXMLInvalid>
<w:IgnoreMixedContent>false</w:IgnoreMixedContent>
<w:AlwaysShowPlaceholderText>false</w:AlwaysShowPlaceholderText>
<w:DoNotPromoteQF/>
<w:LidThemeOther>EN-US</w:LidThemeOther>
<w:LidThemeAsian>X-NONE</w:LidThemeAsian>
<w:LidThemeComplexScript>X-NONE</w:LidThemeComplexScript>
<w:Compatibility>
<w:BreakWrappedTables/>
<w:SnapToGridInCell/>
<w:WrapTextWithPunct/>
<w:UseAsianBreakRules/>
<w:DontGrowAutofit/>
<w:SplitPgBreakAndParaMark/>
<w:DontVertAlignCellWithSp/>
<w:DontBreakConstrainedForcedTables/>
<w:DontVertAlignInTxbx/>
<w:Word11KerningPairs/>
<w:CachedColBalance/>
</w:Compatibility>
<w:BrowserLevel>MicrosoftInternetExplorer4</w:BrowserLevel>
<m:mathPr>
<m:mathFont m:val="Cambria Math"/>
<m:brkBin m:val="before"/>
<m:brkBinSub m:val="--"/>
<m:smallFrac m:val="off"/>
<m:dispDef/>
<m:lMargin m:val="0"/>
<m:rMargin m:val="0"/>
<m:defJc m:val="centerGroup"/>
<m:wrapIndent m:val="1440"/>
<m:intLim m:val="subSup"/>
<m:naryLim m:val="undOvr"/>
</m:mathPr></w:WordDocument>
</xml><![endif]--></div>
<div style="text-align: justify;">
<!--[if gte mso 9]><xml>
<w:LatentStyles DefLockedState="false" DefUnhideWhenUsed="true"
DefSemiHidden="true" DefQFormat="false" DefPriority="99"
LatentStyleCount="267">
<w:LsdException Locked="false" Priority="0" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Normal"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="heading 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 7"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 8"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 9"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 7"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 8"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 9"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="35" QFormat="true" Name="caption"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="10" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Title"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="1" Name="Default Paragraph Font"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="11" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Subtitle"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="22" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Strong"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="20" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Emphasis"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="59" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Table Grid"/>
<w:LsdException Locked="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Placeholder Text"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="1" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="No Spacing"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Revision"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="34" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="List Paragraph"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="29" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Quote"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="30" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Intense Quote"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="19" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Subtle Emphasis"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="21" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Intense Emphasis"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="31" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Subtle Reference"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="32" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Intense Reference"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="33" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Book Title"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="37" Name="Bibliography"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" QFormat="true" Name="TOC Heading"/>
</w:LatentStyles>
</xml><![endif]--><b style="mso-bidi-font-weight: normal;"><span style="font-family: "Calibri","sans-serif"; font-size: 11.0pt; line-height: 115%; mso-ansi-language: EN-US; mso-ascii-theme-font: minor-latin; mso-bidi-font-family: "Times New Roman"; mso-bidi-language: AR-SA; mso-bidi-theme-font: minor-bidi; mso-fareast-font-family: Calibri; mso-fareast-language: EN-US; mso-fareast-theme-font: minor-latin; mso-hansi-theme-font: minor-latin;">Legenda St Valentine </span></b></div>
<div style="text-align: justify;">
<b style="mso-bidi-font-weight: normal;"><span style="font-family: "Calibri","sans-serif"; font-size: 11.0pt; line-height: 115%; mso-ansi-language: EN-US; mso-ascii-theme-font: minor-latin; mso-bidi-font-family: "Times New Roman"; mso-bidi-language: AR-SA; mso-bidi-theme-font: minor-bidi; mso-fareast-font-family: Calibri; mso-fareast-language: EN-US; mso-fareast-theme-font: minor-latin; mso-hansi-theme-font: minor-latin;"></span></b> </div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhUQyz5rhapUvvPmQZiy5Fc0B40GCLwQS8u0AfFNPq1VU4dr9Pfnq-RTHw-YdI2rydz_0dbd2SPlHpFJY6ABmOeobu7eA_PztLFUn4FP4winMNOp1duTuHDn1LIvh7VzKbD0VsXfDZNRDFx/s1600/index.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhUQyz5rhapUvvPmQZiy5Fc0B40GCLwQS8u0AfFNPq1VU4dr9Pfnq-RTHw-YdI2rydz_0dbd2SPlHpFJY6ABmOeobu7eA_PztLFUn4FP4winMNOp1duTuHDn1LIvh7VzKbD0VsXfDZNRDFx/s1600/index.jpg" height="193" width="188" /></a></div>
<div style="text-align: justify;">
kisah Santa pelindung--adalah diselimuti misteri. Kita tahu bahwa Februari telah lama dirayakan sebagai bulan cinta, dan bahwa St Valentine's Day, seperti yang kita kenal hari ini, berisi sisa-sisa tradisi Romawi kuno dan Kristen. Tapi yang Saint Valentine, dan bagaimana ia menjadi terkait dengan upacara kuno ini?
Gereja Katolik mengakui setidaknya tiga berbeda Suci bernama Valentine atau Valentinus, semuanya menjadi martir.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Satu legenda berpendapat bahwa Valentine adalah seorang pendeta yang disajikan selama abad ketiga di Roma. Ketika Kaisar Claudius II memutuskan bahwa pria lajang membuat tentara lebih baik dibandingkan dengan istri dan keluarga mereka, ia melarang perkawinan untuk pemuda.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Valentine, menyadari ketidakadilan keputusan, menantang Claudius dan terus melakukan pernikahan untuk pecinta muda secara rahasia. Ketika tindakan Valentine ditemukan, Claudius memerintahkan bahwa ia dihukum mati.
Cerita-cerita lainnya menyarankan bahwa Valentine mungkin telah dibunuh untuk mencoba untuk membantu orang Kristen melarikan diri keras Romawi penjara, dimana mereka sering dipukuli dan disiksa. Menurut salah satu legenda, Valentine dipenjara sebenarnya dikirim pertama 'valentine' Salam dirinya setelah ia jatuh cinta dengan seorang gadis - mungkin jailor nya putri--yang mengunjunginya selama kurungan nya. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Sebelum kematiannya, ia dikatakan bahwa dia menulis surat ditandatangani 'dari Anda Valentine,' ekspresi yang masih digunakan hari ini. Meskipun kebenaran di balik legenda Valentine keruh, cerita-cerita yang menekankan banding sebagai heroik simpatik, dan - yang paling penting - figur romantis. Pertengahan, mungkin berkat reputasi ini, Valentine akan menjadi salah satu dari orang-orang kudus yang paling populer di Inggris dan Perancis. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<b>Asal-usul hari Valentine:</b> </div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgN4yosoidGDrA3aAj23-jgqhSGDId-POklSLyPfsrnIzJw2yO647u5nEP4fkZ6_kdbS-GvJ8F8_GqwXrs3IoVE6-TwXMxLbHNWz528ywn3H19UhJzV7exPBffIZs6UzL2V-318IyzoMzhV/s1600/valentine.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgN4yosoidGDrA3aAj23-jgqhSGDId-POklSLyPfsrnIzJw2yO647u5nEP4fkZ6_kdbS-GvJ8F8_GqwXrs3IoVE6-TwXMxLbHNWz528ywn3H19UhJzV7exPBffIZs6UzL2V-318IyzoMzhV/s1600/valentine.jpg" height="105" width="320" /></a></div>
<div style="text-align: justify;">
A Pagan Festival pada bulan Februari sementara beberapa percaya bahwa hari Valentine dirayakan pada pertengahan bulan Februari untuk memperingati ulang tahun kematian atau penguburan--yang mungkin terjadi di sekitar A.D. 270--lain mengklaim bahwa gereja Kristen telah memutuskan untuk menempatkan hari Raya St Valentine di tengah Februari dalam upaya untuk 'Christianize' perayaan pagan Lupercalia Valentine.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Dirayakan pada para ides Februari, atau tanggal 15 Februari, Lupercalia adalah sebuah festival kesuburan yang didedikasikan kepada Faunus, Tuhan pertanian Romawi, serta pendiri Romawi Romulus dan Remus.
Untuk memulai festival, anggota Luperci, urutan paderi Rom, berkumpul di sebuah gua Suci yang mana bayi Romulus dan Remus, pendiri Roma, yang diyakini telah dirawat oleh serigala betina atau lupa. Imam-imam akan mengorbankan anak kambing untuk kesuburan, dan anjing, untuk pemurnian. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Mereka kemudian akan strip Sembunyikan kambing ke strip, celupkan ke dalam darah korban dan turun ke jalan, lembut menampar kedua wanita dan menyembunyikan ladang dengan kambing. Jauh dari menjadi takut, Romawi perempuan menyambut sentuhan menyembunyikan karena dipercaya untuk membuat mereka lebih subur di tahun mendatang. Kemudian pada hari, menurut legenda, semua wanita muda di kota akan menempatkan nama mereka di guci besar. Sarjana di kota masing-masing akan memilih nama dan menjadi dipasangkan untuk tahun dengan wanita pilihan Nya. Pertandingan ini sering berakhir dalam perkawinan. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<b>Hari Valentine: </b> </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhObB76jcfeZJiRWJF2-9nJA7Gxwx2PcmG3n-fLTvVZ8oZi9y3eEOdG-115URKt5hIZvURq-eBSAedrvfCxnnV8ronEOSsFSgWYdT5-zwq_hTu9KeHCXGbpSJ4uBSjEfP2AbYoRYpQtKJk9/s1600/valentin.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhObB76jcfeZJiRWJF2-9nJA7Gxwx2PcmG3n-fLTvVZ8oZi9y3eEOdG-115URKt5hIZvURq-eBSAedrvfCxnnV8ronEOSsFSgWYdT5-zwq_hTu9KeHCXGbpSJ4uBSjEfP2AbYoRYpQtKJk9/s1600/valentin.jpg" height="141" width="200" /></a></div>
<div style="text-align: justify;">
Selamat hari Romance Lupercalia munculnya awal kekristenan dan tetapi dilarang % u2014as dianggap % u201D % u201Cun-Kristen--pada akhir abad ke-5, Kapan Gelasius Paus menyatakan 14 Februari St Hari Valentine. Itu tidak sampai jauh kemudian, bagaimanapun, bahwa hari menjadi definitif terkait dengan cinta. Selama abad pertengahan, umumnya diyakini di Perancis dan Inggris yang 14 Februari adalah awal burung kawin musim yang ditambahkan ke gagasan bahwa tengah hari Valentine harus menjadi hari yang romantis. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Valentine salam yang populer sejak pertengahan, meskipun ditulis Valentine tidak mulai muncul sampai setelah 1400. Valentine dikenal tertua masih dalam keberadaan hari adalah sebuah puisi yang ditulis pada tahun 1415 oleh Charles, Adipati Orleans, kepada istrinya sementara ia dipenjarakan di Menara London setelah penangkapannya pada Perang Agincourt. (Pesan pembuka yang sekarang merupakan bagian dari koleksi naskah British Museum di London, Inggris.) Beberapa tahun kemudian, hal ini diyakini bahwa Raja Henry V menyewa seorang penulis yang bernama John Lydgate untuk menulis catatan valentine untuk Catherine dari Valois. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<b>Hari Valentine khas selain Amerika Serikat,</b> </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjthrH5Z45cJDvunTNGB6kETiJp9CXQLPOZvWcOJyiQPZKf_auy6GQmARQ8hyphenhyphenw4J2mCyebPVkUjFj18oEiGHPaiLoRikiGPYUlLm92jgwo72n-ov0hu-wGbVPfzUGt5thNUpumiuQoKon7p/s1600/valrintin+amerika.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjthrH5Z45cJDvunTNGB6kETiJp9CXQLPOZvWcOJyiQPZKf_auy6GQmARQ8hyphenhyphenw4J2mCyebPVkUjFj18oEiGHPaiLoRikiGPYUlLm92jgwo72n-ov0hu-wGbVPfzUGt5thNUpumiuQoKon7p/s1600/valrintin+amerika.jpg" height="200" width="195" /></a>hari Valentine dirayakan di Kanada, Meksiko, Inggris, Prancis, dan Australia. Di Britania Raya, hari Valentine mulai populer dirayakan di sekitar abad ke-17. Pada pertengahan 18, hal itu biasa bagi teman-teman dan kekasih dari semua kelas sosial untuk bertukar kecil tanda kasih sayang atau catatan tulisan tangan, dan pada 1900 cetak kartu mulai menggantikan tulisan karena perbaikan dalam teknologi cetak. Siap pakai kartu adalah cara mudah bagi orang untuk mengekspresikan emosi mereka dengan waktu Kapan langsung ekspresi perasaan kecewa. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Harga pengiriman yang lebih murah juga berkontribusi untuk peningkatan popularitas mengirimkan salam hari Valentine.
Amerika mungkin memulai bertukar Valentine buatan tangan di awal 1700-an. Pada 1840-an, Ester A. Howland mulai menjual Valentine massal pertama di Amerika. Howland, dikenal sebagai u201CMother % di hari Valentine, % u201D membuat kreasi rumit dengan nyata renda, pita, dan gambar berwarna-warni yang dikenal sebagai 'memo.' Hari ini, menurut Asosiasi kartu ucapan, perkiraan 1 miliar Valentine kartu hari % u2019s dikirim setiap tahun, membuat hari Valentine kedua terbesar mengirim kartu liburan tahun. (2.6 Milyar kartu diperkirakan akan dikirim untuk Natal.) Wanita membeli sekitar 85 persen dari semua kasih sayang.
<!--[if gte mso 9]><xml>
<w:WordDocument>
<w:View>Normal</w:View>
<w:Zoom>0</w:Zoom>
<w:TrackMoves/>
<w:TrackFormatting/>
<w:PunctuationKerning/>
<w:ValidateAgainstSchemas/>
<w:SaveIfXMLInvalid>false</w:SaveIfXMLInvalid>
<w:IgnoreMixedContent>false</w:IgnoreMixedContent>
<w:AlwaysShowPlaceholderText>false</w:AlwaysShowPlaceholderText>
<w:DoNotPromoteQF/>
<w:LidThemeOther>EN-US</w:LidThemeOther>
<w:LidThemeAsian>X-NONE</w:LidThemeAsian>
<w:LidThemeComplexScript>X-NONE</w:LidThemeComplexScript>
<w:Compatibility>
<w:BreakWrappedTables/>
<w:SnapToGridInCell/>
<w:WrapTextWithPunct/>
<w:UseAsianBreakRules/>
<w:DontGrowAutofit/>
<w:SplitPgBreakAndParaMark/>
<w:DontVertAlignCellWithSp/>
<w:DontBreakConstrainedForcedTables/>
<w:DontVertAlignInTxbx/>
<w:Word11KerningPairs/>
<w:CachedColBalance/>
</w:Compatibility>
<w:BrowserLevel>MicrosoftInternetExplorer4</w:BrowserLevel>
<m:mathPr>
<m:mathFont m:val="Cambria Math"/>
<m:brkBin m:val="before"/>
<m:brkBinSub m:val="--"/>
<m:smallFrac m:val="off"/>
<m:dispDef/>
<m:lMargin m:val="0"/>
<m:rMargin m:val="0"/>
<m:defJc m:val="centerGroup"/>
<m:wrapIndent m:val="1440"/>
<m:intLim m:val="subSup"/>
<m:naryLim m:val="undOvr"/>
</m:mathPr></w:WordDocument>
</xml><![endif]--></div>
<div style="text-align: justify;">
<!--[if gte mso 9]><xml>
<w:LatentStyles DefLockedState="false" DefUnhideWhenUsed="true"
DefSemiHidden="true" DefQFormat="false" DefPriority="99"
LatentStyleCount="267">
<w:LsdException Locked="false" Priority="0" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Normal"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="heading 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 7"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 8"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 9"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 7"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 8"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 9"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="35" QFormat="true" Name="caption"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="10" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Title"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="1" Name="Default Paragraph Font"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="11" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Subtitle"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="22" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Strong"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="20" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Emphasis"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="59" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Table Grid"/>
<w:LsdException Locked="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Placeholder Text"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="1" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="No Spacing"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Revision"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="34" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="List Paragraph"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="29" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Quote"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="30" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Intense Quote"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="19" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Subtle Emphasis"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="21" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Intense Emphasis"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="31" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Subtle Reference"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="32" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Intense Reference"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="33" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Book Title"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="37" Name="Bibliography"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" QFormat="true" Name="TOC Heading"/>
</w:LatentStyles>
</xml><![endif]--><!--[if gte mso 10]>
<style>
/* Style Definitions */
table.MsoNormalTable
{mso-style-name:"Table Normal";
mso-tstyle-rowband-size:0;
mso-tstyle-colband-size:0;
mso-style-noshow:yes;
mso-style-priority:99;
mso-style-qformat:yes;
mso-style-parent:"";
mso-padding-alt:0cm 5.4pt 0cm 5.4pt;
mso-para-margin-top:0cm;
mso-para-margin-right:0cm;
mso-para-margin-bottom:10.0pt;
mso-para-margin-left:0cm;
line-height:115%;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:11.0pt;
font-family:"Calibri","sans-serif";
mso-ascii-font-family:Calibri;
mso-ascii-theme-font:minor-latin;
mso-fareast-font-family:"Times New Roman";
mso-fareast-theme-font:minor-fareast;
mso-hansi-font-family:Calibri;
mso-hansi-theme-font:minor-latin;}
</style>
<![endif]-->
</div>
andiarbeta.blogspot.comhttp://www.blogger.com/profile/13079298858568003634noreply@blogger.com1